Nurhayati Subakat, Tidak Flexing Tapi Hobi Sedekah, Bahkan Nilainya Tak Tanggung-tanggung hingga Tembus Miliaran
- Tangkapan Layar/YouTube Kumparan
tvOnenews.com - Nurhayati Subakat, seorang pengusaha perempuan Muslim yang memiliki kekayaan fantastis namun dikenal tidak suka flexing. Ia memiliki mencontoh sahabat Abdurrahman bin Auf untuk membagikan harta yang dititipkan oleh Allah SWT kepadanya.
Dari penampilannya, Nurhayati Subakat tampak sederhana. Baju Muslim dan kerudung hingga riasannya pun tidak berlebihan. Namun di balik penampilan sederhananya, ada harta fantastis yang dia miliki dan tentu bukan serta merta mudah ia dapatkan.
Ada kerja keras sebagai ikhtiar buminya dan tentu ada jalur langit yang ia rutin terapkan. Lalu siapakah Nurhayati Subakat?
Nurhayati Subakat adalah seorang wanita kelahiran Padang Panjang, Sumatera Barat pada 27 Juli 1950 yang merupakan pendiri PT Paragon Technology and Innovation (PTI).
Adapun empat brand kosmetik yang berada di bawah PTI dan menjadi buah perjuangan Nurhayati Subakat adalah Wardah, Make Over, Emina, IX.
Ya, inilah sosok wanita hebat di balik merk kosmetik yang dikenal identik dengan Muslim itu.
Berikut perjalanan panjang Nurhayati Subakat dalam mengembangkan bisnisnya yang kini membuatnya memiliki kekayaan yang fantastis.
Sebelum meluncurkan produk Wardah, Nurhayati hanyalah seorang lulusan pendidikan farmasi, yang bekerja sebagai apoteker di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) M. Djamil, Padang.
Setelah menikah dan mengikuti suaminya pindah ke Jakarta, kehidupan Nurhayati Subakat berubah.
Namun ia tak langsung membuat merek Wardah. Ia memulai bisnisnya dengan usaha shampo rumahan.
Shampo rumahan itu ia produksi lalu dipasarkan langsung kepada konsumen.
“Awal shampo untuk salon kecil,” ujar Nurhayati, dikutip tvOnenews.com pada Minggu (2/2/2025) dari video yang diunggah di YouTube Kumparan dengan judul TheCEO: Nurhayati Subakat, Ibu Rumah Tangga Bawa Wardah Jadi Ratu Kosmetik Indonesia.
Nurhayati mengaku saat itu tidak paham marketing dan belum mempelajarinya. Ia pun langsung mencoba menawari shampo rumahannya itu.
“Saya coba tawarkan ke toko gak ada yang mau, orang juga karena tidak ada iklan,” kenang Nurhayati.
Hingga akhirnya ia coba kenalkan ke salon-salon yang ada di sekitar dan ia berhasil. Tak sampai 1 tahun salon di sekitar rumahnya menggunakan produk darinya.
“Ada tetangga pernah kerja di salon, dia coba ternyata mereka suka karena salon itu tahu mana produk bagus,” ujar Nurhayati.
“Tak sampai 1 tahun salon sekitar itu, waktu itu di Tangerang. Dari awal kita membuat produk bagus harga bersaing,” sambung Nurhayati.
Shampo rumahan pertama yang diproduksi Nurhayati bermerek Putri itu awalnya hanya dibuat di rumah dengan didukung oleh dua pegawai yang merupakan asisten rumah tangganya.
Setelah berkembang, Nurhayati kemudian meminjam modal dari bank milik negara dan dalam waktu kurang dari setahun, pabrik miliknya berhasil dibangun.
Sebagai bentuk kepeduliannya. Nurhayati memberikan THR kepada karyawannya, itulah ciri khas dari pendiri Wardah ini.
Kepedulian bagi Nurhayati bukan hal sepele namun booster untuk memajukan usahanya agar semakin maju.
“Pertama Ketuhanan itu maksudnya lebih ikhlas, sabar dan peduli terhadap orang lain, Peduli itu sebabkan kita lebih semangat,” ujar Nurhayati.
Setelah pabrik berdiri, Nurhayati lantas mencoba memasarkan produknya melalui iklan di koran lokal, namun saat itu hasilnya belum memuaskan.
Hingga akhirnya, datang dua distributor yang bersedia mendistribusikan produknya. Inilah titik awal Wardah dikenal luas.
“Wardah ini idenya ada pesantren datang ke saya kenapa kita tidak buat produk Muslim, kalau produk Muslim kan kiblat Arab,” ujar Nurhayati.
“Ada tiga nama kita daftar ke kantor merk yang diterima Wardah, nah Wardah artinya bunga mawar,” lanjutnya.
Maka pada 2009 lahirnya produk Wardah dan sukses karena bersamaan dengan momentum hijabers.
“Tidak ada kejadian tanpa seizin Allah. Wardah launching 2009, hijaber booming. Ada aja campu tangan yang di Atas,” tandas Nurhayati.
Namun yang pertama yang harus dilakukan seorang pengusaha yang terutama Muslim menurut Nurhayati.
“Kunci usaha mau dan bisa,” pesannya.
Kemudian ingat bahwa yakinlah bahwa Allah SWT akan membantu hambaNya. Maka pasti akan lancar semua.
“Kita harus yakin dulu, ibu saya tanamkan ibu saya bilang yakin di balik kemudahan ada kemudahan,” kata Nurhayati.
Dengan kondisi yang kini sudah globalisasi dan banyaknya merk luar, Nurhayati tidak takut usahanya akan terdampak.
Hal ini karena ia yakin rezeki tidak akan tertukar, selama hambaNya mau usaha dan berdoa.
“Anak-anak bilang multinasional masuk hijab, saya bilang rezeki tidak tertukar. Namun jangan sombong, kerja keras, inovasi,” pesan Nurhayati.
Selain keyakinan ia, kepeduliannya, sebagai anggota Majelis Wali Amanat ITB, bahkan Nurhayati memiliki hobi mendonasikan hartanya untuk mendukung riset dan pendidikan.
Adapun salah satu kontribusi besarnya adalah donasi sebesar Rp52 miliar dari PT Paragon ke ITB.
Bahkan saat pandemi Covid-19, PT Paragon aktif menjalankan program CSR untuk membantu masyarakat yang membutuhkan.
Itulah kisah Nurhayati, perempuan yang taat dan memiliki bisnis kosmetik yang identik dengan Muslimah.
Meski harta banyak, ia dikenal sederhana, tidak pernah flexing, hobi menyumbang dan selalu yakin kepada Allah SWT.
Semoga menginspirasi kita semua. (put)
Load more