Mensos Risma mendapatkan Pujian dari Prof. Dr. Jan van der Putten, Asien-Afrika Institut di Universität Hamburg Jerman
- Humas Kemensos
Mensos Risma juga menceritakan apa yang telah dikerjakan di Kementerian Sosial. Bagaimana inovasi teknis dalam menangani dampak bencana seperti lumbung sosial dan pemberdayaan ekonomi bagi masyarakat miskin telah dijelaskan dengan gamblang dengan foto-foto yang menyentuh empati para audiens dan membangkitkan kerinduan warga Indonesia itu untuk ikut berkontribusi menolong sesama anak bangsa di tanah air. Selain itu, Mensos Risma juga menjelaskan transformasi organisasi, dengan bantuan teknologi informasi dan modal sosial “gotong royong” yang menjadi budaya Indonesia, telah menggerakkan Kementerian Sosial untuk memberikan nilai tambah yang lebih besar bagi masyarakat.
Secara keseluruhan, kesan humanis, inovasi dan tanggung jawab mendominasi paparan Risma daripada kesan politis. Seakan menolak untuk terjebak dalam gender parity dalam tema yang diberikan penyelenggara, Mensos Risma justru bertanya, “…kalau memimpin dan menjalankan manajemen dengan bantuan teknologi informasi, apa perbedaan laki-laki dan perempuan ?” Implementasi komando dan pengendalian dalam sistem Command Center dan SIKS-NG (aplikasi di Kementerian Sosial), menerima perintah dan menyelesaikan pekerjaan dilakukan melalui informasi, tidak membedakan apakah seseorang berhadapan dengan laki-laki atau perempuan.
Pada sesi tanya jawab, Ali Raza seorang peneliti yang berasal dari Pakistan dan bekerja di Helmut-Schmidt-Universität - Universität der Bundeswehr Hamburg, menanyakan bagaimana Mensos Risma bisa mempunyai kepemimpinan yang sangat kuat padahal perempuan. Risma menegaskan bahwa yang terpenting adalah niat untuk menyelesaikan permasalahan warga, dan sebagai pemimpin bertanggungjawab ke Tuhan Yang Maha Kuasa. Ali mengagumi kepemimpinan “Ibu Risma” dalam menyelesaikan urusan warga, menggunakan energi sosial masyarakat
Penanya selanjutnya, Maria, justru tidak bertanya tetapi memberikan testimoni sekaligus berterima kasih. Karena keluarganya yang tinggal di kaki Gunung Lewotobi, pedalaman Flores, Nusa Tenggara Timur yang Januari lalu terkena bencana erupsi. Bantuan dari Kemensos sudah datang dalam hitungan hari, tidak seperti sebelumnya bantuan baru datang dalam waktu minggu atau bulan atau bahkan tidak ada sama sekali hadir.
Prof. Jan memuji kuliah publik yang diberikan “Ibu Risma” dapat menginspirasi generasi mendatang dan dunia. Disambung oleh Yanti Mirdayanti, dosen Bahasa Indonesia di Universität Hamburg, berharap kesediaan Risma mengajar di Universität Hamburg. Usai penyerahan Cinderamata Wayang Nakula dan Sadewa setelah kuliah umum, Prof. Jan menyatakan kekagumannya pada Mensos Risma karena semangatnya yang tidak kenal lelah, dan bersedia datang di kampusnya.
Load more