- Tangkapan Layar YouTube Yayasan Syekh Ali Jaber
Hanya Luangkan Satu Jam di Waktu ini, Doa Hari Jumat Langsung Lancarkan Hajat Secepat Kilat Kata Syekh Ali Jaber
tvOnenews.com - Doa hari Jumat mengandung kemuliaan yang begitu mendalam. Allah SWT langsung mengabulkan segala hajat apa pun sebagai keutamaan besarnya.
Doa hari Jumat memberikan keberkahan, dapat membuat hajat cepat diterima oleh Allah SWT.
Meski demikian, ada waktu terbaik untuk membaca doa hari Jumat, bahkan hajat dikabulkan hanya membutuhkan satu jam saja.
Senada dengan almarhum Syekh Ali Jaber di semasa hidupnya pernah menganjurkan doa hari Jumat, sebaiknya diamalkan pada waktu khususnya.
Lantas, kapan waktu terbaik membaca doa hari Jumat untuk menyampaikan hajat?
- iStockPhoto
Dilansir tvOnenews.com dari channel YouTube TAMAN SURGA.NET, Jumat (21/2/2025), Syekh Ali Jaber membocorkan satu waktu yang masih rahasia dapat menggetarkan hajat melalui doa hari Jumat.
Doa hari Jumat sesungguhnya tidak memiliki batasan dalam soal bacaan dan ketentuan waktunya. Namun, beberapa hadis riwayat membocorkan setidaknya berdoa di waktu tertentu.
Kisi-kisi kapan waktu terbaik membaca doa hari Jumat telah tercantum dalam redaksi hadis riwayat Imam Bukhari.
Hadis riwayat tersebut menerangkan bahwa waktu terbaik mengamalkan doa hari Jumat ini memberikan keistimewaan yang tidak biasa, Rasulullah SAW bersabda:
فِيهِ سَاعَةٌ لاَ يُوَافِقُهَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ ، وَهْوَ قَائِمٌ يُصَلِّى ، يَسْأَلُ اللَّهَ تَعَالَى شَيْئًا إِلاَّ أَعْطَاهُ إِيَّاهُ
Artinya: "Di hari Jumat terdapat suatu waktu yang tidaklah seorang hamba muslim yang ia berdiri melaksanakan shalat lantas ia memanjatkan suatu doa pada Allah bertepatan dengan waktu tersebut melainkan Allah akan memberi apa yang ia minta." (HR. Bukhari)
Syekh Ali Jaber menyebutkan dalam redaksi hadis ini, memberikan tanda-tanda waktu doa ini terletak di salah satu waktu shalat.
Mantan Imam Besar Masjidil Haram itu mengatakan doa hari Jumat yang digetarkan tidak begitu lama, hanya membutuhkan satu jam saja untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
"Ada satu jam dalam Hari Jumat, barang siapa yang dapat berdoa di satu jam itu akan dijabah doanya," ujar Syekh Ali Jaber.
Satu jam di hari Jumat ini, menurut Syekh Ali Jaber, sangat bermakna walaupun umat Muslim masih belum mengetahuinya hingga sekarang.
Di jam ini, kata dia, menjadi tantangan bagi orang-orang mukmin yang ingin meningkatkan ketakwaan.
Sebab, waktu tersebut menandakan orang-orang disibukkan untuk melakukan aktivitas sehari-harinya, salah satunya bekerja.
Namun begitu, Syekh Ali Jaber menegaskan waktu yang satu ini, memiliki kedudukan lebih tinggi daripada waktu lainnya di hari Jumat.
Ulama besar kelahiran asal Madinah ini memberikan kisi-kisinya bahwa satu jam yang dimaksud, terletak pada waktu sore hari.
"Satu jam yang menunjukkan paling kuat diijabah doanya adalah satu jam terakhir di sore hari," katanya.
Syekh Ali membagikan jadwal Maghrib, rata-rata di wilayah Indonesia baru tiba di sekitar pukul 18.00.
Jika waktu maghrib pada pukul 18.00, maka waktu mustajab berdoa adalah satu jam sebelum adzan Maghrib tiba.
"Jika maghrib pada pukul 18.00, maka mulainya dari jam 5 sore," jelasnya.
Secara umumnya, setelah mengerjakan shalat Ashar telah menjadi waktu mengamalkan doa hari Jumat, walaupun yang paling afdhol satu jam sebelum Maghrib tiba.
Pernyataan ini berdasarkan hadis riwayat dari redaksi Abu Dawud yang menganjurkan setelah Ashar memperbanyak doa hari Jumat, Rasulullah SAW bersabda:
"Pada hari Jumat terdapat dua belas jam (pada siang hari), di antara waktu itu ada waktu yang tidak ada seorang hamba muslim pun memohon sesuatu kepada Allah melainkan Dia akan mengabulkan permintaannya. Oleh karena itu, carilah ia di akhir waktu setelah Ashar." (HR. Abu Dawud, al Nasa'i, al Hakim dan al Baihaqi)
Berdasarkan hadis tersebut, Syekh Ali Jaber sebelum menutup ceramahnya membagikan kondisi di Madinah pada waktu tersebut.
Ia mengatakan pendidikan yang berpusat di Madinah terbiasa diberhentikan, karena lebih mengutamakan untuk mengisi amalan doa hari Jumat setelah Ashar hingga satu jam sebelum Maghrib.
(hap)