Dari Meksiko ke Indonesia, Padel vs Tenis: Olahraga Mirip Tapi Beda Jauh, Mana yang Lebih Seru? Simak 8 Faktanya!
tvOnenews.com - Lagi digandrungi banyak orang, tapi olahraga padel dan tenis apakah sama? Tapi kok bola dan raket yang dipakai berbeda? Simak ulasan lengkapnya berikut ini.
Dunia olahraga kini tengah diramaikan dengan kemunculan berbagai jenis permainan baru yang memadukan keseruan, strategi, dan interaksi sosial. Salah satunya adalah padel, olahraga raket yang sedang naik daun di berbagai negara, termasuk Indonesia.
Sekilas mirip dengan tenis, padel sebenarnya menawarkan pengalaman bermain yang sangat berbeda, lebih cepat, lebih taktis, dan tentu saja lebih seru untuk dimainkan bersama teman.
Padel menjadi tren karena sifatnya yang inklusif dan mudah dipelajari. Berbeda dari tenis yang cenderung menuntut teknik tinggi, padel bisa dimainkan oleh siapa pun, dari anak muda hingga orang dewasa, bahkan bagi mereka yang baru pertama kali memegang raket.
Tak heran jika banyak komunitas urban kini mulai melirik padel sebagai alternatif gaya hidup sehat yang juga menyenangkan. Lalu, apa saja hal menarik seputar olahraga padel dan apa bedanya dengan tenis?
Melansir dari berbagai sumber, berikut ulasan lengkap soal Padel Vs Tenis:
1. Asal Usul dan Popularitas Padel
Padel pertama kali ditemukan di Meksiko pada tahun 1969 oleh Enrique Corcuera. Ia memodifikasi lapangan squash di rumahnya dengan menambahkan elemen tenis lapangan. Tak disangka, ide sederhana itu menjadi cikal bakal olahraga padel modern.
Beberapa tahun kemudian, padel menyebar ke Spanyol dan Argentina, lalu berkembang pesat hingga menjadi olahraga favorit di Eropa.
Kini, Spanyol disebut sebagai “tanah air padel” karena memiliki ribuan lapangan aktif dan pemain profesional. Popularitasnya pun merambah ke Asia, termasuk Indonesia, dengan semakin banyaknya klub dan fasilitas padel baru di kota-kota besar.
2. Lapangan: Lebih Kecil, Tapi Penuh Strategi
Kalau tenis dimainkan di lapangan terbuka, padel justru dimainkan di lapangan berdinding kaca atau logam dengan ukuran 20 x 10 meter, lebih kecil dari lapangan tenis yang panjangnya mencapai 23,77 meter.
Dinding ini bukan sekadar pembatas, tapi bagian dari strategi permainan karena bola boleh memantul ke dinding sebelum dikembalikan.
Permainan ini menuntut refleks cepat dan kemampuan membaca arah pantulan bola, sehingga terasa seperti perpaduan antara tenis dan squash. Hasilnya, padel menjadi olahraga yang intens namun tetap seru dan dinamis.
3. Raket: Lebih Ringkas dan Mudah Dikendalikan
Raket padel memiliki bentuk padat tanpa senar, berbeda dengan raket tenis yang menggunakan jaring senar lentur. Permukaannya dipenuhi lubang-lubang kecil agar tetap ringan dan memberikan efek kontrol yang baik.
Desain ini membuat raket padel lebih mudah dikendalikan, terutama bagi pemain pemula yang belum terbiasa dengan teknik pukulan kuat seperti dalam tenis. Jadi, jika kamu mencari olahraga raket yang tidak terlalu sulit secara teknis, padel bisa jadi pilihan ideal.
4. Bola dan Servis: Mirip Tapi Tak Sama
Sekilas bola padel terlihat identik dengan bola tenis, namun ternyata berbeda dari segi tekanan udara. Bola padel memiliki tekanan lebih rendah sehingga pantulannya lebih lembut dan tidak terlalu tinggi.
Selain itu, servis dalam padel dilakukan dari bawah pinggang (underhand), bukan dari atas kepala seperti tenis. Hal ini membuat permainan terasa lebih mudah diikuti oleh semua usia, termasuk bagi pemula yang belum menguasai servis kuat ala pemain tenis profesional.
5. Aturan Main: Kombinasi Tenis dan Squash
Padel selalu dimainkan secara ganda, dua lawan dua. Skor yang digunakan sama seperti tenis, yakni 15–30–40–game. Namun, perbedaan utamanya terletak pada penggunaan dinding.
Bola boleh memantul ke dinding belakang atau samping sebelum dikembalikan ke lawan, mirip dengan permainan squash.
Sistem pantulan ini membuat strategi dan komunikasi antar-pemain sangat penting. Tak jarang, kemenangan dalam padel ditentukan bukan oleh kekuatan, tapi kecerdikan dalam memanfaatkan pantulan bola.
6. Tingkat Kesulitan dan Durasi Permainan
Padel cenderung lebih mudah dipelajari dibanding tenis. Tidak diperlukan kekuatan besar, tetapi lebih pada kecepatan reaksi dan kerja sama tim. Karena lapangannya lebih kecil, permainan pun berlangsung lebih cepat dan efisien.
Jika tenis bisa berlangsung hingga dua jam, padel biasanya hanya memakan waktu 45–60 menit per sesi. Format ini cocok bagi mereka yang ingin tetap aktif tanpa harus menghabiskan waktu lama di lapangan.
7. Manfaat Kesehatan Bermain Padel
Selain menyenangkan, padel juga memberikan manfaat luar biasa bagi kesehatan tubuh dan mental.
Melatih jantung dan stamina. Gerakan cepat dan berpindah arah melatih sistem kardiovaskular serta daya tahan tubuh.
Membakar kalori. Dalam satu jam permainan, pemain bisa membakar sekitar 400–600 kalori, cukup efektif untuk menjaga berat badan ideal.
Melatih keseimbangan dan koordinasi. Karena padel mengandalkan refleks dan pergerakan cepat, otot inti dan keseimbangan tubuh akan semakin terlatih.
Meningkatkan mood. Padel merangsang pelepasan hormon endorfin dan menjadi sarana bersosialisasi yang positif, membantu mengurangi stres dan kelelahan mental.
8. Tren Padel di Indonesia
Dalam beberapa tahun terakhir, padel mulai dikenal di Indonesia melalui klub olahraga dan hotel-hotel premium yang menyediakan lapangan khusus. Komunitas pemain padel pun tumbuh cepat, terutama di Jakarta, Bali, dan Surabaya.
Dengan konsep permainan yang ringan namun kompetitif, padel digadang-gadang sebagai olahraga gaya hidup baru yang cocok untuk masyarakat urban yang sibuk tapi tetap ingin aktif dan bersosialisasi.
Padel dan tenis memang memiliki akar yang sama, namun keduanya menawarkan pengalaman bermain yang berbeda. Tenis menonjolkan kekuatan dan teknik, sementara padel lebih menekankan strategi, refleks, dan kerja sama tim.
Bagi kamu yang ingin mencoba sesuatu yang baru, seru, dan tetap menyehatkan, padel bisa jadi pilihan olahraga modern yang menyenangkan sekaligus bermanfaat. (udn)