- unsplash/ Rumman Amin
Hikmah Idul Fitri, Rasakan Kenikmatannya
Idul Fitri selalu hadir sebagai penutup ibadah puasa Ramadan di setiap tahunnya. Seluruh umat Islam senantiasa menyambut dan merayakannya dengan rasa penuh kegembiraan, keceriaan, kebahagiaan, dan suka cita. Namun dibalik itu semua ada hikmah yang luar biasa dibalik idul fitri.
Sebelumnya Allah SWT telah mendidik manusia tanpa keterpaksaan tetapi dengan penuh kesadaran untuk menahan diri dari yang halal-halal agar dapat tahan dari hal-hal yang diharamkan. Hal ini merupakan fokus utama Ramadhan. Bahwa ketika Ramadhan usai, umat muslim diharapkan tidak tergoda dari melakukan hal-hak yang diharamkan.
Hari raya Idul Fitri adalah merupakan puncak dari pelaksanaan ibadah puasa. Idul Fitri memiliki makna yang berkaitan erat dengan tujuan yang akan dicapai dari kewajiban berpuasa itu sendiri yaitu manusia yang bertaqwa.
Kata Id atau Eid sendiri berdasar dari akar kata aada – yauudu yang artinya kembali sedangkan fitri bisa berarti buka puasa untuk makan dan bisa berarti suci. Fitri yang berarti buka puasa berdasarkan akar kata ifthar (sighat mashdar dari aftharo – yufthiru) dan berdasar hadis Rasulullah SAW yang artinya:
”Dari Anas bin Malik: Tak sekali pun Nabi Muhammad SAW. Pergi (untuk shalat) pada hari raya Idul Fitritanpa makan beberapa kurma sebelumnya." Dalam Riwayat lain: "Nabi SAW. Makan kurma dalam jumlah ganjil." (HR Bukhari).
Dengan demikian, makna Idul Fitri berdasarkan uraian di atas adalah hari raya dimana umat Islam untuk kembali berbuka atau makan. Maka dari itu, salah satu sunah sebelum melaksanakan shalat Idul Fitri adalah makan atau minum walaupun sedikit. Hal ini untuk menunjukkan bahwa hari raya Idul Fitri, pada 1 syawal itu waktunya berbuka dan haram untuk berpuasa.
Haramnya berpuasa di hari Idul Fitri ini punya makna agung yaitu tegarnya menatap hari esok dalam bingkai kebersamaan. Kebersamaan menghadapi segala bentuk tantangan, rintangan, dan provokasi. Pemahaman yang tidak mudah di intervensi oleh kesesatan sehingga menjadi sosok kekuatan dalam bingkai persatuan:
{ إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُواْ بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُواْ اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ } [الحجرات:10
“Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat”.
Sedangkan kata Fitri yang berarti suci, bersih dari segala dosa, kesalahan, kejelekan, keburukan berdasarkan dari akar kata fathoro-yafthiru dan hadis Rasulullah SAW yang artinya “Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan dengan didasari iman dan semata-mata karena mengharap ridho Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (Muttafaq ‘alayh). Barangsiapa yang shalat malam di bulan Ramadhan dengan didasari iman dan semata-mata karena mengharap ridho Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. (Muttafaq ‘alayh) .
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan pula bahwa Idul Fitri bisa juga diartikan kembalinya kita kepada keadaan suci, atau keterbatasan dari segala dosa dan noda sehingga berada dalam kesucian (fitrah).
Hikmah Idul Fitri
Hikmah Idul Fitri seperti dikutip dari NU Online akan didapatkan oleh orang-orang yang kembali kepada fitrahnya setelah satu bulan berperang melawan hawa nafsu. Seorang muslim yang kembali ke fitrahnya akan memiliki sikap-sikap teladan, seperti:
- Istiqomah memegang agama tauhid yaitu Islam. Ia akan tetap berkeyakinan bahwa Allah itu maha Esa dan hanya kepadanya kita memohon.
- Dalam kehidupan sehari-hari, dirinya akan selalu berbuat dan berkata yang benar, walaupun itu pahit.
- Ketiga, dirinya akan tetap berlaku sebagai hamba Allah yang selalu taat dan patuh kepada perintah-Nya.
Namun, bila ketiga ciri fitrah tersebut tidak tampak pada diri seorang muslim mulai di hari fitri dan hari-hari berikutnya, maka ujian yang telah dilakukan selama Ramadhan tidaklah berhasil, karena dirinya tidak mampu kembali kepada fitrahnya. Wallahu a'lam bish-shawabi(awy)