- kolase tim tvOnenews
Prabowo Resmi Bentuk Badan Penyelenggara Haji, Ini Tiga Tokoh yang Akan Urus Soal Ibadah ke Tanah Suci
Jakarta, tvOnenews.com - Presiden Prabowo Subianto resmi membentuk Badan Penyelenggara Haji yang dikepalai oleh Muhammad Irfan Yusuf atau Gus Irfan dan dibantu oleh wakilnya Dahnil Anzar Simanjuntak.
Selain kepala badan dan wakilnya, Prabowo Subianto juga melantik Penasihat Khusus Presiden Bidang Haji.
Adapun posisi Penasihat Khusus Presiden Bidang Haji itu diisi oleh Muhadjir Effendy, yang sebelumnya menjadi Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) di Kabinet Indonesia Maju Jokowi - Ma’ruf.
Berikut profil dari tiga tokoh yang ditugasi oleh Presiden Prabowo untuk mengurus masalah Haji.
Gus Irfan, Cucu KH Hasyim Asy'ari, Pendiri Nahdlatul Ulama (NU)
Kepala Badan Penyelenggara Haji, Muhammad Irfan Yusuf atau Gus Ifran (Sumber: NU)
Muhammad Irfan Yusuf atau Gus Ifran adalah pria kelahiran Jombang yang merupakan anak dari KH Yusuf Hasyim, putra dari KH Hasyim Asy'ari sang pendiri NU.
Maka itu artinya, Gus Irfan merupakan cucu dari tokoh pendiri NU.
Sebagaimana kader NU, Gus Irfan juga menjadi salah satu pengasuh pondok pesantren (ponpes) di Jombang.
Sejak kecil, Gus Irfan menempuh pendidikan di tanah kelahirannya.
Namun ketika kuliah, Gus Irfan hijrah ke Malang dan mengambil studi S1 di Universitas Brawijaya.
Ia dinyatakan lulus S1 dari Universitas Brawijaya pada tahun 1985.
Setelah lulus S1, ia kembali melanjutkan pendidikan magisternya di universitas yang sama.
Untuk jabatannya di NU, saat ini, Gus Irfan menduduki posisi sebagai Wakil Ketua di Lembaga Perekonomian NU (LPNU).
Namun sebelumnya, Gus Irfan pernah mengemban amanah sebagai Sekretaris Umum (Sekum) di Ponpes Tebuireng.
Setelah bergelut di ranah Pondok Pesantren, Gus Irfan didapuk menjadi Komisaris Utama PT BPR Tebuireng (1996-2016).
Ia juga pernah menjadi Pengasuh Pesantren Al-Farros pada tahun 2006.
Namun saat menjadi pengasuh ponpes itu, pada tahun 2013-2016, Gus Irfan juga menjalani peran sebagai pengajar di AKPER Widyagama Malang.
Karier politiknya melesat usai dirinya dipanggil untuk menjadi Juru Bicara (Jubir) di era pasangan Prabowo-Sandiaga Uno.
Gus Irfan diperhitungkan oleh Tim Sukses (timses) Prabowo karena dirinya memiliki posisi strategis di LPNU.
Sementara keputusan Gus Irfan bergabung dengan Prabowo-Sandiaga diakuinya karena ketertarikannya pada visi ekonomi keumatan yang dicetuskan Sandiaga kala itu.
Dahnil Anzar Simanjuntak
Presiden Prabowo dan Wakil Kepala Badan Penyelenggara Haji, Dahnil Anzar Simanjuntak (Sumber: Istimewa)
Dahnil Anzar Simanjuntak lahir pada 10 April 1982.
Ia merupakan politikus dari Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra).
Ia lahir di desa Salahaji, Langkat, Sumatera Utara, dan menghabiskan masa kecilnya di Kuala Simpang.
Sosok Dahnil Anzar Simanjuntak kerap dikenal sebagai Juru Bicara (Jubir) Prabowo saat menjadi Menteri Pertahanan (Menhan).
Namun sebenarnya, ia juga aktif di salah satu Organisasi Masyarakat (ormas) tertua di Indonesia.
Jika Gus Irfan merupakan kader NU, Dahnil Anzar Simanjuntak adalah jebolan Muhammadiyah.
Pada 2014, Dahnil Anzar Simanjuntak terpilih sebagai Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah untuk periode 2014-2018 dalam Muktamar XVI yang berlangsung di Asrama Haji, Padang, Sumatera Barat.
Saat itu, Dahnil berhasil meraih 450 suara, mengalahkan beberapa kandidat lain seperti Syahrul Hasan, Rohmat Suprapto, King Faisal, Amirudin dan M. Aziz.
Dahnil juga pernah menjabat sebagai Presiden Religion for Peace Asia and Pacific Youth Interfaith Network (RfP-APYIN) dimana Dahnil vokal dalam menyuarakan pentingnya kedamaian dalam beragama di masyarakat.
Selain aktif dalam organisasi Islam Muhammadiyah, Dahnil juga pernah menjadi dosen.
Bahkan ia juga pernah menjadi seorang ekonom dan pengamat kebijakan publik.
Dahnil pernah menempuh pendidikan di bidang Ilmu Akuntansi Publik di Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan Jakarta.
Lalu pada tahun 2005, Dahnil melanjutkan studi di Program Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik (MPKP) dengan fokus pada Desentralisasi Keuangan Pusat dan Daerah di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI).
Sambil menyelesaikan program S2, Dahnil bekerja sebagai dosen di Universitas Muhammadiyah Tangerang, yang sebelumnya dikenal sebagai STIE Muhammadiyah Tangerang.
Setelah meraih gelar S2, Dahnil diangkat sebagai Dosen Pegawai Negeri Sipil di Fakultas Ekonomi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa di Banten.
Lalu pada tahun 2018, Dahnil melanjutkan pendidikan doktoralnya di bidang Ilmu Ekonomi di Universitas Diponegoro, Semarang.
Kemudian di tahun yang sama, ia menjabat sebagai koordinator juru bicara Badan Pemenangan Nasional untuk pasangan Prabowo-Sandi dalam Pemilihan Presiden 2019 dan memutuskan untuk mengundurkan diri dari posisi dosen di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Namun setelah menjadi Koordinator Jubir Prabowo-Sandi pada 2018, ia bergabung dengan Partai Gerindra pada 2019 dan diangkat sebagai juru bicara resmi Prabowo Subianto.
Ketika Prabowo diangkat sebagai Menhan, Dahnil ditunjuk sebagai Staf Khusus (Stafsus) Kementerian Pertahanan dengan fokus pada komunikasi publik, sosial ekonomi, dan hubungan antarlembaga.
Muhadjir Effendy
Penasihat Khusus Presiden Bidang Haji, MUhadjir Effendy (Sumber: Istimewa)
Muhadjir Effendy yang sebelumnya menjadi Menko PMK Kabinet Jokowi - Ma’ruf Amin adalah salah satu lulusan Universitas Negeri Malang (UM).
Pria yang lahir di Madiun, 29 Juli 1956 ini memiliki latar belakang administrasi pendidikan dan pendidikan luar sekolah dan sempat menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (2016-2019).
Muhadjir Effendy menyelesaikan pendidikan dasar dan menengahnya di Madiun.
Ia kemudian mendapatkan gelar Sarjana Muda dari IAIN Malang (1978),.
Ia lalu menempuh Sarjana Pendidikan Sosial di IKIP Malang pada 1982.
Setelah itu, Muhadjir melanjutkan pendidikan magisternya di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta dan kemudian memperoleh pendidikan Doktor Ilmu-ilmu Sosial dari Universitas Airlangga Surabaya.
Muhadjir memiliki pengalaman di bidang jurnalistik.
Awal kiprah Muhadjir dimulai saat menjadi reporter lepas di salah satu Koran Komunikasi IKIP Malang (sekarang Majalah Komunikasi Universitas Negeri Malang).
Dari sana, Muhadjir berlanjut sebagai redaktur pelaksana hingga menjadi ketua redaksi di tahun 1990-an.
Muhadjir juga tercatat pernah menjadi wartawan Mingguan Mahasiswa Surabaya (1978), redaksi surat kabar Mimbar Universitas Brawijaya (1978-1980), wartawan di Warta Mahasiswa (1978-1982), wartawan di Semesta, Surabaya (1979-1980), serta menjadi pendiri dan redaksi surat kabar Bestari Universitas Muhammadiyah Malang (1986).
Karir jurnalistiknya kemudian dilanjutkannya dengan menjadi Dewan Penasehat Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Malang Raya selama dua periode yakni 2008-2011 dan 2011-2014.
Selain itu, Muhadjir juga dikenal aktif dalam bidang pendidikan pengajaran serta keagamaan.
Muhadjir juga tercatat pernah menjadi Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) cabang Malang (1980), Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur (2005-2010), hingga menjadi Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah pada periode 2015-2020.
Muhadjir juga pernah menjabat sebagai Pembantu Rektor III Universitas Muhammadiyah Malang (1984-1996), Pembantu Rektor I Universitas Muhammadiyah Malang (1996-2000), dan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang selama tiga periode (2000-2004; 2004-2008; dan 2008-2016).