Jakarta, tvOnenews.com - Salah satu penulis buku 'Kebaya, Keanggunan yang Diwariskan', Miranti Serad mengungkap pentingnya menjaga warisan budaya lewat dokumentasi dan pelestarian kebaya.
Miranti mengatakan buku itu bukan hanya mencerminkan keindahan, melainkan mengabadikan perjalanan sejarahnya.
Disusun melalui riset mendalam, buku ini menggali makna kebaya dari berbagai perspektif budaya, sosial, dan sejarah, dilengkapi dengan wawancara para pakar budaya, antropolog, hingga pewaris tradisi kebaya di berbagai daerah.
“Kebaya adalah bagian tak terpisahkan dari identitas perempuan Indonesia. Setiap daerah memiliki keunikan kebayanya masing-masing,” kata Miranti Serad di Jakarta, Sabtu (30/11/2024).
Dia menjelaskan karya itu turut memperkaya pengalaman pembaca dengan foto-foto artistik dan fitur kode QR, yang mana mengarahkan ke video dokumentasi, menjadikannya lebih interaktif dan relevan di era digital.
Menurutnya, buku itu juga menyoroti dampak ekonomi kebaya terhadap masyarakat, khususnya pelaku UMKM seperti penjahit, perajin kain, dan penyewa busana.
Kebaya tidak hanya menjadi simbol budaya tetapi juga pendorong roda ekonomi.
Selain itu, buku ini mencakup upaya pendidikan tentang kebaya melalui digitalisasi pola dan desain, memenuhi salah satu syarat penting UNESCO untuk pengakuan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Dunia.
Sebab, buku itu juga mengabadikan gerakan-gerakan komunitas kebaya di berbagai daerah, seperti “Car Free Day Berkebaya” hingga pelibatan penjahit difabel di Semarang.
Dalam upaya ini, Tim Nasional Kebaya berkolaborasi dengan berbagai komunitas untuk mendokumentasikan keberagaman kebaya, mulai dari Kebaya Ambon hingga Batavia.
Meski sudah komprehensif, Miranti mengakui bahwa dokumentasi ini masih membutuhkan tambahan data, terutama dari arsip luar negeri seperti Singapura dan Belanda.
“Kami bahu-membahu menyusun buku ini, melibatkan banyak pihak demi memastikan warisan budaya ini tercatat dengan baik,” ungkapnya.
Sebagai bagian dari pengajuan ke UNESCO, buku ini menjadi dokumen penting yang memperlihatkan keseriusan Indonesia dalam melestarikan kebaya.
Buku itu juga menjadi bukti nyata bahwa komunitas berkebaya di Indonesia tidak hanya bergerak sendiri-sendiri tetapi bersatu dengan semangat kolektif.
Melalui buku ini, diharapkan kebaya tetap menjadi simbol keanggunan, identitas budaya, dan kebanggaan bangsa yang diwariskan untuk generasi mendatang.
Menurut Emi Wiranto sebagai Penulis dari buku itu juga mengatakan bahwa kebaya merupakan identitas bangsa yang tidak mengenal status sosial dan harus dilestarikan.
“Kebaya itu tidak memandang status sosial, dengan kebaya semua orang akan terlihat sama,” ujarnya.
Menanti Pengakuan UNESCO
Tim Nasional Kebaya (Timnas Kebaya) Indonesia terus memperjuangkan kebaya sebagai Warisan Budaya Tak Benda ke UNESCO.
Ketua Timnas Kebaya Lana T Koentjoro menjelaskan inisiatif tersebut lahir dari semangat komunitas yang kemudian didukung oleh pemerintah melalui surat rekomendasi dari kementerian terkait, secara khusus saat itu Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek)
“Pengajuan ke UNESCO harus berasal dari komunitas, bukan langsung dari pemerintah. Komunitas inilah yang mendorong pemerintah untuk mengambil langkah lebih lanjut,” kata Lana.
Agenda utama Timnas Kebaya meliputi empat poin penting, yaitu mengajukan penetapan Hari Kebaya Nasional, mendaftarkan kebaya ke UNESCO, melestarikan kebaya sebagai warisan budaya, dan memperkenalkannya ke dunia internasional melalui diplomasi budaya.
Setelah penetapan Hari Kebaya Nasional, langkah berikutnya adalah menunggu keputusan UNESCO terkait pengakuan kebaya yang akan diumumkan pada 2 Desember 2024 di Paraguay.
Untuk menyosialisasikan kebaya, Timnas Kebaya telah menggelar sejumlah kegiatan besar, seperti Parade Kebaya Nusantara yang telah diselenggarakan di berbagai daerah, termasuk Solo, Kalimantan, hingga Sumatera Uraea.
Antusiasme masyarakat sangat tinggi, dengan ribuan peserta yang serius berkebaya dalam acara tersebut.
Selain itu, Timnas Kebaya juga berkolaborasi dengan desainer muda untuk menciptakan kebaya modern yang menarik minat generasi muda tanpa meninggalkan nilai tradisionalnya.
Salah satu fokus utama Timnas adalah mendokumentasikan perjalanan kebaya melalui literasi dan publikasi.
Buku-buku khusus tentang kebaya disiapkan untuk menjadi referensi penting bagi generasi mendatang.
Keberhasilan itu disebut juga menjadi hasil kerja sama dengan pemerintah, termasuk keterlibatan aktif dari beberapa kementerian dalam berbagai acara berkebaya.
"Kita ingin gaung kebaya tidak hanya terdengar di dalam negeri, tetapi juga di tingkat internasional. Apresiasi besar kami tujukan kepada seluruh komunitas dan masyarakat yang mendukung gerakan ini," ujar Lana.
Dengan langkah-langkah konkret yang sudah diambil, kebaya sebagai simbol budaya Indonesia diharapkan segera mendapatkan pengakuan dunia melalui UNESCO, sekaligus memperkuat posisinya sebagai salah satu warisan kebanggaan bangsa.(ant/lgn)
Load more