Ternyata Begini Sejarah Awal Mulanya Perayaan Maulid Nabi, Khalid Basalama Sebut Muncul dari Kerajaan Dinasti Fatimiyah.
Sumber :
  • Istimewa/pixabay.com

Ternyata Begini Sejarah Awal Mulanya Perayaan Maulid Nabi, Khalid Basalama Sebut Muncul dari Kerajaan Dinasti Fatimiyah

Sabtu, 8 Oktober 2022 - 09:13 WIB

Jakarta - Maulid atau hari kelahiran (571 M) Nabi Muhammad saw diperingati masyarakat Indonesia setiap bulan Rabiul Awwal. Perayaan itu pada umumnya diisi dengan kegiatan berzikir bersama, shawalatan dan pembacaan buku rawi (buku sejarah kehidupan Nabi Muhammad saw). 

Bahkan tidak itu saja, anak-anak sekolah pun dan masyarakat di perayaan Maulid Nabi Muhammad saw juga sering mengadakan acara-acara agama atau tausiah di masjidnya masing-masing. Namun, tahukah anda sejarah awal mulanya perayaan Maulid Nabi Muhammad saw?

Dari ceramah Ustaz Khalid Basalama, ia katakan awal mulanya perayaan Maulid Nabi Muhammad saw muncul pada tahun 230 Hijriah dan ini muncul dari Kerajaan Dinasti Fatimiyah (Syiah) dan pada saat itu dibentuk di Mesir. 

"Jadi mereka membentuk di Mesir, ada 6 macam Maulid dan sampai hari ini di Iran masih ada itu. Jadi yang paham Syiah mengikuti ini. Sayangnya banyak yang ahli sunnah menarik ajaran ini kepemahaman mereka, padahal ini adalah pemahaman Syiah," tutur Ustaz Khalid Basalama seperti yang dikutip dari Lentera Islam, Sabtu (8/10/2022). 

Sambungnya jelaskan, mereka memiliki enam macam peringatan Maulid Nabi, yakni maulid Nabi Muhammad saw, Hasan, Husin, Fatimah dan Ali serta Rajanya mereka. 

Sementara dilansir dari NU Online kitabnya Wafa’ul Wafa bi Akhbar Darul Mustafa, yang dijelaskan bahwa seorang bernama Khaizuran (170 H/786 M) merupakan ibu dari Amirul Mukminin Musa al-Hadi dan al-Rasyid datang ke Madinah dan memerintahkan penduduk mengadakan perayaan kelahiran Nabi Muhammad di Masjid Nabawi

Dari Madinah, Khaizuran juga menyambangi Makkah dan melakukan perintah yang sama kepada penduduk Makkah untuk merayakan kelahiran Nabi Muhammad. Jika di Madinah bertempat di masjid, Khaizuran memerintahkan kepada penduduk Makkah untuk merayakan Maulid di rumah-rumah mereka. 

Untuk diketahui, Khaizuran merupakan sosok berpengaruh selama masa pemerintahan tiga khalifah Dinasti Abbasiyah, yaitu pada masa Khalifah al-Mahdi bin Mansur al-Abbas (suami), Khalifah al-Hadi dan Khalifah al-Rasyid (putra). Karena dia berpengaruh besar, Khaizuran mampu menggerakkan masyarakat Muslim di Arab. 

Hal ini dilakukannya agar teladan, ajaran, dan kepemimpinan mulia Nabi Muhammad bisa terus menginspirasi warga Arab dan umat Islam pada umumnya.

Namun, dikutip dari NU Online, pada masa Dinasti Abbasiyah, pembaruan pemikiran memang banyak terjadi di semua sektor kehidupan, dari perkembangan ilmu-ilmu umum, arsitektur, hingga situs-situs sejarah. Khaizuran merupakan salah satu sosok yang mempunyai perhatian besar terhadap Nabi Muhammad beserta situs-situs sejarah peninggalan Nabi. Termasuk memprakarsai penghormatan terhadap kelahiran Rasulullah SAW.

Dilansir kembali dari NU Online, Maulid Nabi Muhammad saw diperingati dengan berbagai macam mitifnya. Karena, ada sebagian orang merayakan Maulid Nabi Muhammad saw sebagai bentuk cinta kepada Rasulullah saw. Namun ada juga yang memperingati hari Maulid Nabi Muhammad saw sebagai bentuk syukur kepada Allah atas kelahiran Nabi Muhammad saw. 

Memang, Maulid Nabi Muhammad saw layak diperingati oleh umat Islam baik sebagai bentuk cinta rasul atau sebagai rasa syukur kepada Allah. Dan, ada juga yang menyebutkan, peringatan Maulid Nabi Muhammad saw sebaiknya diisi dengan ibadah yang dapat mendekatkan diri kepada Allah sebagaimana isyarat Rasulullah saw terhadap sahabatnya perihal puasa hari Senin.

 ذَاكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيهِ, وَبُعِثْتُ فِيهِ, أَوْ أُنْزِلَ عَلَيَّ فِيهِ 

Artinya: 

"Itu (puasa Senin) hari aku dilahirkan, aku diutus, atau hari wahyu diturunkan kepadaku," (HR Muslim).

Namun, Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani megatakan, bahwa peringatan maulid sebagai bentuk syukur kepada Allah dapat ditarik dari hadis Nabi Muhammad saw riwayat Bukhari dan Muslim perihal puasa Asyura (10 Muharram) yang dilakukan umat Yahudi. 

Ketika tiba di Madinah, Rasulullah saw menemukan Yahudi Madinah mengamalkan puasa Asyura. Ketika ditanya, mereka menjawab, "Ini (10 Muharram) adalah hari Allah menenggelamkan Firaun dan menyelamatkan Musa. Kami berpuasa hari ini sebagai bentuk syukur kepada Allah."

“Kami lebih layak memuasakannya daripada kalian,” jawab Rasulullah saw.

Al-Asqalani menyimpulkan bahwa syukur kepada Allah dilakukan karena nikmat yang Allah berikan atau karena mudharat yang Allah hindarkan. Sedangkan kelahiran Nabi Muhammad saw (maulid) merupakan nikmat terbesar di alam raya ini.


والشكر لله تعالى يحصل بأنواع العبادات كالسجود والصيام والصدقة والتلاوة وأي نعمة أعظم من النعمة ببروز هذا النبي صلى الله عليه وسلم الذي هو نبي الرحمة في ذلك اليوم


Artinya:

"Syukur kepada Allah swt terwujud dengan pelbagai jenis ibadah, misalnya sujud (shalat sunnah), puasa, sedekah, dan membaca Al-Qur’an. Adakah nikmat yang lebih besar pada hari ini dari kelahiran Nabi Muhammad saw, nabi kasih sayang." (As-Suyuthi: 63). (Aag)

Berita Terkait :
Topik Terkait
Saksikan Juga
04:33
07:01
06:26
01:11
02:39
02:22
Viral