Gunung Karmal, lokasi dimana Bani Israil menempatkan berhala bernama Ba'al.
Sumber :
  • Google

Kisah Nabi Ilyas dan Pelajaran Bagi Kaum yang Musyrik

Selasa, 15 Februari 2022 - 14:08 WIB

Kisah Nabi Ilyas disebutkan dalam ketiga agama samawi (abrahamik) yakni Islam, Nasrani, dan Yahudi. Nabi Ilyas AS disebut-sebut merupakan keturunan dari Nabi Harun dan diturunkan di tengah-tengah Bani Israil setelah Nabi Sulaiman AS wafat di singgasananya.

Nabi Ilyas diperintahkan berdakwah di tengah-tengah Bani Israil yang terpecah-pecah pasca pemerintahan Nabi Sulaiman. Kaum Israil ini telah melupakan ketauhidan dan gemar mengejek-ejek ulama dan ahli kitab. Maka demi meluruskan tauhid dan akhlah kaum inilah Nabi Ilyas ditugaskan.

Di dalam Qur'an, nama Nabi Ilyas AS disebutkan sebanyak tiga kali. Yang pertama berada di dalam surah Al-An'am ayat 85:

وَزَكَرِيَّا وَيَحْيٰى وَعِيْسٰى وَاِلْيَاسَۗ كُلٌّ مِّنَ الصّٰلِحِيْنَۙ

Dan Zakaria, Yahya, Isa, dan Ilyas. Semuanya termasuk orang-orang yang saleh. (Q.S. Al-An'am ayat 85)

Dalam kisah Nabi Ilyas, beliau disebutkan hidup di tengah-tengah kaum yang menyembah berhala bernama Ba'al. Pada masa itu, Nabi Ilyas diperintahkan Allah untuk menyebarkan ketauhidan di dalam pemerintahan firaun bernama Ahab yang mendorong praktik-praktik penyembahan berhala.

Nabi Ilyas terus berupaya mengingatkan agar umatnya mau meninggalkan kebiasaan sesat tersebut namun seperti kisah-kisah nabi dan rasul pada umumnya, ajakan tersebut hanya berbuah ejekan tak jarang menghasilkan kekerasan. Bani Israil tetap tak peduli dengan dakwah yang disampaikan nabi serta rasulnya. Dalam beberapa literatur bahkan disebutkan tak jarang Bani Israil berhasil membunuh para nabi.

Namun Nabi Ilyas tak berputus asa. Ia terus menyeru kepada Bani Israil untuk kembali menyembah Allah SWT. Kisah Nabi Ilyas saat berdakwah ini diabadikan dalam Al-Quran surah As'Saffat ayat 123 hingga 126. Nabi Ilyas AS mempertanyakan mengapa kaum Bani Israil tidak mau bertaqwa dan justru menyembah berhala bernama Ba'al:

اَتَدْعُوْنَ بَعْلًا وَّتَذَرُوْنَ اَحْسَنَ الْخَالِقِيْنَۙ

Patutkah kamu menyembah Ba’l dan kamu tinggalkan (Allah) sebaik-baik pencipta. (Q.S. As-Saffat ayat 125)

Al-Quran menyatakan ada sebagian kecil dari Bani Israil saat itu yang berhasil mengikuti ajaran Nabi Ilyas. Namun mayoritas umat Nabi Ilyas menolak mengakui kenabian Nabi Ilyas dan juga menolak Allah sebagai Tuhan Semesta Alam.

Bani Israil tetap hidup tanpa mengindahkan perintah dan larangan Allah. Mereka terus hidup sesuai kehendak mereka sendiri dan terus menyembah berhala yang terbuat dari emas. Dari Ba'al, Bani Israil meminta perlindungan, nasib baik, dan kekayaan.

Kebiasaan ini membuat Nabi Ilyas AS khawatir. Perbuatan musyrik seperti yang ditampakkan Bani Israil dapat mengundang murka Allah. Murka ini pun timbul dalam bentuk tak adanya hujan yang turun di wilayah tersebut dalam jangka waktu yang panjang. Namun Nabi Ilyas segera mendapat wahyu bahwa tak lama lagi akan turun hujan di kawasan tersebut.

Nabi Ilyas lalu mendatangi umatnya untuk memberitahukan kabar gembira tersebut. Namun mereka tetap membangkang atas kenabian Nabi Ilyas dan mengatakan Nabi Ilyas sebagai pengacau. Segera saja beliau bermunajat kepada Allah SWT untuk menurunkan hujan untuk membuktikan perkataannya dan Allah lalu menurunkan hujan.

Tanah kembali subur, tanaman kembali tumbuh, perekonomian pun membaik. Namun berbeda dengan apa yang diharapkan Nabi Ilyas, mereka tetap durhaka kepada Allah dengan tetap menyembah Ba'al dan terus melakukan maksiat.

Allah SWT pun bertambah murka. Kaum Bani Israil kembali ditimpa bencana atas kelakuannya. Allah menurunkan bencana alam berupa gempa bumi yang dahsyat untuk menghukum kaum yang tersesat itu. Tak pelak peristiwa ini menimbulkan korban jiwa yang tak sedikit.

Namun Nabi Ilyas bersama segelintir orang-orang beriman selamat dari musibah tersebut karena terlebih dahulu meninggalkan kawasan itu atas petunjuk dan kehendak Allah.

Dalam tafsir Ibnu Katsir diriwayatkan bahwa Nabi Ilyas merupakan keturunan dari Nabi Harun sedangkan Nabi Harun merupakan kakak kandung dari Nabi Musa. Dalam Al-Quran, kisah-kisah Nabi Harun sering dikaitkan dengan kisah Nabi Musa karena memang kedua nabi dan rasul itu hidup di wilayah dan rentang waktu yang sama.

Atas permohonan Nabi Musa AS, Harun kemudian diangkat Allah SWT untuk menjadi nabi untuk melawan kezaliman firaun. Ia juga dikaruniai kemampuan komunikasi yang gemilang untuk memudahkannya berdakwah kepada kaumnya yakni Bani Israil.

Seperti yang telah diketahui, Firaun memang membenci kaum Bani Israil. Hal yang mendasari perbuatan Firaun tersebut adalah karena Bani Israil termasuk kaum yang mempelajari kitab yang berisi firman Allah yang diwariskan oleh Nabi Ibrahim.

Dalam kitab tersebut dinubuatkan bahwa akan ada seorang anak laki-laki dari Bani Israil yang akan merusak tatanan pemerintahan Firaun yang lalim dan akan menghancurkan Firaun. Karena nubuat inilah Firaun mencoba membunuh setiap bayi laki-laki yang lahir dari perempuan Israil.

Singkat cerita, perjuangan Nabi Musa dan Nabi Harun itu terus berlanjut hingga anak keturunannya, termasuk Nabi Ilyas AS. Namun perjuangan Nabi Ilyas tak pernah mudah, ia acapkali diancam kaumnya sendiri sehingga suatu waktu terpaksa melarikan diri dan menyembunyikan diri dalam sebuah gua hingga beberapa tahun. Diceritakan selama berada di dalam gua, Nabi Ilyas diberikan mukjizat berupa burung gagak yang setia membawakannya makanan agar beliau dapat bertahan hidup.

Namun pada suatu saat, gua tempat Nabi Ilyas berhasil diketahui oleh sekelompok orang dari Bani Israil dan membuat Nabi Ilyas berpindah tempat. Setelah sekian lama menjadi pelarian, beliau kemudian menemukan rumah terpencil. Tuan rumah perempuan yang baik tersebut kemudian mempersilakan Nabi Ilyas untuk masuk dan bersembunyi.

Di saat yang sama Nabi Ilyas mengetahui bahwa ada seorang lelaki dari anggota keluarga tersebut sedang sakit parah kemudian Nabi Ilyas berdoa kepada Allah untuk kesembuhan anggota keluarga tersebut. Anggota keluarga yang sedang sakit tersebut sembuh atas izin Allah SWT dan ternyata anggota yang sakit tersebut adalah Ilyasa yang tidak lama setelah itu diangkat menjadi nabi.

Setelah belajar bersama Nabi Ilyas, Nabi Ilyasa kemudian mengikuti ajaran Nabi Ilyas dan ikut berdakwah bersamanya. Selama beberapa tahun Nabi Ilyas dan Ilyasa melanjutkan dakwahnya di Ba’labak.

Penduduk di daerah tersebut mulai putus asa terhadap bencana yang dialami kota tersebut karena berhala yang disembahnya tidak mampu memberikan kesembuhan penderitaan kaum tersebut. Bani Israil pun berjanji akan mengikuti apa yang diperintahkan Nabi Ilyas.

Akhirnya Nabi Ilyas berdoa kepada Allah SWT supaya kaum Bani Israil terlepas dari kesengsaraan. Kaum Bani Israil pun menghancurkan patung-patung yang disembah sebelumnya. Setelah itu kaum Bani Israil diturunkan hujan sehingga sawah dan ladang mereka subur dan mereka kembali hidup damai.

Beberapa tahun kemudian, kaum Bani Israil ingkar kembali dan menyembah berhala. Lalu Nabi Ilyas berdoa kembali kepada Tuhan agar kaum tersebut dibukakan pintu hatinya, namun akhirnya bencana kekeringan melanda kaum Bani Israil dan kemudian Nabi Ilyas meninggalkan kaumnya dari kampung tersebut. Ada beberapa riwayat yang masih diperdebatkan oleh ulama bahwa setelah Nabi Ilyas meninggalkan kaumnya, Nabi Ilyas diwafatkan dengan cara diangkat ke langit oleh Allah. Wallahua'lam bisshawab.

Begitulah sekelumit kisah Nabi Ilyas AS. Semoga kisah tersebut dapat diambil hikmahnya dan menjadi petunjuk untuk menjalani kehidupan sehari-hari. (afr)

 

Berita Terkait :
Topik Terkait
Saksikan Juga
01:50
02:03
03:05
03:21
01:44
01:05
Viral