Seni, Teknologi, dan Ruang Publik: ITB Hidupkan Lagi Pasar Seni, Festival yang Hampir Terlupakan
- Laman ITB
Tahun ini, acara tersebut menghadirkan lebih dari 250 tenant seni, kuliner, dan kreatif, lima panggung utama, serta fasilitas interaktif seperti peta navigasi digital dan area komunitas. Program unggulan seperti LIGA KMSR ITB juga menghadirkan karya seniman besar, di antaranya Tisna Sanjaya, Wiyoga Muhardanto, dan Isa Perkasa.
Selain pameran, terdapat pula lelang seni “Adicitra Ganesha” yang menampilkan karya maestro nasional dan alumni ITB, di mana hasil penjualan akan disalurkan ke Dana Lestari Pendidikan dan Seni untuk mendukung keberlanjutan pendidikan tinggi dan kreativitas anak bangsa.
Festival ini diharapkan membawa multiplier effect bagi Bandung, menciptakan ekosistem ekonomi kreatif seperti halnya ArtJog di Yogyakarta. “Festival seni selalu menjadi indikator kota yang bahagia. Kami ingin menunjukkan bahwa Bandung mampu menjadi pusat festival seni berskala nasional, bahkan internasional,” ujar Dr. Rikrik.
Isa Perkasa, salah satu seniman yang terlibat, menilai Pasar Seni ITB sebagai momentum penting bagi regenerasi dan kolaborasi seni di Indonesia. “Pasar Seni ITB bukan sekadar pameran karya, tetapi laboratorium kreatif di mana kami bisa bereksperimen lintas medium. Teknologi bukan ancaman bagi seni, tapi jembatan untuk memperluas dialog antara seniman dan publik,” katanya.
“Kami berharap Pasar Seni ITB menjadi standar baru bagi festival seni, bukan hanya megah dan kreatif, tapi juga memberi dampak nyata bagi masyarakat,” ujar Zusfa Roihan.
Dengan dukungan berbagai mitra dan komunitas, Pasar Seni ITB 2025 diharapkan menjadi festival yang inklusif, berkelanjutan, dan relevan secara sosial. Lebih dari sekadar ajang hiburan, perhelatan ini menjadi ruang bersama untuk memaknai kembali seni sebagai kekuatan sosial, ekonomi, dan kultural bangsa. (udn)
Load more