Ucapan Soeharto Sebelum Meninggal Dunia, Bilang Ingin Sekali Bertemu Tien: Bapak Pengen Menyusul Ibumu, Kamu yang Ikhlas
- Buku Beribu Alasan Rakyat Mencintai Pak Harto karya Dewi Ambar Sari dan Lazuardi Adi Sage, 2006
Jakarta, tvOnenews.com - Nama Presiden ke-2 RI Soeharto kembali mencuat di tengah peringatan Hari Pahlawan Nasional 2025.
Ya, Soeharto terpilih sebagai salah satu di antara 10 tokoh yang dianugerahi mendapatkan gelar pahlawan nasional.
Presiden Prabowo Subianto memberikan gelar pahlawan nasional kepada Soeharto dan sembilan tokoh lainnya melalui para ahli waris di Istana Negara, Jakarta, Senin (10/11/2025).
Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Prasetyo Hadi mengungkap alasan Soeharto dapat gelar pahlawan nasional sebagai bentuk penghormatan terhadap para pemimpin terdahulu bangsa.
Di semasa hidupnya, Soeharto telah memberikan banyak jasa hingga di akhir hayatnya dikenang oleh bangsa Indonesia.
Hal ini mengingatkan kisah Soeharto sebelum meninggal dunia sempat mengutarakan sesuatu kepada putri sulungnya, Siti Hardijanti Rukmana alias Tutut Soeharto.
Kisah Soeharto Sebelum Meninggal Dunia
- Antara
Soeharto meninggal dunia saat berusia 86 tahun pada 27 Januari 2008, sehingga mengundang kesedihan untuk anak-anaknya hingga bangsa Indonesia.
Presiden ke-2 RI itu wafat menyusul Siti Hartinah atau Tien Soeharto yang lebih dulu telah tutup usia pada 28 April 1996.
Kisah wafatnya Soeharto membuat Tutut Soeharto pernah mengenang detik-detik sebelum Presiden ke-2 RI tersebut meninggal dunia.
Melansir dari laman resmi Tutut Soeharto, Senin, Tutut mengatakan dirinya dan pihak keluarga sampai kini sulit melupakan satu momen saat detik-detik Soeharto tutup usia.
Soeharto tutup usia pada 27 Januari, sementara Presiden ke-2 RI itu sempat merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) Tutut pada 25 Januari 2008.
Di perayaan putri sulungnya, Soeharto ternyata sempat ingin menyantap makanan pizza.
Tutut mau tak mau langsung memperintahkan dua adik perempuannya, Titiek dan Mamiek segera membeli pizza. Sebab ia melihat Soeharto sangat mengidamkan makanan tersebut.
Beruntungnya Titik dan Mamiek menuruti permintaan Tutut, sehingga mereka langsung membeli pizza.
Tutut menjelaskan ketika pizza sudah dibeli oleh Titiek dan Mamiek Soeharto, sang ayah sempat-sempatnya mendengungkan nyanyian lagu "Selamat Ulang Tahun".
Tutut menambahkan, hal yang paling mengesankan bagi dirinya saat Soeharto menyanyikan lagu perayaan ulang tahun tersebut dalam kondisi terbaring lemah.
Lagu tersebut terus berdengung dari bibir Soeharto. Sebagaimana diketahui, hari kelahiran Tutut berlangsung di setiap 23 Januari.
Tutut mengaku dirinya tidak bisa berkata-kata lagi saat mengenang suasana mengharukan tersebut, sebab ia sulit melupakan momentum tersebut.
Apalagi Titiek Soeharto melalui HP miliknya sempat mengabadikan momen bahagia menunjukkan ucapan Selamat Ulang Tahun terakhir dari Soeharto kepada Tutut.
"Kalau saja malam itu Titiek tidak membawa HP-nya, mungkin kami tidak punya kenangan terakhir dengan bapak yang dapat kami abadikan," kata Tutut dalam keterangan tertulis di laman resminya.
Lebih lanjut, Tutut menceritakan momen Soeharto nekat bangun demi menunaikan shalat Tahajud setelah merayakan HUT putri sulungnya.
Kebetulan juga shalat Tahajud sebagai salah satu ibadah yang menjadi kebiasaan Soeharto dalam beberapa tahun terakhir sebelum meninggal dunia.
Menariknya sebelum shalat Tahajud, Soeharto sempat meminta satu hal kepada Tutut. Ya, ia menginginkan putri sulungnya memutar kasur miliknya agar menghadap kiblat.
Berdasarkan penjelasan dari dokter, kata Tutut, kasur yang tidak menghadap kiblat saat melaksanakan shalat tak menjadi masalah.
"Bapak mau menghadap kiblat!," ucap Soeharto sambil nada ngeyel.
Tutut langsung memperintahkan sang adik, Sigit Harjojudanto saat menuruti permintaan dari Soeharto.
Lanjut, Tutut mengenang satu hari Soeharto sebelum meninggal dunia. Ya, ia sempat diminta mendekati mendiang sang ayahnya itu.
Tutut kembali mengulas, Soeharto berkata sambil lirih, "Bapak mau bicara. Dengarkan baik-baik."
Putri sulung sempat kebingungan karena Soeharto tetiba ingin mengucapkan sesuatu kepadanya dengan tubuh yang semakin lemas.
"Bapak sudah tidak kuat lagi. Bapak ingin menyusul ibumu," ucap Soeharto kepada Tutut.
Tutut terkejut sang ayah memberikan kode sebentar lagi akan meninggal dunia. Tetapi, ia masih percaya Soeharto sembuh dari penyakitnya.
Soeharto memberikan pesan mendalam kepada Tutut. Ia menitip agar Keluarga Cendana tetap rukun.
"Kamu dengarkan, wuk. Kamu anak bapak yang paling besar, sepeninggal bapak nanti, tetap jaga kerukunan kamu dengan adik-adikmu, cucu-cucu bapak dan saudara-saudara semua."
"Kerukunan itu akan membawa ketenangan dalam hubungan persaudaraan, dan akan memperkuat kehidupan keluarga. Selain itu Allah menyukai kerukunan."
"Ingat pesan bapak, tetap sabar dan jangan dendam. Allah tidak sare (tidur)."
Dengan hati bergetar, Tutut tidak sanggup lagi menahan air matanya setelah mendengar pesan menyentuh dari sang ayah.
Apalagi Soeharto sambil memegang tangan Tutut ketika memberikan pesan mendalam tersebut kepada putri sulungnya.
Dalam tulisannya, Tutut kembali mengulas, "Jangan sedih, semua manusia pasti akan kembali kepada-Nya. Tinggal waktunya berbeda. Bapak tidak akan hidup selamanya. Kamu harus ikhlas, InsyaAllah kita akan bertemu suatu saat nanti, di alam lain. Dekatlah dan bersenderlah selalu kalian semua hanya kepada Allah. Karena hanya Dia yang pasti bisa membawa kita ke surga. Doakan bapak dan ibumu."
Tutut tidak bisa berkata-kata lagi, ia hanya bisa memeluk dan menyelimuti sang ayah yang semakin terbaring lemah. Dalam hatinya, ia juga diam-diam berdoa meminta hajat kepada Allah.
Kondisi fisik Soeharto semakin menurun drastis sampai malam hari, sehingga tak bisa merasakan rasa sakit apa pun di tubuhnya.
Suster membangunkan Tutut dan Mamiek yang tidur terlelap menjelang Subuh. Mereka dikabarkan bahwa kondisi Soeharto semakin kritis sambil ditemani Sigit di ruang rawat.
Seiring itu, dua kelopak mata Soeharto semakin tertutup rapat, wajahnya terlihat damai. Tutut yang melihat itu langsung memanggil semua anggota keluarga.
Seluruh keluarga mencium tangannya, bahkan semua anaknya mengucapkan kalimat istighfar dan tasbih di telinga Soeharto yang mulai perlahan tidak bernapas lagi.
(abs/hap)
Load more