Jakarta - Dokter spesialis penyakit dalam sekaligus Wakil Sekretaris Jenderal Perhimpunan Alergi dan Imunologi Indonesia, dr. Suzy Maria, Sp.PD, K-AI mengatakan, vaksin untuk mencegah terkena demam tifoid diberikan satu dosis dan diulang setiap tiga tahun sekali.
Vaksin untuk demam tifoid yang saat ini tersedia diperuntukkan untuk anak usia dua tahun ke atas karena pembentukkan antobodi terjadi dengan baik pada usia itu. "Satu dosis perlidungan selama 3 tahun. Vaksinasi diulang setiap 3 tahun sekali," kata Suzy dalam konferensi daring tentang tifoid, ditulis Jumat.
Vaksin tifoid aman digunakan dengan efek simpang yang hampir tak ada. Walau begitu, terkadang sebagian orang merasakan efek dengan tingkat yang bisa ditoleransi seperti rasa pegal di daerah bekas suntikan, tubuh tidak merasa enak dan demam ringan.
Suzy menuturkan, seseorang bisa mendapatkan vaksin di rumah sakit besar atau klinik yang menyediakan vaksin umum. Suntikan vaksin disarankan jeda satu bulan sebelum atau sesudah vaksin Covid-19. "Yakinkan vaksinnya ada, baru kita bisa datang (ke klinik atau rumah sakit). Nanti diberikan kartu vaksin, ada catatan kapan harus diulang," tutur dia.
Mereka yang pernah terkena demam tifoid tidak memiliki kekebalan dari infeksi alamiah sehingga masih berpeluang mengalami penyakit serupa di masa mendatang. Demam tifoid disebabkan infeksi bakteri Salmonella thyphi di saluran cerna dan berdampak pada seluruh tubuh. Makanan tak bersih dan terkontaminasi bakteri bisa menjadi sumber penularan penyakit yang dikategorikan sebagai foodborne diseases itu.
Selain vaksinasi, agar tak terkena demam tifoid, Suzy menyarankan, untuk memastikan makanan yang akan dikonsumsi dalam kondisi matang. Serta menjaga kebersihannya, baik itu dari tahap mempersiapkan bahan makanan, proses pengolahan, penyajian, pengemasan, penyimpanan, dan bahkan tahap pengantaran makanan – baik yang disiapkan sendiri, dibeli, maupun melalui pemesanan. (ari/ant)
Load more