Terlebih setelah ada klasifikasi mineral strategis dan mineral kritis, Indonesia dipandang perlu mengatur kuota ekspor komoditas yang dikirimkan ke luar negeri untuk menunjukkan posisi pertambangan Indonesia di pasar global.
“Harga timah saat ini sudah kita kontrol karena hanya 3 negara yang memproduksi. Apabila 3 negara ini tidak memproduksi, maka harga pasti akan naik. Artinya sangat mudah kita bisa mengontrol harga,” ujarnya.
Di samping itu, dalam menghadapi gejolak rantai pasok dan tingkat kompetitif produk RI di pasar dunia, Anggota Grup MIND ID terus menjaga cash cost atau biaya tunai produksi pada level yang ditentukan serta tetap efektif dan efisien.
Dalam catatan MIND ID, cash cost Antam pada produk feronikel mencapai US$12.300 per ton, diikuti Vale Indonesia sekitar US$10.000 - 11.000 per ton. Secara rata-rata nasional, biaya produksi feronikel di Indonesia berada di level US$11.000 - 12.000 per ton.
“Perusahaan mineral tambang yang punya cash cost rendah pasti akan survive. Makanya dengan teknologi, pemanfaatan produk dapat dimonetisasi supaya survive,” tuturnya.(chm)
Load more