Anak-Anak Laut Kalibaru, Jakarta Utara: Menyelam di Air Keruh, Mengais Hidup dari Kerang Demi Keluarga
- Ammar Ramzi
Jakarta, tvOnenews.com – Langkah kecil tapi bermakna ditunjukkan oleh Finalis Puteri Remaja Indonesia Perwakilan dari Jakarta 2025 Nayyara Azarine Farashila atau yang akrab disapa Arin.
Dalam inisiatif sosial bertajuk “Langkah Arin: Dari Keberagaman Menuju Kepedulian” yang digelar Minggu, 28 September 2025 di Jakarta, gadis muda ini menyerukan kepedulian lebih besar terhadap isu pekerja anak dan toleransi antarumat beragama.
Di tengah gemerlap dunia kontes kecantikan remaja, Arin memilih turun langsung ke lapangan bukan sekadar tampil dengan selempang dan mahkota, melainkan mengulurkan tangan bagi mereka yang tak terdengar suaranya.
- Ammar Ramzi
Advokasi di Sentra Pengupasan Kerang Kalibaru
Salah satu agenda utama dalam kegiatan tersebut adalah kunjungan lapangan ke Kalibaru, Cilincing, Jakarta Utara, wilayah yang dikenal sebagai sentra pengupasan kerang.
Di sana Arin menyaksikan langsung realitas pahit anak-anak yang bekerja menyelam dan mengupas kerang di perairan berisiko untuk membantu ekonomi keluarga.
“Isu pekerja anak di Kalibaru bukan sekadar angka statistik. Mereka adalah anak-anak yang harus bertahan hidup dengan menyelam mencari kerang di perairan berbahaya. Saya ingin kita semua sadar bahwa setiap anak berhak bermimpi, bukan dipaksa bekerja,” ujar Arin kepada tvOnenews.com usai kegiatan.
Aksi Arin bukan sekadar kunjungan seremonial. Ia berinteraksi langsung dengan para pekerja anak, mendengarkan cerita mereka, dan memahami kondisi kerja yang berat mulai dari lingkungan kotor, minim perlindungan, hingga risiko kesehatan akibat paparan air laut dan luka dari cangkang kerang.
Menurut Arin empati tidak bisa tumbuh hanya dari membaca data atau menonton berita.
“Empati itu tumbuh ketika kita melihat dan mendengar langsung. Bukan untuk mengeksploitasi, melainkan untuk memahami dan mencari solusi bersama,” tegasnya.
Dalam pesannya, Arin menilai bahwa akar dari masalah pekerja anak terletak pada kemiskinan struktural dan kurangnya akses pendidikan.
Karena itu, ia mendorong adanya intervensi terpadu dari pemerintah daerah dan lembaga sosial agar keluarga pekerja anak mendapat dukungan kesejahteraan dan beasiswa pendidikan.
“Anak-anak ini bekerja bukan karena ingin, tapi karena harus. Kita perlu kebijakan yang lebih berpihak agar mereka bisa kembali ke sekolah dan menikmati masa kecilnya seperti anak-anak lain,” tambahnya.
Selain advokasi pekerja anak, Arin juga menginisiasi program “Jelajah Budaya”, bagian dari kampanye keberagaman yang ia dorong di tengah meningkatnya isu intoleransi di perkotaan.
Dalam kegiatan itu, ia mengajak remaja lintas sekolah mengunjungi Vihara Tri Ratna di Sawah Besar, Jakarta Pusat, untuk mengenal nilai-nilai toleransi lintas budaya dan agama.
“Keberagaman itu bukan ancaman, melainkan kekuatan. Dengan mengenal budaya lain secara langsung, kita belajar bahwa perbedaan bisa memperkaya, bukan memisahkan,” tutur Arin saat berbicara di sela acara.
Kegiatan tersebut mendapat sambutan positif dari komunitas lokal dan peserta muda yang hadir. Mereka menilai langkah Arin mencerminkan wajah baru generasi muda Jakarta yang tak hanya berprestasi, tapi juga peka terhadap isu kemanusiaan.
Menutup rangkaian kegiatannya, Arin menyampaikan harapan agar gerakan sosial seperti ini tidak berhenti pada satu momentum saja, melainkan terus berlanjut dan menular ke generasi muda lainnya.
“Langkah kecil ini memang belum cukup mengubah semuanya, tapi saya percaya perubahan besar selalu dimulai dari keberanian untuk melangkah. Jakarta bisa menjadi kota yang lebih adil, hangat, dan inklusif jika kita berani peduli,” pungkasnya.
Load more