tvOnenews.com - Menjadi pengguna media sosial yang bijak, kreatif, dan inovatif, artinya mampu bersikap moderat saat berada di ruang digital. Moderasi virtual harus didasari dengan budaya bermedia sosial yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari.
Dosen Universitas Dr. Soetomo Surabaya Meithiana Indrasari menyampaikan hal tersebut saat menjadi narasumber dalam webinar literasi digital untuk segmen pendidikan yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) RI bersama Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi Utara, di Kabupaten Minahasa Selatan, Sulut, Senin (2/9).
Meithiana menegaskan, budaya bermedia digital merupakan kemampuan individu dalam membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa, dan membangun wawasan kebangsaan. Pengetahuan dasar nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika merupakan landasan bermedia digital yang bijak, kreatif dan inovatif.
”Nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika merupakan landasan berbudaya, berbangsa, dan bernegara. Nilai-nilai tersebut juga harus diimplementasikan di media sosial agar mampu bijak, kreatif, dan inovatif,” ujar Meithiana Indrasari dalam diskusi virtual yang dipandu moderator Anissa Rilia itu.
Dalam diskusi daring (online) bertajuk ”Menjadi Pengguna Media Sosial yang Bijak, Kreatif, dan Inovatif”, Meithiana berpesan, selain membudayakan nilai Pancasila di media sosial, pengguna juga bisa melakukan digitalisasi budaya yang tersebar di seluruh Nusantara.
”Digitalisasi budaya Indonesia merupakan salah satu upaya kreatif dan inovatif yang disesuaikan dengan zamannya. Selain itu, juga merupakan sebuah upaya pelestarian agar tak tergerus budaya asing,” imbuh Meithiana Indrasari.
Di akhir paparannya, Meithiana juga meminta pelajar untuk mencintai produk dalam negeri. ”Wujudkan nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai panduan karakter dalam beraktivitas di ruang digital, dan cintai produk sendiri,” pesan Meithiana di hadapan pelajar peserta diskusi yang mengikuti acara dengan menggelar nonton bareng (nobar) dari sekolah.
Sejumlah sekolah menengah yang menggelar nobar diskusi online di Kabupaten Minahasa Selatan dan sekitarnya kali ini, antara lain: SMPN 1, SMPN 2 dan SMPN 3 Tombatu, SMPN 1 dan SMPN 2 Ratahan, SMP Kristen Tatengesan, SMPN 1 dan SMPN 4 Touluaan, SMP Krispa Silian, SMPN 2 dan SMPN 3 Belang.
Dari sudut pandang keamanan digital, kreator konten Vio Zulistia mengatakan, pengguna media sosial yang bijak, kreatif, dan inovatif akan selalu meng-update ancaman keamanan digital, membantu orang dekat tentang keamanan digital, dan membagikan konten yang bermanfaat.
”Dari sudut pandang keamanan, bijak menggunakan media sosial berarti tidak mengunggah kartu identitas, tidak mengunggah ruang privasi, dan menjaga privasi orang lain,” jelas Vio Zulistia.
Sementara, Ketua Program Studi S1 Kewirausahaan Universitas Maarif Hasyim Latif Sidoarjo M. Adhi Prasnowo mengajak peserta mengenali salah satu platform media sosial yang kini banyak digandrungi remaja, yaitu: TikTok.
Adhi mengatakan, TikTok merupakan platform media sosial untuk membuat, berbagi, dan menemukan video pendek. Aplikasi ini digunakan oleh kaum muda sebagai saluran untuk mengekspresikan diri mereka melalui nyanyian, tarian, atau komedi. Selain untuk kepentingan entertain, TikTok hari ini banyak digunakan untuk bisnis.
”Fitur-fitur TikTok, yakni: alat pengeditan video, TikTok dance challenge, filter dan efek, TikTok memiliki beragam musik reels, hashtag challenge. TikTok memiliki fitur yang membantu pengguna mengukur pertumbuhan akun, fitur yang memungkinkan pengguna melakukan pemasaran dan mempromosikan produk atau layanan, dan fitur privasi,” jelas Adhi Prasnowo.
Untuk diketahui, webinar seperti digelar di Kabupaten Minahasa Selatan ini merupakan bagian dari program Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD). GNLD digelar sebagai salah satu upaya untuk mempercepat transformasi digital di sektor pendidikan hingga kelompok masyarakat menuju Indonesia yang #MakinCakapDigital.
Sejak dimulai pada 2017, sampai dengan akhir 2023 program ini tercatat telah diikuti 24,6 juta orang. Kegiatan ini diharapkan mampu menaikkan tingkat literasi digital 50 juta masyarakat Indonesia hingga akhir 2024.
Kecakapan digital menjadi penting, karena – menurut hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) – pengguna internet di Indonesia pada 2024 telah mencapai 221,5 juta jiwa dari total populasi 278,7 juta jiwa penduduk Indonesia.
Survei APJII juga menyebut, tingkat penetrasi internet Indonesia pada 2024 menyentuh angka 79,5 persen. Ada peningkatan 1,4 persen dibandingkan dengan periode sebelumnya. Pada 2018, penetrasi internet Indonesia tercatat berada di angka 64,8 persen. Kemudian naik secara berurutan menjadi 73,7 persen pada 2020, 77,01 persen pada 2022, dan 78,19 persen pada 2023.
(chm)
Load more