Bukan Sekadar Tren! Begini Cara Inovasi Teknologi Kecerdasan Buatan (AI) di Dunia Pendidikan Bisa Ubah Masa Depan Indonesia
- Istockphoto
tvOnenews.com - Kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) kini bukan lagi sekadar teknologi futuristik, ia telah menjadi bagian nyata dari kehidupan manusia, termasuk di dunia pendidikan. Dari ruang kelas hingga laboratorium penelitian, AI membuka jalan bagi cara belajar, mengajar, dan berinovasi yang sepenuhnya baru.
Melalui sistem pembelajaran adaptif, analisis data akademik, hingga simulasi berbasis AI, pendidikan kini tidak hanya mentransfer ilmu, tetapi juga menciptakan lingkungan yang mendorong kreativitas, efisiensi, dan kolaborasi lintas disiplin.
Melansir dari berbagai sumber, penerapan AI dalam pendidikan juga mempermudah proses penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan.
Misalnya, sistem kecerdasan buatan kini mampu menganalisis ribuan data eksperimen dalam waktu singkat, memberikan rekomendasi riset, atau bahkan memprediksi hasil simulasi yang sebelumnya membutuhkan waktu berbulan-bulan.
Di Indonesia, berbagai universitas telah mulai mengintegrasikan teknologi ini untuk memperkuat kualitas penelitian, termasuk di bidang teknik, arsitektur, dan biomedis. Inovasi ini mempercepat lahirnya penemuan baru dan memperluas peluang kolaborasi antara akademisi, industri, serta pembuat kebijakan.
Namun, di balik keunggulan AI, muncul pula tantangan etis yang perlu dihadapi. Dunia pendidikan harus memastikan bahwa kemajuan teknologi ini tidak menggantikan nilai-nilai kemanusiaan, melainkan memperkuatnya.
Oleh karena itu, kolaborasi global dalam bidang riset dan pengembangan teknologi menjadi kunci agar AI tidak hanya menjadi alat canggih, tetapi juga sarana membangun masa depan yang inklusif dan berkelanjutan.
Dalam konteks ini, Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FT UI) menegaskan komitmennya terhadap riset dan inovasi global melalui penyelenggaraan The 19th International Conference on Quality in Research (QiR) 2025 di Yogyakarta pada 27–28 Oktober.
Dengan tema “Empowering Indonesia Through AI-Driven Innovation and Solutions for a Better Future”, forum ini mempertemukan ilmuwan, akademisi, dan profesional dari lebih dari 20 negara untuk membahas peran AI dalam membangun masa depan berkelanjutan.
Tahun ini, acara tersebut juga berkolaborasi dengan Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM), menghadirkan lebih dari 270 peneliti dari berbagai bidang ilmu teknik dan arsitektur. Inovasi berbasis AI merupakan langkah strategis untuk mempercepat transformasi teknologi nasional.
“Sebagai ekonomi terbesar di Asia Tenggara, Indonesia tengah giat mengintegrasikan kecerdasan buatan untuk memperkuat infrastruktur, meningkatkan produktivitas industri, dan memperbaiki kualitas hidup masyarakat. QiR menjadi wujud nyata kolaborasi antara akademisi, industri, pemerintah, dan masyarakat dalam mendorong transformasi teknologi yang inklusif dan berkelanjutan,” ujar Rektor UI, Prof. Dr. Ir. Heri Hermansyah, S.T., M.Eng., IPU.
QiR telah menjadi ruang kolaboratif global yang mempertemukan berbagai disiplin ilmu teknik untuk menghasilkan inovasi berdampak nyata.
“Selama hampir dua dekade, QiR bukan hanya forum ilmiah, tetapi juga jembatan antara dunia akademik, industri, dan pemerintah. Melalui tema tahun ini, FT UI berkomitmen memperkuat kolaborasi lintas disiplin dan memanfaatkan potensi AI untuk membangun masa depan yang berkelanjutan dan berdaya saing,” jelas Dekan FT UI, Prof. Kemas Ridwan Kurniawan, S.T., M.Sc., Ph.D..
Untuk memperkaya diskusi ilmiah, QiR 2025 menghadirkan tiga pembicara utama dari universitas ternama dunia. Salah satunya, Prof. Dr. Ir. Dodi Sudiana, M.Eng., dari UI, yang menyoroti integrasi AI dan teknologi satelit guna menjawab tantangan nasional dalam bidang remote sensing.
Pemanfaatan data satelit berbasis AI memungkinkan Indonesia memantau sawah, mendeteksi banjir, hingga memprediksi perubahan lingkungan dengan presisi tinggi, sebuah inovasi yang berperan penting bagi ketahanan nasional dan pembangunan berkelanjutan.
Pembicara lainnya, Prof. Ali Malkawi dari Harvard Graduate School of Design, memperkenalkan proyek HouseZero, laboratorium hidup dengan sensor multi-data untuk memantau kondisi bangunan secara real time.
Data tersebut diolah oleh AI untuk menciptakan desain rumah adaptif yang hemat energi dan menuju konsep net zero building. Sementara itu, Prof. Ong Yew Soon dari Nanyang Technological University (NTU) Singapura mengajak peserta merenungkan sisi etika dari kemajuan AI.
Ia menjelaskan bagaimana AI kini mampu membantu peneliti menghasilkan ide inovatif, bahkan mengubah prompt menjadi prototype melalui teknologi cetak 3D. Namun di atas semua itu, Prof. Ong menekankan pentingnya menjaga integritas dan moralitas dalam setiap langkah pengembangan teknologi.
Moderator acara, Prof. Muhammad Suryanegara dari FT UI, menegaskan benang merah dari seluruh sesi: AI bukan akhir dari kecerdasan manusia, melainkan evolusinya. Ia menyebut bahwa dengan kolaborasi lintas disiplin dan komitmen etis, AI dapat menjadi mitra sejati manusia dalam menciptakan masa depan yang berkelanjutan.
Lebih dari 20 pembicara tamu dari berbagai universitas ternama dunia, seperti The University of Tokyo, TU Delft, UNSW Sydney, University of London, dan Chiba University, turut berbagi riset mengenai integrasi AI di bidang smart manufacturing, biomedical innovation, hingga digital construction.
- Ist
Melalui forum ini, QiR 2025 mempertegas perannya sebagai wadah riset global yang melahirkan ide baru dan memperkuat posisi Indonesia sebagai pemain penting dalam inovasi berbasis AI di Asia Tenggara.
Dengan semangat engineering for humanity, QiR 2025 diharapkan mampu melahirkan generasi ilmuwan dan insinyur yang tidak hanya unggul secara teknologi, tetapi juga berjiwa kemanusiaan.
AI bukan lagi sekadar alat, melainkan jembatan menuju masa depan di mana manusia dan teknologi berjalan beriringan demi Indonesia yang cerdas, berdaya saing, dan berkelanjutan. (udn)
Load more