Mengenal Sastrajendra Living Academy Jadi Wadah Pembelajaran Batin dan Pelestarian Budaya
- Istimewa
Jakarta, tvOnenews.com - Setiap orang tentunya sangat membutuhkan dalam menata batin dan spiritual.
Sebab, kondisi spiritual juga memiliki hubungan erat dengan kesejahteraan hidup dan kesehatan fisik.
Melihat fenomena tersebut, Sastrajendra Living Academy (SLA) hadir di tengah masyarakat.
SLA merupakan sebuah wadah yang diinisiasi sebagai ruang pembelajaran dan penataan batin serta pembentukan kesadaran spiritual.
SLA menggunakan pendekatan ajaran nusantara, yakni filsafat Jawa Kuno, Sastrajendra Hayuningrat Pangruwating Diyu.
Ajaran tersebut diselaraskan dan direvitalisasi sesuai dengan kebutuhan manusia modern.
Kehadiran SLA ditandai dengan pelaksanaan kegiatan perdananya yang bertajuk “Wedaran” di Museum Benyamin Sueb, Jatinegara, Jakarta Timur.
Wedaran sendiri merupakan tahap awal pembelajaran spiritual dalam filosofi Sastrajendra.
Acara Wedaran dipandu oleh sesepuh spiritual SLA, Romo Toni Junus Kanjeng Gung didampingi Senior Coach SLA Anggoro Andi Saputra.
Wedaran menghadirkan suasana reflektif sekaligus inspiratif, di mana peserta diajak menyelami makna hidup, mengolah sifat, dan melakukan perjalanan batin menuju transformasi diri.
Pembina SLA, Buntje Harbunangin, menyatakan, Wedaran dirancang bukan hanya sebagai forum pembelajaran spiritual biasa, melainkan juga ruang pembentukan manusia seutuhnya.
Dengan mengikuti Wedaran, diharapkan setiap peserta dapat memulai perjalanan sebagai individu yang memiliki keselarasan intelektual, spiritual, dan budaya.
“Selamat kepada seluruh peserta Wedaran perdana. Ini bukan hanya soal mendapatkan ilmu, tapi tentang bagaimana kita menyelaraskan diri dan menjaga warisan budaya yang kita miliki. Menjadi manusia seutuhnya adalah misi kami,” ujar Buntje dalam keterangannya, Jumat (23/5/2025).
Dia menambahkan, kegiatan ini juga bertujuan sebagai upaya mencapai kasampurnaning hurip atau kehidupan yang paripurna secara spiritual.
Kondisi paripurna itu diharapkan bisa mendorong potensi setiap peserta dalam menjalankan kehidupan, misalnya di dunia kerja dan sosialisasi dengan sesama.
Sementara, Ketua SLA, dr. Bambang Hayunanto, menekankan bahwa filosofi Sastrajendra Hayuningrat Pangruwating Diyu menjadi fondasi utama SLA.
Dia juga menyebutkan perjalanan spiritual yang ditawarkan SLA adalah proses transformasi manusia dari pribadi yang bersifat biadab menjadi pribadi yang beradab.
“Dalam hidup, kita perlu memahami makna dan tujuan keberadaan kita. Falsafah Jawa mengajarkan kita tentang sangkan paraning dumadi, manunggaling kawula Gusti, serta eling lan waspada. Ini bukan hanya konsep, tetapi praktik hidup yang membimbing kita menuju keselarasan duniawi dan spiritual,” jelasnya.
Dia menegaskan pentingnya prinsip memayu hayuning bawono, yakni memperindah dunia yang sudah indah dengan kebaikan, kebijaksanaan, dan tindakan nyata.
“Wedaran ini bukan untuk mencari kekuatan gaib atau mistis. Ini tentang mendorong diri menjadi manusia sukses secara duniawi dan rohani. Pada akhirnya, semua bermuara pada satu tujuan, yaitu pulang ke manunggaling kawula Gusti,” tutur dr. Bambang.(lkf)
Load more