Minyak Jelantah Kini Jadi Sumber Cuan Warga Kabupaten Batang
- Istimewa
Jakarta, tvOnenews.com - Minyak jelantah kini tak lagi hanya berakhir di saluran pembuangan melainkan disulap menjadi sumber penghasilan seperti di Kabupaten Batang, Jawa Tengah.
Limbah rumah tangga tersebut yang disulap menjadi produk menghasilkan melalui program 'Minyak Jelantah Jadi Rupiah'.
Program ‘Minyak Jelantak Jadi Rupiah’ ini digagas oleh Tim Penggerak PKK Kabupaten Batang bekerja sama dengan PT Gapura Mas Lestari (GML) sebagai langkah strategis dalam pemberdayaan ekonomi warga sekaligus pelestarian lingkungan.
Ketua TP PKK Batang, Faelasufa Faiz mengatakan program ini juga menjadi bagian dari rangkaian edukasi literasi keuangan bertajuk 'Sahabat Ibu Cakap Literasi Keuangan Syariah (Secantiks)' yang mengusung tema 'Wujudkan Mimpi, Melangkah Pasti, Perkuat Financial Literacy'.
Menurutnya kegiatan ini tak hanya menanamkan kesadaran finansial berbasis syariah tetapi juga menumbuhkan kepedulian lingkungan di tingkat keluarga.
“Minyak hasil pengumpulan tersebut dijual ke PT GML dengan harga Rp7.000 per kilogram. Hasil penjualan dibagi antara kas PKK kecamatan dan warga pengumpul. Faelasufa menargetkan ekspansi program ini ke seluruh 15 kecamatan di Kabupaten Batang pada tahun 2026,” kata Faiz, Jakarta, Kamis (12/6/2025).
Faiz menjelaskan bahwa minyak dikumpulkan secara sukarela oleh kader PKK hingga ke tingkat desa, termasuk melibatkan pelaku UMKM.
Hingga kini telah terkumpul sekitar 1.000 kilogram minyak jelantah dari dua kecamatan yakni Tulis dan Kandeman yang telah memiliki fasilitas bank sampah.
Ia mengaku pihaknya menargetkan program ini akan diperluas ke 15 kecamatan pada tahun 2026.
“Jika program ini menunjukkan hasil yang positif, maka akan kami realisasikan ke seluruh wilayah Batang,” katanya.
Sementara, CEO PT GML, Heru Fidiyanto menilai pengolahan minyak jelantah tak hanya berdampak pada aspek lingkungan dan kesehatan melainkan juga meningkatkan taraf hidup masyarakat.
“Selain menjaga lingkungan, program ini juga memberdayakan warga. Kami berharap inisiatif ini bisa menginspirasi daerah lain di Indonesia,” kata Heru.
Heru mengaku pihaknya selama ini mengekspor minyak jelantah sebagai bahan bakar pesawat.
Mulai tahun ini, perusahaan meningkatkan standar penyaringan, menurunkan kadar kotoran dari 2 persen menjadi hanya 0,2 persen.
Load more