Seniman Tradisional Indonesia Tampil di Acara The 48th International Council for Traditions of Music and Dance di Wellington Selandia Baru
- Ist
Pentas berikutnya menampilkan musik Angklung secara kolaboratif antara sivitas akademika Victoria University of Wellington, Singer FINA, dan Triardhika, yang digelar di TAKINA Convention Center, Sabtu 11 Januari 2025.
Tarian ‘Bedhaya Catur Sagotra’, tari ‘Gatutkaca Gandrung,’ ‘Show Gamelan’, dan tarian ‘Gambyong Pareanom,’ akan mengisi babak akhir dari pementasan yang dipersembahkan Triardhika Production. Kesenian klasik ini digelar di TAKINA Convention Center, Senin, 13 Januari 2025 yang dihadiri oleh Ibu Duta Besar RI di Wellington, Ibu Fientje Maritje Suebu.
“Show Gamelan didukung Perkumpulan Masyarakat Indonesia di Wellington bernama ‘Padhang Moncar.’ Mereka beratraksi memainkan gamelan mengiringi penampilan seniman Indonesia secara live,” papar Eny Sulistyowati antusias.
Tari ‘Bedhaya Catur Sagotra’ merupakan karya KPH. Sulistyo Tirtokusumo. Sebuah karya tari yang menggabungkan gaya tari dan gending dari empat kraton yang sebenarnya dari satu dinasti Kerajaan Mataram.
Sebuah karya tari yang menggambarkan spirit persatuan dari empat kraton; Kasunanan Surakarta, Kasultanan Yogyakarta, Puro Mangkunegaran, dan Puro Pakualaman.
Dari sisi kebudayaan keempat kraton tersebut mengembangkan adat dan tradisi masing-masing sehingga semakin memperkaya ciri dan keragaman budaya.
Tari “Topeng Klono” menggambarkan salah satu tokoh dalam Hikayat Panji, yaitu Raja Klono Sewandono yang sedang menimbang kekuatan hati dan keagungannya.
Topeng Klono sebagai simbol yang merepresentasikan unsur nafsu dalam diri manusia; aspek yang menggerakkan daya keinginan.
Tari “Gambyong Pareanom” berasal dari tradisi masyarakat agraris Jawa yang memuliakan roh leluhur sebagai pelindung kehidupan. Tarian ini kerap dilaksanakan di tempat yang dikeramatkan.
Tarian tersebut selanjutnya menjadi tarian pergaulan yang disebut Tayub. Tarian ini kemudian mendapatkan tempat terhormat sebagai tari persembahan di lingkungan istana.
Tari “Gatutkaca Gandrung” menceritakan tentang tokoh Gatutkaca putra Ksatria Pandawa dalam epos Mahabarata yang sedang jatuh cinta pada Dewi Pergiwa.
Dikisahkan bahwa Gatutkaca mempunyai kesaktian tinggi dan bisa terbang, namun juga memiliki sisi romantis dalam dirinya. Tarian ini mempresentasikan antara kekuatan dan keromantisan dalam diri tokoh Gatutkaca. (ebs)
Load more