tvOnenews.com - Gizi buruk merupakan salah satu permasalahan kependudukan di Indonesia yang menyebabkan stunting. Menurut hasil Survei Status Gizi Indonesia, prevalensi stunting di Provinsi Banten pada tahun 2022 mencapai 20,0 persen (turun dari 2021 sebanyak 24,5 persen). Hasil Survei Status Gizi Indonesia tahun 2022 menunjukkan bahwa Kabupaten Lebak (di dalamnya ada masyarakat Baduy) menempati peringkat 3 daerah dengan prevalensi stunting tertinggi di Provinsi Banten sebanyak 26,2%.
Stunting merupakan gangguan tumbuh kembang pada anak yang disebabkan oleh gizi buruk, infeksi berulang, dan stimulasi psikososial yang kurang memadai. Kecukupan dan pemenuhan kebutuhan gizi diperlukan untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal bagi perkembangan fisik, psikomotor, psikis, mental, dan sosial. Semakin tinggi faktor risiko malnutrisi, semakin besar kemungkinan terjadinya gangguan gizi.
Berdasarkan hasil penelitian, permasalahan balita masyarakat Baduy yang menderita stunting disebabkan oleh berbagai faktor antara lain: (a) minimnya pendidikan dan pengetahuan orang tua untuk merawat anaknya sehingga tidak memperhatikan asupan makanan bergizi, (b) orang tuanya saat hamil mengalami anemia dan kurang energi kronik (KEK), dan (c) masih kuatnya adat istiadat Baduy yang membatasi warganya kepada akses pendidikan dan kesehatan formal.
Pemerintah Daerah Lebak telah berupaya untuk mengentaskan stunting, misalnya melalui program pendampingan makanan tambahan anak (PMTA). Rutin setiap bulan anak balita warga Baduy yang positif stunting menerima program PMTA itu. Penyaluran program PMTA untuk balita warga Baduy agar mereka kembali sehat dan status gizi menjadi lebih baik. Petugas bidan dan kader di sembilan posyandu di kawasan Baduy terus mengoptimalkan penyuluhan dan sosialisasi untuk mewujudkan kesehatan balita dan ibu. Selain itu juga melakukan pemeriksaan kesehatan ibu dan bayi guna mendukung Indonesia sehat. Balita warga Baduy itu memperoleh biskuit, susu dan vitamin.
Namun, pada praktik di lapangan, pihak Posyandu masih mengalami kendala karena banyak balita di Baduy yang tinggal di luar Desa Kanekes dan bahkan di luar Kecamatan Leuwidamar mengikuti orang tua yang membuka ladang di sana. Bidan desa dan kader posyandu baru dapat melakukan pemeriksaan kesehatan dan penimbangan jika ada kegiatan ritual adat di kawasan pemukiman Baduy. Sebab, dipastikan warga Baduy yang ada di ladang luar kembali ke perkampungan pemukiman Baduy yang tersebar di lebih dari 60 kampung.
Permasalahan lain stunting atau kekurangan gizi bagi ibu hamil, menyusui, dan anak balita pada masyarakat Baduy akibat semakin terbiasanya makanan cepat saji atau instan. Hal ini terjadi terutama pada warga yang berada perkampungan perbatasan dengan perkampungan luar Baduy yang akses perdagangan lebih terbuka. Sumber pangan lokal di sekitar ladang yang sebelumnya terbiasa dikonsumsi sudah jarang dimanfaatkan. Tanaman tersebut biasa ditanam di ladang secara tumpang sari dengan padi sebagai tanaman wajib menurut adat orang Baduy.
Berdasarkan permasalahan itu, maka program Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat Universitas Indonesia dilakukan untuk meminimalisir gejala stunting pada masyarakat Baduy. Pengabdian yang diinisiasi oleh Prof. Dr. R. Cecep Eka Permana, S.S., M.Si. (ketua), Dr. Dra. Sri Murni, M.Kes., Dr. Syahrial, S.S., M.Hum., Marno Sunarya, Muhamad Pasha, Nayla Fathiyatuz Zahra, dan Agus Haryanto, S.S.
Stunting pada anak sudah tergejala sejak ibu hamil dan menyusui yang asupan gizinya kurang memadai. Oleh karena itu, program ini bertujuan untuk mengingatkan kembali kearifan lokal yang mereka pernah miliki untuk memanfaatkan pangan yang diperoleh di lingkungan terdekatnya. Sumber pangan lokal seperti ubi jalar, kacang tanah, jagung, kacang panjang, labu, talas, pepaya, pisang, dan lain-lain yang biasa ditanam di ladang sejatinya memiliki kandungan gizi tinggi yang bermanfaat untuk ibu hamil, menyusui, dan anak balita.
Kegiatan Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat ini adalah berupaya memberikan solusi pemecahan masalah terjadinya stunting pada masyarakat Baduy tanpa bertentangan dengan adat istiadat. Hal ini didasarkan atas berbagai berita media massa dan observasi di lapangan diketahui bahwa penyebab stunting pada masyaraat Baduy banyak disebabkan faktor lokasi dan budaya.
Lokasi kampung Baduy yang sulit dijangkau, sehingga akses kesehatan sangat terbatas baik yang dilakukan oleh kader kesehatan untuk mencapai warga, dan warga untuk mencapai Puskesmas atau Posyandu. Dari faktor budaya disebabkan karena adat membatasi warga untuk mendapatkan edukasi kesehatan moderen, adat berladang yang membatasi gerak warga untuk akses kesehatan, dan kearifan lokal yang semakin tergerus modernisasi khususnya dalam hal kesehatan dan gizi makanan.
Dalam berbagai keterbatasan yang ada, kegiatan hingga Oktober 2024 sudah berhasil dilakukan kegiatan pada 23 kampung, terdiri atas satu kampung Baduy Dalam (Cibeo) dan 22 kampung Baduy Luar, yakni Kp. Marengo, Kp. Cikuya, Kp. Gajeboh, Kp. Cihalang, Kp. Cicakal Muhara, Kp. Leuwi Buleud, Kp. Cipaler, Kp. Cibungur, Kp. Balingbing, Kp. Kaduketeur, Kp. Cicampaka, Kp. Kadujangkung, Kp. Kaduketug, Kp. Karahkal, Kp. Kadugede, Kp.Ciwaringin, Kp. Leuwihandam, Kp. Cisaban 1, Kp. Cisaban 2, Kp. Legok Jeruk, Kp. Kadu Kaso, dan Kp. Cihulu. Meskipun pada rencana awal kegiatan ini hanya satu kampung di Kampung Baduy Dalam dan sepuluh Kampung Baduy Luar.
Pada umumnya masyarakat di kampung-kampung tersebut senang dan berterima kasih mendapatkan pengetahuan tentang kandungan gizi dari pangan yang ada di lingkungan mereka sendiri, terutama di ladang. Sebagian besar mereka kurang menyadari bahwa tanaman semisal jagung, ubi rambat, kacang panjang, kacang tanah, labu, talas, pisang, dan pepaya itu bernilai gizi tinggi untuk ibu hamil menyusui dan anak balita mereka.
Memang hasil program pengentasan stunting tidak dapat dilihat secara signifikan pada akhir program tahun ini. Masih diperlukan monitoring dan evaluasi untuk melihat keberlanjutan dari kesadaran masyarakat Baduy ke depan dalam memanfaatkan dan mengolah pangan lokal mereka menjadi sumber makanan bergizi dan sehat. Munculnya kesadaran itu pun merupakan langkah awal yang baik untuk mengikis stunting pada masyarakat Baduy.(chm)
Load more