Ratusan Perupa Gelar Pameran di Galeri Nasional dan Museum Kebangkitan Nasional
- Tim tvOne/Julio Trisaputra
Jakarta - Sebanyak 108 perupa asal Indonesia akan menggelar pameran seni rupa kontemporer bertajuk "Manifesto VIII: Transposisi" di Galeri Nasional Indonesia dan Museum Kebangkitan Nasional Jakarta.
Pameran seri ke-8 ini yang dimulai sejak tahun 2008 ini akan menyuguhkan karya berupa lukisan, grafis, drawing, mural, patung, instalasi, video art, hingga virtual reality hasil seleksi kurasi dari 613 calon peserta undangan terbuka Galeri Nasional Indonesia.
Dikuratori oleh Rizki A. Zaelani, Suwarno Wisetrotomo, Citra Smara Dewi, dan Teguh Margono pengambilan tajuk "Transposisi" sebagai tema kerja kurasi maupun judul pameran menurut catatan kuratorial adalah sebagai undangan bagi para seniman untuk menentukan posisi dan peran kerja penciptaan seni mereka yang baru atau sekadar “reposisi” ulang pengkaryaan.
Rizki A. Zaelani, salah satu kurator mengungkap dalam pameran ini para perupa akan menunjukkan jenis dan karakter medium ekspresi mereka yang beraneka, baik dari bentuk hingga ukuran karya yang variatif.
“Pendek kata, pameran ini memanfaatkan gagasan ‘Transposisi’ sebagai kemungkinan cara untuk terus menemukan atau menciptakan bentuk-bentuk yang hidup dari ekspresi perkembangan seni rupa kontemporer Indonesia, kini dan masa kemudian,” kata Rizki di Museum Kebangkitan Nasional, Selasa, (26/7/2022).
Sementara itu, Kepala Galeri Nasional Indonesia, Pustanto berharap dengan digelarnya pameran ini para perupa memiliki kepekaan untuk membuat seni rupa memiliki posisi dan peran krusial dalam kehidupan masyarakat dan mendorong kemajuan zaman.
“Semoga karya-karya dalam pameran ini juga mampu menggugah para apresiator untuk turut mendukung perkembangan dan kemajuan seni rupa serta berkontribusi bagi masa depan Indonesia,” tuturnya.
Pameran Seni Rupa Kontemporer Indonesia "Manifesto VIII: Transposisi" dapat dikunjungi publik mulai 27 Juli hingga 26 Agustus 2022. Pameran ini digelar di dua tempat, yakni di Gedung A Galeri Nasional Indonesia dan Museum Kebangkitan Nasional. (pag/ebs)
Load more