Simak Tips Bisnis Frozen Food di Era Digital: Peluang Besar UMKM dari Dapur Produksi hingga Pasar Nasional
- Istockphoto
tvOnenews.com - Produksi frozen food kini menjadi salah satu peluang bisnis yang paling diminati di era digital, terutama bagi pelaku UMKM. Perubahan gaya hidup masyarakat yang serba cepat mendorong permintaan terhadap makanan praktis, tahan lama, namun tetap aman dikonsumsi.
Kementerian Perindustrian mencatat bahwa industri makanan dan minuman, termasuk produk beku, menjadi sektor penopang pertumbuhan ekonomi nasional karena tingginya konsumsi domestik.
Tips penting bagi UMKM yang ingin masuk ke bisnis frozen food adalah memahami kebutuhan pasar dan memanfaatkan kanal digital secara maksimal. Penjualan melalui marketplace, aplikasi pesan-antar, hingga media sosial memungkinkan produsen skala kecil menjangkau konsumen tanpa harus membuka toko fisik.
Melansir dari laporan Google–Temasek–Bain menyebutkan bahwa kategori makanan dan kebutuhan harian online terus mengalami pertumbuhan seiring meningkatnya kepercayaan konsumen terhadap produk pangan yang dibeli secara daring.
Selain pemasaran, aspek kualitas dan keamanan produk tidak boleh diabaikan. Produk frozen food yang berkelanjutan harus diproduksi dengan standar higienis, pengemasan yang tepat, serta rantai dingin yang terjaga.
Lebih lanjut, Badan POM menegaskan bahwa kepatuhan terhadap regulasi keamanan pangan menjadi kunci utama membangun kepercayaan konsumen, baik untuk UMKM maupun perusahaan besar. Dengan fondasi ini, bisnis frozen food dapat berkembang dari skala rumahan ke level industri.
Pendekatan tersebut juga tercermin dari langkah yang diambil pelaku usaha berskala nasional. Salah satu emiten makanan dan minuman, Platinum Wahab Nusantara Tbk (TGUK), mengumumkan penambahan lini bisnis frozen meat dan processed food sebagai strategi menyambut 2026.
Langkah ini menjadi contoh bagaimana diversifikasi produk pangan beku dinilai memiliki prospek jangka panjang di tengah perubahan perilaku konsumsi masyarakat.
Pengembangan frozen food dipilih karena potensi pasar domestik yang masih luas. Ia menyoroti kondisi konsumsi protein hewani di Indonesia yang relatif rendah dibanding negara ASEAN lain, meskipun jumlah penduduk usia produktif dan kelas menengah terus bertumbuh.
Bagi UMKM, kondisi tersebut membuka peluang untuk menghadirkan produk olahan daging beku yang terjangkau dan sesuai kebutuhan konsumen lokal.
Tidak harus langsung membangun pabrik besar, pelaku usaha dapat memulai dari skala kecil dengan fokus pada satu jenis produk, seperti bakso, dimsum, atau daging iris siap masak, sebelum memperluas kapasitas produksi.
“Menurut data, permintaan daging sapi di Indonesia terus menunjukkan tren positif mengingat dominasi penduduk usia produktif, pertumbuhan kelas menengah dan peran substansial daging sapi sebagai sumber protein hewani utama di Indonesia,” ujar Direktur Utama PT Platinum Wahab Nusantara Tbk, Maulana Hakim.
“Namun, sejauh ini konsumsi daging sapi per kapita di Indonesia masih rendah dibandingkan negara Asia Tenggara lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa ruang pertumbuhan masih cukup besar,” tambahnya.
Dalam pengembangan bisnisnya, perusahaan tersebut merancang ekspansi bertahap di sektor hulu. Tahap awal difokuskan pada pemasaran produk daging beku dan olahan, sementara tahap lanjutan mencakup pembangunan fasilitas produksi dan cold storage.
“Ekspansi production and processing plant ini akan dilakukan di tahun 2026. Lokasi ini juga akan difasilitasi dengan cold storage berstandar keamanan pangan. Tahun depan, kami telah memutuskan untuk membesarkan sektor hulu agar memiliki banyak pilihan industri di hilir,” kata Maulana.
Model bertahap ini relevan ditiru UMKM, tentu dengan skala yang disesuaikan. UMKM dapat memulai dari kemitraan dengan dapur produksi bersama, cold storage komunal, atau bekerja sama dengan distributor yang sudah memiliki fasilitas rantai dingin.
Selain itu, kolaborasi dengan produsen lain juga menjadi strategi efektif untuk memperluas pasar tanpa menambah beban investasi besar.
Penting pula bagi UMKM frozen food untuk memperhatikan legalitas. Sertifikasi seperti Nomor Kontrol Veteriner (NKV), Sertifikat Halal, CPPOB, serta izin Badan POM menjadi faktor penentu agar produk dapat masuk ke ritel modern dan platform digital skala besar.
Meski prosesnya bertahap, kepatuhan regulasi akan meningkatkan daya saing produk dalam jangka panjang. Dari sisi hilir, sinergi antar lini usaha makanan juga dapat memperkuat keberlanjutan bisnis.
Produk frozen food tidak hanya dijual langsung ke konsumen, tetapi juga dapat menjadi pemasok bagi kafe, kedai minuman, atau gerai makanan siap saji. Pendekatan ini membantu UMKM menjaga permintaan tetap stabil sekaligus memperluas jaringan distribusi.
Dengan kombinasi pemanfaatan teknologi digital, fokus pada kualitas, serta strategi bertahap yang realistis, bisnis frozen food menjadi peluang nyata bagi UMKM Indonesia.
Contoh dari pelaku usaha besar menunjukkan bahwa sektor ini bukan sekadar tren sesaat, melainkan ruang tumbuh yang dapat digarap dari skala kecil hingga industri, seiring meningkatnya kebutuhan pangan praktis dan aman di masa depan. (udn)
Load more