Takut Riya saat Berbuat Baik? Baca Doa Agar Terhindar dari Riya dan Syirik

tvOnenews.com - Dalam kehidupan sehari-hari, sering kali seseorang ingin melakukan kebaikan, tetapi muncul rasa takut dianggap riya atau berbuat karena ingin dipuji orang lain. 

Misalnya, seseorang rajin shalat berjamaah di masjid bukan semata karena Allah, tetapi karena ingin terlihat saleh atau menarik perhatian seseorang.

Namun, riya tak selalu datang dari orang yang senang dipuji. 

Kadang, justru muncul pada orang yang meninggalkan amal baik karena takut dipuji. 

Hal ini pernah dijelaskan oleh almarhum Syekh Ali Jaber dalam salah satu ceramahnya.

Beliau menceritakan kisah tentang seseorang yang selama bertahun-tahun selalu berada di shaf pertama saat shalat berjamaah. 

Hingga suatu hari, orang itu mendengar kabar bahwa ada jamaah lain yang memujinya, “Subhanallah, bapak itu selalu di shaf pertama, hebat sekali.”

Mendengar pujian tersebut, orang itu merasa tidak nyaman dan akhirnya memutuskan untuk pindah ke shaf belakang. 

Menurut Syekh Ali Jaber, tindakan seperti ini juga termasuk bentuk riya.

“Jika benar-benar karena Allah, semestinya walaupun dipuji, tidak dipedulikan. Tetap komitmen dan istiqamah mengamalkannya,” ujar beliau dalam kanal YouTube Muslim, yang diunggah pada 27 Mei 2021.

Beliau menambahkan, menjaga keikhlasan bukan hanya di awal, tetapi juga di tengah dan di akhir amal.

“Makanya ulama berkata, jaga ikhlas di awal amal, di pertengahan amal, dan di akhir amal,” kata Syekh Ali Jaber.

“Mungkin dimulai dengan niat baik, tapi di pertengahan, namanya manusia ada ujian. Ada bangga diri, dan hal-hal lain yang bisa merusak ikhlas kita,” lanjutnya.

Dengan kata lain, mundur dari kebaikan karena takut dipuji sama saja dengan meninggalkan amal karena manusia, bukan karena Allah.

Ada pula orang yang rajin berada di shaf pertama, tetapi niatnya bukan untuk ibadah, melainkan agar mendapat jabatan, misalnya menjadi ketua masjid. 

Dalam hal ini, Syekh Ali Jaber menegaskan bahwa hal itu sudah masuk ke dalam perbuatan syirik.