Rajab.
Sumber :
  • nu online

Pendakian Spiritual di Bulan Rajab

Selasa, 15 Februari 2022 - 15:03 WIB

Sudah menjadi pandangan umum bagi kaum muslimin se-dunia, bahwa di bulan Rajab ini umat Islam merayakan peristiwa Isra Mikraj sebagai manifestasi dari produk spirit perjalanan manusia menuju Tuhan yaitu dengan diperjalankannya Nabi Muhammad Saw dari  Masjidil haram ke Masjidil Aqsa ke Sidratulmuntaha untuk menerima gambaran tentang dunia alam semesta dan kemudian menerima wahyu perintah shalat lima waktu dalam satu hari.

Umat Islam selain merayakan peristiwa Isra Mikraj di bulan Rajab ini, dijadikan sebagai momentum titik awal untuk meningkatkat mutu ritual ibadah shalat yang senantiasa akan memberi kekuatan spirit bagi perubahan-perubahan prilaku setiap individu muslim.  Ciri utamanya adalah dibangunnya kekuatan spirit disetiap individu, dengan terus menerus menempa untuk meningkatkan mutu ibadah ritual dengan membersikan, mensucikan jasmani, ruhani sebagai kendaraan ruhani menuju jalan  yang diridhoi Allah SWT.

Untuk menuju perjalanan kepada Tuhan dalam arti beribadah, seseorang terlebih dahulu harus melakukan pembersihan, pensucian diri sebagaimana yang digambarkan dalam peristiwa Isra Mikraj yakni sebelum Nabi Muhammad Saw diperjalankan ke sidratul muntaha mustawan, beliau dibersihkan dulu ruhaninya, seluruh isi hatinya, seluruh isi pikirannnya yang kemudian diisi dengan ruh-ruh yang akan bisa menerima sebuah wahyu  yang sangat besar yaitu perintah  shalat lima waktu..

Peristiwa Isra Mikraj di bulan Rajab ini menggambarkan bagi setiap individu muslim yang ingin mensucikan diri, harus dengan menyiapkan diri di bulan Rajab yaitu dengan dibangunnya ibadah ritual salat, saum dan  dzikir sebagai kendaraan ruhani yang harus dipersiapkan agar memiliki kekuatan yang sangat kuat, kecepatan yang sangat cepat dan memiliki energi yang bisa mengantarkan ruhani mencapai derajat fitrah.

Fitrah, bukanlah sesuatu yang tidak bisa dicapai, dengan niat, keyakinan yang kuat dalam melaksanakan ibadah ritual dengan penyucian diri yang terus menerus yang itu harus dipersiapkan dari bulan rajab, bulan sa’ban masuk ke ramadhan.

Bila peristiwa Rajab ini dihayati, direnungkan dan dijadikan pelajaran, bagaimana shalat, saum, dzikir kita ditambah dengan amalan-amalan lainnya sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi dan juga orang-orang shaleh yang ingin meraih keindahan fitrah.

Sesuatu yang luar biasa, bagaimana shalat, saum, dzikir para nabi, para wali dan orang-orang shaleh ketika masuk di bulan Rajab, Syaban dan Ramadhan. Syekh Muhyi masuk Goa sebagai contoh ujlah.  Apa yang dilakukan bukan ujlah minad dunya dalam arti lepas dari keduniawian. Namun, ingin betul-betul ada satu tempat untuk mencoba berkonsentrasi, disetiap hari demi hari, jam demi jam detik demi detik. Hati terpancar mengingat Allah SWT.

Ini hanya bisa dihayati ketika hati kita, merefleksikan shalat, saum, dzikir  dari presfektif kaum sufi yang luar  biasa ketika mengerjakannya. Shalat, saum, dzikir itulah yang akan memberikan keindahan-keindahan dari fitrah yang tercermin dalam prilaku seseorang. Disitu bagaimana  tarekat-tarekat yang mukhtabar dan juga yang ghaer mukhtabar, secara individu melakukan bagaimana menafaki  tangga-tangga spiritual sebagaimana yang telah diajarkan oleh para Nabi, para Waliyullah dan orang-orang shaleh lainnya. Memasuki bulan Rajab ini adalah memasuki Aktivitas dunia sufi adalah aktivitas shalat, saum dan dzikir.

Sejarah mencatat bagaimana tarekat-tarekat di dunia ini menjadi warisah khazanah spiritual dalam sejarah klasik Islam,  bahwa shalat, saum, dzikir merupakan tiga aspek yang menjadi satu kekuatan peradaban tarekat di dunia Islam.

Masuknya, bulan Rajab adalah momen masuknya aktifitas dunia tarekat untuk membangun shalat, saum dan dzikir. Tiga aspek inilah yang harus diingat bagaimana membangun peradaban Islam. Bagaimana  kehalusan dan keindahan  shalat, saum, dzikir sebagai kekuatan ruhani yang mengendalikan jasmani.

Muhammad Ahmad Idris Al Ghojali, beliau menapaki kehidupan sepirit sampai menulis kitab ihya ulumuddin  yang kemudian beliau mengklasfikasi saum umum untuk orang yang  awam, saum khusus dan saum khusus al-khusus adalah saum istimewah. Tidak ada yang bisa melaksanakannya kecuali di dunia sufi yang digambarkan dalam aktifitas kesehariannya, dimalam hari, di siang hari pagi siang dan sore hari yang selalu terpaut dengan ibadah ritual shalat, saum dan dzikir sebagai jalan pendakian spiritual yang penuh dengan perjuangan untuk bersabar dihadapan Allah SWT, dihadapan manusia yang godaan dan ujiannya bagi orang yang menghayati kehidupan kaum sufi sangat berat.

(Penulis: E. Roni A Nurkiman, Dosen Sejarah dan Peradaban Islam, Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sunan GunungDjati Bandung)

 

Berita Terkait :
Topik Terkait
Saksikan Juga
01:43
04:41
05:26
03:59
01:39
01:02
Viral