news

Daerah

Bola

Sport

Gaya Hidup

Video

Tvone

Ilustrasi. Ruang tengah rumah pengasingan Sutan Sjahrir.
Sumber :
  • ANTARA

Kisah Cinta Tragis Tokoh Nasionalis Sutan Sjahrir-Maria Johanna Duchâteau, Hubungan Asmara yang Menerabas Tradisi dan Antar-Budaya

Dalam penelitian Kees Snoek, surat surat Sutan Sjahrir pada perode 1932-1940 pada perempuan Belanda bernama Maria Johanna Duchâteau lah tercermin cinta, perjuangan, dan keadilan sosial, di tengah kolonialisme yang mencekik
Selasa, 31 Desember 2024 - 10:06 WIB
Reporter:
Editor :

Maria, di sisi lain, menjalani kehidupan di Eropa. Ia menikah lagi dengan adik Sjahrir, Soetan Sjahsyam, namun tetap membawa kenangan masa lalu bersama Sjahrir dalam hatinya.


Mencurahkan pemikiran

Surat-surat Sjahrir kepada Maria menjadi medium untuk mencurahkan perasaan dan pemikiran sang diplomat. Dalam suratnya, Sjahrir kerap mengkritik ketidakadilan kolonial dan menggambarkan penderitaan rakyat Indonesia.

Salah satu surat Sjahrir menggambarkan desa miskin di Jawa:

"Desa ini terlihat begitu kaya dengan sawah hijau, tetapi penduduknya hanya makan sekali sehari. Dari 3.000 orang, hanya satu keluarga yang memiliki tanah lebih dari dua bau. Yang lain hidup dari hasil tanah yang nyaris tidak cukup untuk bertahan." (28 September 1932).

Kisah ini menyoroti ironi antara keindahan alam Indonesia dan kemiskinan yang merajalela akibat eksploitasi kolonial. Sjahrir juga mencatat beban yang ditanggung oleh perempuan desa, yang bekerja keras membawa hasil panen ke pasar untuk penghasilan kecil.

Dalam surat-suratnya, Sjahrir mencerminkan kekagumannya pada dinamisme Barat, yang ia kaitkan dengan Maria.

Maria, meski mendukung perjuangan Sjahrir, tetap dianggap menjadi bagian dari bangsa penjajah, yang membuat hubungan mereka dipandang penuh kontradiksi.

Selama masa kebebasannya sebelum ditangkap pada 1934, Sjahrir sering bepergian ke berbagai wilayah Jawa untuk mengorganisasi partainya, Pendidikan Nasional Indonesia (PNI).

Ia mengamati kehidupan perdesaan dengan sudut pandang antropologis, mencatat ketimpangan sosial, etnisitas, dan gender.

Ia mengkritik bangsawan Jawa yang hidup nyaman dalam kolaborasi dengan pemerintah kolonial, menyebut mereka "terdegradasi" dibandingkan rakyat desa yang ia anggap memiliki potensi revolusioner.

Sjahrir juga menunjukkan kebenciannya pada ketidakadilan kolonial yang mewabah, seperti di penjara Cilacap, tempat ia mencatat perlakuan buruk dan makanan yang tidak layak bagi tahanan.

Ia menyebut kolonialisme sebagai sistem yang merampas kemanusiaan, baik secara fisik maupun spiritual.

Setelah ditangkap, Sjahrir diasingkan ke Boven-Digoel dan kemudian Banda Naira. Meski terisolasi, ia terus menulis kepada Maria, mencatat pengamatan tentang budaya lokal dan mendalami pemahaman lintas budaya.

Kompleksitas politik yang memanas termasuk meletusnya perang dunia perlahan memaksa Sjahrir untuk berhenti mengirimkan surat cinta kepada Maria.

Berita Terkait

1 2
3
4 Selanjutnya

Topik Terkait

Saksikan Juga

05:05
01:59
02:45
02:14
01:33
04:47

Viral