Cipto juga tak hanya bicara, ia membuktikan keluar dari Budi Utomo saat organisasi ini dikendalikan pejabat kolonial. Bersama Ki Hajar Dewantara dan Douwes Dekker ia membangun Indische Partij, organisasi campuran yang lebih radikal memperjuangkan nasionalisme dan kemerdekaan Hindia.
Pemberang kelahiran Ambarawa pada 1886 ini sangat bangga dengan kelas kromonya.
Pengalaman bergaul dengan kaum kromo didapatkan dari Stovia. Pada sekolah dokter Jawa ini ternyata hanya 25 persen mahasiswanya yang berasal dari menak, bupati, patih. dan wedana. Dari statistik, sebagian besar justru berasal dari anak anak pejabat kelas menengah, seperti guru dan mantri. Bahkan ada anak pedagang, klerk dan lurah. Cipto sendiri bukan anak seorang bangsawan Jawa, tapi dilahirkan dari seorang guru saja.
Di Stovia, anak sulung dari sembilan bersaudara ini memilih indekost di kampung di sekitar sekolah. Ia bermain bola, makan dan minum, serta bermain dengan anak anak kampung,merasakan sendiri ketimpangan zaman itu. .
Akibatnya, setelah lulus pada 1905 ia tak kikuk berhadapan dengan rakyat jelata. Saat pandemi menyerang Malang pada 1910 ia terjun ke kampung kampung mengobati rakyat. Kiprahnya menjadi sukarelawan mengatasi wabah membuat ia diganjar bintang jasa Ridder Kruis dari pemerintah kolonial. (bwo)
Load more