Jakarta, tvOnenews.com - Perokok pasif ternyata miliki risiko tinggi terkena penyakit kanker paru. Hal ini diungkapkan Dokter Spesialis Paru dari Rumah Sakit Kanker (RSK) Dharmais, Jakarta, Mariska Pangaribuan.
Seorang perokok pasif adalah orang yang tidak melakukan aktivitas merokok namun sering menghirup asap rokok. Ternyata, risiko kanker bagi mereka bukan hal remeh.
Meskipun tidak pernah merokok, perokok pasif harus berhati-hati jika terlalu banyak menghirup asap rokok. Sebab, risiko kanker cukup tinggi dialaminya.
Menurut Mariska, risiko bagi perokok pasif untuk terkena kanker bisa sampai empat kali lipat.
"Orang yang tidak merokok, tapi menghirup asap rokok, memiliki empat kali lipat risiko terkena kanker paru dibandingkan yang tidak merokok," kata dia, dalam diskusi mengenai kanker paru secara daring, di Jakarta, Kamis (29/2/2024).
Risko kanker tentunya juga dimiliki oleh orang yang sehari-hari merokok atau perokok aktif.
Bagi perokok aktif, risiko kanker tentu menjadi lebih besar. Menurut Mariska, perokok aktif berisiko terkena kanker hingga 13 kali lipat dibandingkan orang yang tidak merokok sama sekali.
Hal itu dapat terjadi, lanjut Mariska lantaran asap rokok yang mengandung sekitar 4.000 senyawa kimia dan 400 zat berbahaya terhirup kepada jaringan epitel di paru-paru.
"Ada 43 zat karsinogenik atau zat yang bisa menyebabkan kanker, yang apabila terhirup dapat menyebabkan perubahan DNA atau kerusakan DNA pada sel, yang pada ujungnya akan menyebabkan keganasan pada sel yang rusak tersebut," ungkapnya.
Mariska menjelaskan, semakin lama seorang merokok maka sel-sel tubuh menjadi tidak bagus.
"Kalau merokok kan nggak cuma sekali ya, bertahun-tahun, sehari bisa satu bungkus, dua bungkus. Itu lama-lama sel tadi tidak bisa kembali bagus lagi. Dia menjadi sel yang rusak dan menjadi sel yang anomali, menjadi sel yang ganas," kata dia menjelaskan.
Sel ganas tersebut, kata Mariska, dapat membelah diri menjadi sel ganas yang lebih banyak lagi, sehingga kanker dapat menyebar ke organ tubuh lainnya.
Untuk itu, ia menegaskan kepada masyarakat yang masih merokok untuk dapat berhenti dari kebiasaannya tersebut. Sebab dapat berbahaya dan mengakibatkan risiko kanker, tidak hanya bagi diri sendiri, tapi juga orang lain.
Selain itu, ia juga menganjurkan kepada para perokok, mantan perokok, serta masyarakat yang tidak merokok namun kerap terpapar asap rokok untuk melakukan deteksi dini melalui skrining.
"Apabila kita mendapatkan risikonya sedang sampai ke tinggi, sebaiknya segera datang ke rumah sakit atau ke dokter paru untuk dinilai, perlukah kita melakukan skrining lebih lanjut," ujarnya.
Sebelumnya, Menteri Kesehatan (Menkes) RI Budi Gunadi Sadikin telah menyatakan agar masyarakat melakukan skrining kanker, sehingga penyakit tersebut dapat diketahui sejak dini dan bisa disembuhkan.
"Pesan saya untuk masyarakat, jangan takut untuk skrining dan periksa kanker, karena itu masalah," katanya (16/2).
Menkes Budi menilai menunda-nunda pemeriksaan kanker justru akan menyebabkan penyakit kanker menjadi semakin parah, semakin kecil peluang kesembuhannya, serta semakin banyak menghabiskan biaya. (ant/iwh)
Load more