- tim tvone/Akhyar
Satu-satunya Al-Qur'an Berusia Ratusan Tahun di Medan, Bukti Peradaban Islam di Masa Kesultanan Deli
Sumatera - Daerah-daerah di Indonesia memiliki banyak jejak peradaban agama Islam. Baik itu berupa peninggalan sebuah bangunan, benda maupun ajaran-ajaran agama Islam. Terutama di Kota Medan, Sumatera Utara, yang memiliki satu-satunya Al-Qur'an berusia ratusan tahun sebagai tanda bukti jejak peradaban agama Islam pada masa Kesultanan Deli. Hal itu dibeberkan Nazir Masjid Raya Al Mashun Medan, Hamdan kepada tvonenews.com, Sabtu (3/9/2022).
"Jadi ada falsafah orang-orang tua Melayu dahulu di Medan ini. Begini bunyinya, tak Islam maka tak Melayu, dan orang Melayu pasti Islam. Jadi wajar saja, peradaban Islam di Sumut, tak terlepas oleh suku Melayu, terutama Kesultanan Deli. Begitu juga bukti jejak-jejak peradaban agama Islam di Kota Medan. Satu di antaranya, satu-satunya Al Quran yang sudah memiliki usia ratusan tahun di Kota Medan," ujar Hamdan.
Sambungnya menjelaskan, Al-Qur'an tersebut merupakan bukti jejak-jejak peninggalan peradaban Islam pada masa Kesultanan Deli. Lanjutnya menerangkan, dan sekarang Al-Qur'an itu saat ini terletak di dalam ruangan Masjid Raya Al-Mashun Kota Medan.
"Jadi, kami menempatkannya di dalam rak besar dengan penutup kaca. Al-Qur'an tersebut sudah berusia ratusan tahun dan lebih tua usainya daripada Masjid Raya Al Mashun," kata Hamdan.
Selanjutnya, saat disinggung Al-Qur'an itu terbuat dari bahan apa? Ia menyebutkan bahwasanya Al-Qur'an tersebut terbuat dari bahan kertas kulit kayu yang ditulis tangan.
Bahkan, Hamdan juga memberikan kesempatan kepada tim tvonenews.com, untuk membuktikan tulisan ayat-ayat di Al-Qur'an berusia ratusan tahun itu merupakan tulisan asli dengan cara melihat tulisannya dari jarak dekat.
Namun, ia melarang untuk menyentuh langsung Al-Qur'an tersebut. Pasalnya, Badan Kemakmuran Masjid Raya tidak mengizinkan. Sebab, takut mengalami kerusakan,
"Hanya bisa memastikannya melihat dari kaca pembatas rak Al-Qur'an itu saja. Karena pihak Badan Kemakmuran Masjid tidak mengizinkan. Sebab, takut mengalami kerusakan, sama halnya seperti yang dialami dua Al-Qur'an dari tiga di antara Al-Qur'an tertua di Medan," ucapnya.
Sambungnya menjelaskan, pada masa lalu, ketiga Al-Qur'an tertua tersebut bisa disentuh serta dipergunakan. Namun, karena terjadi kerusakan pada dua Al-Qur'an itu, maka pihak dari BKM mengamankannya dengan meletakkan di rak besar yang terbuat dari kayu dan kaca.
"Walaupun sudah berusia ratusan tahun, satu di antara Al-Qur'an itu masih utuh, dengan bacaan hurufnya yang masih jelas. Akan tetapi, sampai saat ini belum diketahui pasti, tentang asal usul Al-Qur'an itu," ungkapnya.
Lanjutnya menuturkan, asal usul Al-Qur'an itu belum diketahui, karena belum ada yang bisa menerjemahkan bahasa mukadimah dari Al-Qur'an tersebut.
"Namun, kabarnya bahasa yang di Al-Qur'an tersebut merupakan bahasa Urdu dan Parsi. Maka, kami pihak dari masjid pun menginginkan apabila ada seorang akreologi atau peneliti yang ingin menerjemahkan dipersilahkan datang," bebernya.
Namun, ia sebutkan, apabila sudah diterjemahkan, hasil terjemahaannya diberikan kepada pihak Masjid. Hal ini dilakukan, ia katakan, agar nantinya dapat memberikan informasi tentang Al-Qur'an tersebut. Terutama kepada masyarakat luas yang datang ke Masjid Raya Al Mashun Kota Medan.
Sambungnya menceritakan, sekitar tujuh (7) tahun silam, dari pihak Kementerian Agama datang ke Masjid Raya Al Mashun Medan. Hal lantaran pihak kementerian agama ingin menerjemahkan dan meneliti tentang Al-Qur'an tersebut.
"Namun, sampai saat ini belum diterima hasilnya dari pihak Badan Kemakmuran Masjid Raya Al Mashun," pungkasnya.
Lalu, ia katakan, sampai saat ini banyak yang mempertanyakan terkait Al-Qur'an tersebut. Bahkan, pihak masjid Raya Al-Mashun Medan hanya bisa memberikan informasi terkait usianya saja. Namun, pihak masjid tidak bisa menceritakan panjang lebar soal asal usulnya Al-Qur'an itu.
Foto Masjid Raya Al Mashun Kota Medan
Selanjutnya, saat disinggung alasan mengapa Al-Qur'an itu berada di dalam Masjid Raya Al Mashun Medan. Hamdan katakan, karena Al-Qur'an itu diberikan Kesultanan Deli saat masjid berdiri kokoh di masa Kerajaan Kesultanan Deli.
"Namun, kami pihak masjid belum mengetahui, di masa Sultan mana yang diberikan 3 Al Quran tersebut. Akan tetapi, Al-Qur'an tersebut ada di dalam masjid tentunya Sultan Deli yang meletakannya. Namun asal usulnya belum diketahui," bebernya.(Aag)