Ayah Timothy Anugerah Akhirnya Angkat Bicara, Tegaskan Anaknya Tidak Alami Gangguan Mental: Dia Memang dari Kecil...
- Kolase tvOnenews
tvOnenews.com - Polisi masih terus mendalami kasus meninggalnya Timothy Anugerah Saputra, mahasiswa Universitas Udayana, Bali, yang diduga tewas akibat bunuh diri dengan latar belakang perundungan (bullying).
Dalam proses penyelidikan, pihak kepolisian telah memeriksa sejumlah saksi serta mereview rekaman kamera pengawas (CCTV) di sekitar lokasi kejadian. Berdasarkan hasil sementara, diketahui bahwa CCTV di area lobi merekam saat korban masuk ke dalam gedung, termasuk saat tubuhnya terjatuh dari atas.
Namun, kamera pengawas di lantai 4—lokasi terakhir di mana Timothy terlihat hidup—telah rusak sejak tahun 2023. Akibatnya, tidak ada rekaman yang menunjukkan aktivitas korban di lantai tersebut.
Tiga orang saksi yang telah diperiksa oleh polisi mengaku melihat Timothy keluar dari lift dan berjalan ke arah lokasi tempat tas dan sepatunya ditemukan. Ketiga saksi tersebut tidak saling mengenal dan mengira Timoti hanya sedang duduk seorang diri, sehingga tidak menaruh kecurigaan.
Hingga saat ini, polisi masih mendalami motif di balik dugaan bunuh diri tersebut, termasuk kemungkinan adanya perundungan di lingkungan kampus. Total sebanyak 19 saksi telah dimintai keterangan, termasuk teman dekat korban.
Baru-baru ini, ayah Timothy Anugerah, Lukas Triana Putra, menyampaikan bahwa kronologi kematian putranya masih belum jelas.
"Saya dapat kabar, ternyata anak saya dipanggil oleh Tuhan, saya langsung berangkat ke Bali, pada saat itu, Timmy sudah dibawa ke rumah duka, dan ternyata Maminya Timmy sudah membuat pernyataan bahwa kasus ini tidak akan dibawa ke Kepolisian," tutur Lukas saat memberi keterangan di Apa Kabar Indonesia Malam tvOne.
Ia mengaku bahwa pada awalnya telah mengikhlaskan kepergian Timoti.
"Pada awalnya saya juga sudah mengikhlaskan Timmy, memang ini sudah rencana dari Tuhan, bahwa Timmy dipanggil terlebih dahulu, oleh sebab itu, saya juga tidak mempermasalahkan masalah itu dan saya juga sedang lagi berduka sekali. Saya tidak mengurusi masalah-masalah tersebut," ujarnya.
Namun, seiring waktu, Lukas mulai mempertanyakan beberapa hal setelah mendengar informasi dari teman-teman anaknya serta pihak kampus.
"Tapi seiringnya waktu di rumah duka, saya mendengar cerita dari teman-temannya Timmy, mendengar dari keterangan dari kampus, dari Dekan, dan dari Dosen-dosennya," katanya.
Ia menyampaikan bahwa keterangan yang diterimanya sebagai orang tua masih simpang siur. Saat ditanya oleh presenter tvOne mengenai tanggapan pihak kampus Universitas Udayana, Lukas menjelaskan:
"Karena tidak jelasnya kronologi dari kejadian tersebut, saya menyerahkan melaporkan ke pihak Kepolisian, karena ada beberapa hal harus diluruskan."
Salah satu hal yang ingin ia klarifikasi adalah mengenai dugaan kondisi mental anaknya.
"Pertama adalah anak saya tidak cacat mental, anak saya memang punya gangguan pendengaran pada masa kecilnya, yaitu pada umur 3 tahun dia belum bisa berbicara, nah kita membawa dia ke Dokter spesialits THT anak untuk diperiksa, dan ternyata memang ada sumbatan kotoran yang buat dia tidak mendengar secara baik dan benar, itu membuat dia susah berbicara," jelas Lukas.
Ia juga menjelaskan bahwa Timothy memang menghadapi kesulitan dalam bersosialisasi sejak masa sekolah.
"Anak saya saya sekolahkan di sekolah internasional, karena saya ingin memberikan anak saya yang terbaik, tapi malahan bahasa ibunya itu adalah bahasa Inggris, sehingga untuk sosialisasi dia di masyarakat sekitar," ungkapnya.
"Dia tidak begitu baik (sosialisasi), karena perbedaan bahasa yang tidak bisa diterima oleh lingkungan sekitar rumah," pungkas Lukas. (ind)
Load more