- NU Online/Suwitno
Mulai Sekarang Amalkan ini dalam Menyambut Bulan Ramadhan, Gus Baha Tegaskan Kebiasaan dari Para Ulama
tvOnenews.com - Banyak amalan yang telah menjadi persiapan umat Muslim di dunia. Hal ini berfungsi dalam rangka menyambut bulan suci Ramadhan.
Sebelum Ramadhan tiba, umat Muslim memperbanyak amalan, yang tujuannya guna melatih diri hendak mengisi ibadah di bulan suci ini.
Dengan gaya ceramahnya sambil berkelakar, KH Ahmad Bahauddin Nursalim alias Gus Baha mengungkapkan cara dirinya mengisi amalan apa saja dalam menyambut Ramadhan.
Gus Baha membongkar tabiatnya untuk merutinkan satu amalan sebelum Ramadhan, bahkan kegiatan ini telah menjadi kebiasaan dari para ulama.
Para ulama, kiai di pesantren, tokoh agama mempertebal intensitas amalan mereka. Gus Baha mengakui dirinya juga mengikuti kebiasaan mereka sebelum Ramadhan tiba.
- iStockPhoto
Lantas, seperti apa amalan dalam menyambut bulan Ramadhan yang dirutinkan para ulama dan Gus Baha?
Dilansir tvOnenews.com dari channel YouTube Najwa Shihab, Kamis (20/2/2025), Gus Baha melakukan sesi perbincangan seputar bulan Ramadhan.
Murid kesayangannya Mbah Moen itu mengatakan amalan yang selalu ditekankan untuk meniru kebiasaan ulama, yaitu mengaji.
"Kesibukan saya jelang Ramadhan standar saja, mempersiapkan mengaji, lebih banyak mengajinya," ungkap Gus Baha.
Mengapa mengaji menjadi amalan menyambut bulan Ramadhan?
Para ulama terus meningkatkan intensias belajar dan mengajar mereka melalui pengajian. Nantinya, bisa memahami betul apa itu tafsir, akhlak, fiqih, dan syariat agama Islam lainnya.
Ia mengatakan bahwa kegiatan mengaji sudah dirutinkan para ulama sejak bulan Syaban tiba. Para tokoh agama terus membaca dan menelaah tafsir apa saja yang terdapat di dalam kitab tentang ilmu agama.
Berdasarkan kebiasaan para ulama, pengajian mulai bergetar setiap hari pada pertengahan tanggal di bulan Syaban. Gus Baha mengikuti tabiat mereka sebelum Ramadhan benar-benar tiba.
"Biasanya orang datang ke rumah untuk mengaji, Ramadhan saya di rumah," tutur dia.
Gus Baha kebetulan memiliki latar belakang di kehidupan pesantren membagikan tradisi yang dialami olehnya seputar literatur ulama.
Literatur ulama di pesantren menyoroti soal tradisi yang tertanam, bahkan telah dinamai bernama pasaran.
Seluruh pihak berada di lingkungan pesantren, khususnya para santri akan mengisi pengajian dan membaca kitab, yang semakin ditingkatkan pada bulan Ramadhan.
Para murid atau santri bahkan tenaga pengajar sekali pun mempertebal amalannya lewat mengaji, karena bulan Ramadhan selalu disebut memberikan keberkahan. Mereka tidak ingin melewati kesempatannya agar tak sia-sia.
"Kalau tradisi di kami, di pesantren, misalnya satu kiai mengajar 2-3 kitab setelah shalat Fardhu. Bisanya kalau Ramadhan ini full. Karena ini untuk melengkapi orang Indonesia dapat berkahnya Ramadhan," terang dia.
Ia menjelaskan mengapa pengajian sangat ditingkatkan, karena berkaitan dengan meningkatkan cara mengajar dan menumpahkan syariat ilmu agama Islam kepada santri dan masyarakat.
Mereka coba memahami secara betul soal ilmu fiqih, akhlak, seputar puasa dan sebagainya. Nantinya, tidak mengalami kesulitan lagi dalam urusan ibadahnya, apalagi wajib berpuasa selama Ramadhan.
"Kalau kita belajar kitab atau membacakan kitab ke masyarakat supaya tahu caranya niatnya orang dulu ketika puasa atau cara pandang orang dulu tentang puasa," tandasnya.
(hap)