- Pixabay
Naskah Khutbah Jumat 14 Februari 2025: Apakah Sudah Shalat di Malam Nisfu Syaban? Tolong Perhatikan ini
tvOnenews.com - Naskah khutbah Jumat memberikan beberapa manfaat yang berupa nasihat dan ajakan kepada para jemaah shalat Jumat.
Naskah khutbah Jumat menjadi bahan materi memenuhi rangkaian kebutuhan ibadah selama pelaksanaan shalat Jumat.
Khatib akan menyampaikan naskah khutbah Jumat dalam sesi ceramah, sebagaimana khutbah adalah bagian rukun shalat Jumat. Artinya, bersifat wajib dan tidak boleh ditinggalkan umat Muslim.
Pada kali ini, khatib dapat menggunakan naskah khutbah Jumat singkat untuk pelaksanaan shalat Jumat, 14 Februari 2025.
Tema naskah khutbah Jumat hari ini mengambil seputar malam Nisfu Syaban. Sebab, ada hadis riwayat mengenai anjuran untuk mengerjakan shalat sunnah di waktu tersebut.
- iStockPhoto
Dilansir tvOnenews.com dari laman resmi khotbahjumat, Jumat (14/2/2025), naskahh khutbah Jumat ini bertajuk "Apakah Sudah Shalat di Malam Nisfu Syaban? Tolong Perhatikan ini".
Naskah Khutbah Jumat Singkat Tema Shalat di Malam Nisfu Syaban
الحَمْدُ لِلهِ الَّذِي أَكْرَمَنَا بِالْإِسْلَامِ، وَأَعَزَّنَا بِهِ قُوَّةً وَإِيْمَانًا، وَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِنَا فَجَعَلَنَا أَحِبَّةً وَإِخْوَانًا، وَأَشْهَدُ أَن لَّا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، أَنْزَلَ كِتَابَهُ هُدًى وَرَحْمَةً وَتِبْيَانًا، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، هَدَى اللهُ بِهِ مِنَ الضَّلَالَةِ، وَعَلَّمَ بِهِ مِنَ الْجَهَالَةِ، وَأَعَزَّ بِهِ بَعْدَ الذِّلَّةِ، وَكَثَّرَ بِهِ بَعْدَ القِلَّةِ، صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الَّذِينَ كَانُوا لَهُ عَلَى الْحَقِّ إِخْوَانًا وَأَعْوَانًا؛ أَمَّا بَعْدُ.
عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ حَيْثُ قَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ: يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا.
Jemaah Jumat yang dimuliakan oleh Allah SWT
Pertama-tama marilah kita terus meningkatkan iman dan takwa dengan mengucap puja dan puji syukur kepada Allah SWT yang Maha Pemberi segalanya berupa kenikmatan, karunia, rezeki, dan akal sehat yang masih dirasakan kita sampai saat ini tiada hentinya.
Tak lupa, khatib selalu mengingatkan setidaknya marilah kita bersholawat serta salam kepada Nabi kita Nabi Muhammad SAW. Berkat beliau, kita bisa selalu istiqomah berada di jalan Allah SWT dan menjauhi segala perbuatan kemaksiatan.
Maasyiral muslimin rahimahumullah
Kita telah mengetahui Nisfu Syaban jatuh pada hari ini, Jumat, 14 Februari 2025. Ketentuan jadwal Nisfu Syaban setelah Kementerian Agama (Kemenag) RI menetapkan perhitungan kalender 1446 Hijriah.
Kita juga telah melewatkan malam Nisfu Syaban, yang dianggap memiliki keistimewaan luar biasa dan malam-malam di mana umat Muslim memperbanyak amalan untuk mendapat ridha dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Banyak spekulasi liar soal mengerjakan amalan-amalan di malam Nisfu Syaban. Ada yang menyebutkan anjuran tersebut berasal dari hadis palsu.
Tidak sedikit dari mereka menganggap malam Nisfu Syaban, menjadi waktu terbaik mengapa amalan harus diperbanyak karena momen itulah Allah SWT melihat langsung hamba-bamba-Nya yang beriman.
Redaksi hadis riwayat mengenai amalan yang dikerjakan pada malam tanggal 15 bulan Syaban berasal dari Abu Musa al Asy'ari, Rasulullah SAW bersabda:
إن الله ليطلع في ليلة النصف من شعبان فيغفر لجميع خلقه إلا لمشرك شرك أو مشاحن
Artinya: "Sesungguhnya Allah melihat pada malam pertengahan Syaban. Maka Dia mengampuni semua makhluk-Nya, kecuali orang musyrik dan orang yang bermusuhan." (HR. Ibnu Majah)
Syaikh al Albani mengatakan hadis riwayat itu hasan atau sahih. Artinya, Allah SWT turun ke bumi untuk memantau siapa hamba-Nya yang tetap beristiqomah berada di jalan yang benar.
Lantas, mengapa masih ada hadis riwayat bersifat dhaif? Artinya, kebenarannya masih belum terbukti perihal amalan khusus di malam Nisfu Syaban.
Kaum muslimin rahimahumullah
Salah satunya adalah Ibnu Rajah rahimahumullah mengomentari beberapa hadis riwayat yang masih diperselisihkan kebenarannya.
Hadis riwayat yang menjadi perdebatan terkait amalan khusus terletak pada anjuran mengerjakan puasa sunnah, juga shalat sunnah di malam Nisfu Syaban.
Menurut as-Syaukani Rahimahumullah, hadis riwayat dari Aisyah Radhiyallahu 'Anha dianggap memiliki kelemahan karena sanad hadis tersebut telah terputus.
Namun demikian, hal itu tidak perlu menjadi perdebatan lebih jauh dan sesuai dengan pemahaman dan kepercayaannya masing-masing.
Perihal shalat di malam Nisfu Syaban, masyarakat Indonesia mempercayai adanya keutamaan dari ibadah ini dibagi menjadi tiga tingkatan.
Tingkatan pertama mengacu pada orang-orang yang terbiasa mengerjakan shalat di luar malam Nisfu Syaban. Ibadah ini ibaratnya melatih diri bagi orang yang sudah sering atau rutin menunaikan shalat sunnah malam.
Semisal orang yang rajin mengerjakan shalat sunnah malam, pastinya memiliki pola pikir shalat sunnah di malam Nisfu Syaban tidak dikhususkan dan tidak meyakini adanya keistimewaan.
Sejatinya, amalan ibadah ini tak menjadi masalah selama menanamkan perspektif seperti itu karena tidak berbuat hal sesuatu yang keluar dari jalur ajaran agama.
Tingkatan kedua berupa hukum shalat khusus di malam Nisfu Syaban condong mengarah "bid'ah". Nabi SAW tidak pernah meriwayatkan hadis soal memberikan perintah kepada umatnya mengerjakan amalan khusus di malam pertengahan bulan Syaban.
Hadis riwayat ini mengacu pada redaksi Ibnu Majah dari Ali RA, begini bunyinya:
"Jika malam Nisfu Syaban, maka shalatlah di malam harinya dan berpuasalah pada siangnya."
Ibnu Rajab Rahimahumullah sesungguhnya menegaskan penilaian hadis riwayat itu sangat lemah, bahkan dianggap palsu oleh Rasyid Ridha Rahimahumullah. Hadis itu tidak boleh menjadi pedoman kalau hukumnya syar'i.
Ibadallah,
Kita bisa mengulas dari perkataan Syaikh Bin Baz Rahimahumullah yang berbunyi: "Semua riwayat yang menerangkan keutamaan shalat malam Nisfu Syaban adalah riwayat palsu."
Ibnu Rajab dalam al Lathaif menjelaskan soal keterangan mengenai shalat malam Nisfu Syaban yang dianggap mengarah ke perbuatan beberapa kelompok tabi'in, begini bunyinya:
"Malam Nisfu Syaban diagungkan oleh tabi’in dari Syam. Mereka bersungguh-sungguh melakukan ibadah pada malam itu. Dari mereka inilah, keutamaan dan pengagungan malam ini diambil. Ada yang mengatakan, ‘Riwayat yang sampai kepada mereka tentang malam nisfu Sya’ban itu adalah riwayat-riwayat isra’iliyyat.’ Ketika kabar ini tersebar diseluruh negeri, manusia mulai berselisih pendapat, ada yang menerimanya dan sependapat untuk mengagungkan malam nisfu Sya’ban, sedangkan Ulama Hijaz mengingkarinya. Mereka mengatakan, ‘Semua itu perbuatan bid’ah."
Pemahaman berasal dari pendapat ulama yang Hijaz ini adalah benar. Kita bisa mengingat redaksi dari Surat Al Maidah Ayat 3, Allah SWT berfirman:
"Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu." (QS. Al Maidah, 5:3)
Tingkatan ketiga dari shalat malam Nisfu Syaban memang ada yang mengarahkan ibadah dilakukan secara khusus, apalagi jumlahnya tertentu setiap tahunnya.
Spekulasi ini membuat amalan khusus tersebut dianggap semakin parah, bahkan tidak baik apabila dibandingkan dengan tingkatan kedua. Sunnahnya tidak berlaku sama sekali bahkan jauh dari apa yang diperintahkan Nabi SAW.
Sidang Jumat yang berbahagia
Demikianlah khatib memaparkan khutbah pertama secara detail pada sesi kali ini, semoga kita membutuhkan pemahaman tentang ilmu agama, terkhusus bagi yang sudah mengerjakan shalat khusus di malam Nisfu Syaban. Artinya, kita wajib istiqomah berada di jalur kebenaran, mana yang sahih dan juga dhaif.
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ. أَمَّا بَعْدُ؛
(hap)