news

Daerah

Bola

Sport

Gaya Hidup

Video

Tvone

Yesi Yesika, anak mantan pendeta yang bikin 3.000 Muslim murtad ceritakan sang ayah, Rudi Mulyadi mualaf dan kondisi setelah peluk agama Islam.
Sumber :
  • Tangkapan layar YouTube RJL 5

Awalnya Bikin Murtad 3.000 Muslim, Mantan Pendeta ini Malah Mualaf meski Kini Jatuh Miskin usai Masuk Agama Islam Viral

Sempat viral pada 2022, kini kisah perjalanan mualaf mantan pendeta ini yang membuat 3.000 Muslim murtad kembali heboh atas keputusannya memeluk agama Islam.
Jumat, 2 Mei 2025 - 04:54 WIB
Reporter:
Editor :

tvOnenews.com - Kisah perjalanan mualaf seorang mantan pendeta yang bertugas bikin murtad 3.000 Muslim kembali viral di media sosial.

Pada 2022 lalu, mantan pendeta yang membuat 3.000 Muslim murtad juga sempat menghebohkan jagad maya. Siapa sangka, tugasnya berakhir sejak mualaf.

Walau sempat memurtadkan 3.000 Muslim, mantan pendeta tersebut jatuh miskin setelah memeluk agama Islam. Tak ayal, kisah mualaf seorang yang dipercaya sebagai pendeta kembali viral.

Mantan pendeta yang bertugas agar 3.000 Muslim murtad atau keluar dari agama Islam adalah sosok almarhum Rudi Mulyadi. Kisahnya memutuskan mualaf diceritakan sang putri, Yesi Yesika.

Disclaimer: Kisah perjalanan mualaf ini memberikan inspirasi di balik seseorang yang menemukan jalan hijrah, tanpa menyudutkan pihak atau kelompok tertentu.

Yesi Yesika, anak mantan pendeta yang memurtadkan 3.000 Muslim, Rudi Mulyadi ceritakan kisah perjalanan mualaf ayahnya
Sumber :
  • Tangkapan layar YouTube RJL 5

 

Yesi Yesika menceritakan perjalanan mualaf keluarganya yang bermula dari keputusan sang ayah, Rudi Mulyadi mantap memeluk agama Islam pada 1994 silam.

Yesi mengatakan bahwa, tanda-tanda ayahnya menemukan titik hijrah ke agama Islam bermula saat mengalami kejadian aneh. Lantas, seperti apa kisah mantan pendeta memutuskan mualaf? Simak di sini!

Sosok Rudi Mulyadi Mantan Pendeta yang Memurtadkan 3.000 Muslim

Dilansir tvOnenews.com dari kanal YouTube RJL 5 - Fajar Aditya, Jumat (2/5/2025), Yesi menjadi narasumber untuk mengisahkan perjalanan spiritual Rudi Mulyadi.

Yesi menjelaskan sesungguhnya Rudi sudah menjadi pendeta yang taat kepada agama Kristen. Sampai akhirnya, bertemu dengan kekasihnya, Ripka Hartini yang kini menjadi ibu dari Yesi.

"Papa saya seorang pendeta terkenal di beberapa gereja di Jakarta dan ibu saya seorang penginjil atau misionaris di gereja, kemudian kakak saya Ustaz Yusuf Ismail, beliau adalah aktivis gereja. Kami anak-anaknya sudah mengikuti jejak mereka berdua," ujar Yesi Yesika kepada Fajar Aditya selaku host RJL 5.

Siapa sangka, Yesi mengaku ayah tercintanya membuat ribuan Muslim berpindah keyakinan dari agama Islam untuk memeluk agama Kristen.

Rudi tidak serta merta mengajak sebanyak 3.000 Muslim murtad ke agama Kristen karena sebagai tugasnya menjadi pendeta.

"Jadi, dari situ banyak fasilitas-fasilitas gereja diberikan kepada kami, seperti akhirnya sudah terkenal papa saya jadi pendeta yang banyak prestasi," katanya.

Sebaliknya, ibunya selaku misionaris gereja menjalankan tugas untuk mencari orang Islam yang tersesat. Dalam arti, menjadi Muslim yang kurang mampu dari kebutuhan ekonomi.

Pada akhirnya, Ripka memberikan bantuan sosial kepada orang yang kurang mampu secara terus-menerus dengan menjalankan misi memberikan keberkahan.

"Jadi, memberikan sembako, memberikan pangan untuk mereka, teruntuk anak-anak yang putus sekolah, kita sekolahkan lagi diberikan pendidikan," terangnya.

Yesi mengutarakan bahwa, bantuan tersebut yang dilakukan kedua orang tuanya mengandung misi terselubung, yakni dengan cara mendoktrin atau menyisipkan pemahaman ilmu agama Kristen.

"Kita kasih ajaran kita, bahwa ajaran agama (Kristen) yang penuh kasih sayang dan selalu ada kepada orang-orang membutuhkan. Mereka mau tak mau sudah didoktrin seperti itu terus-menerus, akhirnya tertarik masuk ke agama Kristen," paparnya.

Rudi mempunyai tugas untuk pembaptisan 3.000 Muslim yang ingin memeluk Kristen. Mantan pendeta itu bahkan sampai survei ke rumah salah satu targetnya, sebut saja Bapak Abdullah.

Saat di kediaman Bapak Abdullah, Rudi merasa terkejut ada banyak bingkai bergambar Kaligrafi dan bertuliskan "Syahadat" sebagai syarat non-Muslim memeluk agama Islam.

"(Bingkai Kaligrafi) harus dicopot kata papa saya karena tidak boleh ada atribut-atribut keIslaman di sini. Akhirnya dicopot dan diganti dengan salib," terangnya saat mengisahkan Rudi memurtadkan Bapak Abdullah.

Mendapat Bisikan Dua Kalimat Syahadat

Yesi melanjutkan, ketika Rudi pulang ke rumah, mantan pendeta itu mendapat kejadian aneh berupa bisikan yang bersuara dua kalimat syahadat.

"Akhirnya papa saya pulang ke rumah sambil mengendarai mobil, tiba-tiba ada bisikan di telinganya kalimat Syahadat itu 'Tiada tuhan selain Allah, Nabi Muhammad utusan Allah' tapi bukan suaranya Bapak Abdullah. Bisikan itu di telinga beliau dan kencang sekali," paparnya.

Yesi mengatakan, apabila Rudi mendengar bisikan tersebut dari suara Bapak Abdullah, kemungkinan masih beragama Kristen.

Setelah di rumah dan hendak tidur, kata Yesi, bisikan serupa kembali muncul yang mendengung dengan kencang di telinga Rudi Mulyadi.

"Beliau berdoa dengan cara beliau saat menjadi pendeta. Saat berdoa, ternyata enggak mempan dan bisikan itu tetap ada. Akhirnya, minta bantuan didoakan kepada teman beliau sesama pendeta agar imannya tidak luntur," bebernya.

Yesi tidak menyangka setelah sang ayah tercinta mendapat dorongan doa dari temannya yang menjadi pendeta, bisikan tersebut semakin menggema terus-menerus.

"Ketika dia mau makan, mau mandi, mau tidur, bahkan khutbah di gereja pun masih ada dan selalu sama dengan ucapan Syahadat 'Tiada tuhan selain Allah, Nabi Muhammad utusan Allah'," lanjut Yesi.

Mencari Kebenaran tentang Syahadat

Seiring berjalannya waktu, Rudi Mulyadi semakin resah terhadap bisikan tersebut. Pada akhirnya, ia merasa penasaran tentang arti dari dua kalimat Syahadat.

"Awal beliau mencaritahu itu dari rekomendasi buku-buku bahkan buku lama. Dan satu buku yang menarik perhatian beliau itu adalah kehidupan setelah kematian," tuturnya.

Bisikan tersebut membuat Rudi terus mencari kebenaran tentang agama Islam pada 1988 hingga 1994 silam. Semakin dekat dengan Islam, Rudi menyentuh terjemahan dalam Al-Quran.

"Beliau baca terjemahan karena enggak bisa lafadz Arab. Saat menyentuh, bahkan sampai khatam Al-Quran. Pada akhirnya, beliau memutuskan masuk Islam pada tanggal 13 Januari 1994," ucapnya.

"Pada saat itu, papa diam-diam enggak ngomong sama keluarganya dan beliau tidak bilang prosesnya ada bisikan. Kita sebagai anak-anak memperhatikan papa terlihat gelisah tapi enggak berani tanya kenapa karena beliau kan pendeta, akhirnya memendam sendiri," sebutnya.

"Tapi, saya ingat beliau pulang malam hari dan besoknya keluarga dikumpulkan kalau papa sudah masuk Islam. Kita sekeluarga kaget, terutama mama seorang penginjil. Kita akhirnya berantem dan suasana keluarga sudah tidak harmonis lagi," lanjutnya.

Kata Yesi, kakak laki-laki pertamanya yang kini bernama Ustaz Yusuf ismail bersikeras agar Rudi kembali ke agama Kristen. Ripka juga mengadu kepada gereja kalau Rudi telah mualaf.

Pihak Gereja Geram atas Keputusan Rudi Pilih Mualaf

"Pihak gereja yang mendengar hal itu langsung tidak terima dan papa saya didatangi oleh pihak sana ke rumah dengan muka tak enak sekitar berjumlah tujuh pendeta sebagai teman-teman papanya," katanya.

Yesi selaku merasa ketakutan akibat tujuh pendeta itu memasang wajah kesal kepada Rudi Mulyadi. Namun, Yusuf Ismail dan Ripka tetap berada di depan, hanya saja mereka terdiam.

"Mereka enggak mau duduk sambil berdiri tegap bertanya 'Kenapa Bapak Rudi yang sudah memurtadkan 3.000 orang, kok bisa ikut ke agama Islam? Padahal dulu benci sekali, sampai mendoktrin orang orang kita (mualaf), kenapa sekarang malah masuk Islam?'," jelas Yesi sambil mengutip ucapan tujuh pendeta tersebut.

Sifat Galak Rudi Mulyadi Berubah saat Diolok Pendeta

Yesi melanjutkan kisah perubahan sifat sang ayah sejak masuk agama Islam. Saat menjadi pendeta, Rudi Mulyadi merupakan sosok keturunan asal Manado yang memiliki watak keras.

"Papa saya bahkan otoriter banget saat itu dan kita anak-anak dan istrinya bilang enggak itu enggak boleh. Tapi (setelah mualaf), mukanya adem banget dan beliau cuma nunduk, senyum, mendengarkan orang-orang gereja mengolok dia," katanya.

Yesi dan keluarga yang melihat sikap sang ayah merasa terkejut karena tak menunjukkan sifat aslinya selama dihujat teman-teman lamanya dari gereja.

"Beliau mengajak duduk teman-temannya untuk berdiskusi santai, namun kondisi sudah mencekam mengundang reaksi tetangga, akhirnya menentukan diskusi kepada teman-temannya di waktu yang tepat," imbuhnya.

Dengan kelakarnya, Rudi Mulyadi bercanda sampai mengatakan sesi waktu diskusi yang tepat pada hari Kiamat. Ia juga membandingkan kebenaran siapa sosok yang datang di hari Akhir.

"Kalau Yesus turun di hari Kiamat, maka ajaran agamamu benar, tetapi kalau sampai Nabi Isa AS turun, maka ajaran agama saya (Islam) yang benar," tutur Rudi Mulyadi saat diulas ulang oleh Yesi.

Perubahan Sikap Rudi Pemicu Satu Keluarga Mualaf

Yesi mengatakan, perubahan sikap sang ayah terlihat damai, sehingga ia bersama kakak perempuannya yang kedua lebih dulu mualaf seminggu setelah Rudi bersyahadat.

Namun, sang ibu dan kakak pertama masih bertahan pada agama Kristen, bahkan sampai mengancam Rudi agar bercerai akibat kondisi keyakinan keluarganya sudah berbeda.

Setelah tiga bulan berdebat, mereka mengaku kalah atas Rudi dan mengatakan seluruh pertanyaannya terjawab di agama Islam. Keduanya telah resmi menjadi mualaf.

Awal Mula Jatuh Miskin

Yesi mengatakan cobaan berat menghantui keluarganya sejak mualaf. Pihak gereja langsung menarik seluruh aset berharga akibat tidak terima Rudi sekeluarga memeluk agama Islam.

"Enggak ada pendapatan sama sekali, karena papa saya istilahnya bekerja di gereja. Mama saya juga begitu tidak bekerja lagi, semua fasilitas dicabut, seperti rumah seisinya, mobil. Kita cuma bawa baju untuk pindah (ke kontrakan kecil)," ujar Yesi.

Seluruh pihak keluarga dan sanak saudara yang beragama Kristen juga menolak keberadaan Rudi Mulyadi sekeluarga, hanya perkara memeluk agama Islam.

"Istilahnya kita dibuang, di kontrakan enggak kenal siapa pun hanya cuma mengetahui pemilik kontrakan rumah. Mama papa juga mencari pekerjaan enggak dapat, mungkin di situ ujiannya apakah keimanan kita kuat atau enggak," katanya.

"Saya dan kakak beruntungnya tetap dimasukkan sekolah oleh papa, walaupun suka menunggak SPP sudah menjadi keseharian, bahkan mama minta bantuan kepada keluarga tetap mendapat cacian," tukasnya.

(hap)

Berita Terkait

Topik Terkait

Saksikan Juga

11:47
15:11
07:39
18:33
03:26
01:19

Viral