Pengakuan Jujur Megawati Hangestri, Ternyata Sempat Tak Mau Main di Proliga 2025 Gara-Gara Hal Ini: Sebenarnya Aku...

tvOnenews.com - Megawati Hangestri Pertiwi, salah satu atlet voli putri terbaik Indonesia, akhirnya buka suara setelah penampilannya di Proliga 2025 dianggap kurang memuaskan oleh sebagian penggemar. 

Kembalinya Megawati ke Tanah Air usai menjalani dua musim luar biasa di Liga Voli Korea memunculkan ekspektasi besar dari publik.

Bersama Daejeon JungKwanJang Red Sparks, Megawati sukses membawa tim tersebut menembus final pertama sejak musim 2011–2012.

Meski akhirnya hanya menjadi runner-up, performa pevoli yang dijuluki Megatron dianggap luar biasa.

Namun, situasi berbeda justru terjadi saat Megawati memperkuat Gresik Petrokimia Pupuk Indonesia di Proliga 2025.

Harapan agar ia bisa mengangkat prestasi tim seperti yang dilakukannya musim lalu bersama Jakarta BIN tidak menjadi kenyataan.

Petrokimia gagal menembus babak grand final setelah terhenti di final four.

Dalam podcast bersama Deddy Corbuzier pada Selasa (20/5/2025), Megawati mengungkap kondisi sebenarnya yang selama ini disembunyikan dari publik.

"Aku cedera betis, robek 22 cm karena overuse (terlalu diforsir) sudah mulai terasa sejak leg pertama laga final," kata Megawati dalam podcast Deddy Corbuzier, Selasa (20/5/2025).

Cedera itu terus memburuk, bahkan saat pertandingan leg kedua berlangsung.

"Leg kedua sudah ketarik tetapi karena masih bisa melompat dan masih main seperti biasa tetap lanjut main," tambahnya.

Meski tubuhnya mengalami gangguan fisik, ia tetap memaksakan diri bermain.

"Rasanya sakit banget di betis, awalnya lutut, lututnya bengkak," ungkapnya lebih lanjut.

Megawati mengaku memilih untuk menyembunyikan kondisinya dari publik.

"Aku gak mau orang-orang tahu aku sakit," katanya.

Kondisi fisiknya semakin menurun saat leg ketiga berlangsung. 

"(Final) leg ketiga, betis dan paha bagian atas aku ketarik. Tetapi, tetap main 5 set dan gak minum obat penghilang rasa sakit," tuturnya.

Laga final Liga Voli Korea itu sendiri berjalan sengit hingga lima leg dan memaksa kedua tim bermain dalam lima set pada pertandingan terakhir.

Ia juga menceritakan tekanan yang ia hadapi selama di Korea Selatan. 

"Latihan di Korea Selatan, pastinya ada tekanan, capek, latihan lebih berat daripada pertandingan, latihan kayak padat banyak banget porsinya, teriakan pelatih juga," katanya.