- Dok. Media Center Haji 2024
Sirah Nabawiyah: Saat Usia Nabi Muhammad SAW 35 Tahun, Membangun Ka'bah dan Menyelesaikan Pertikaian
Jakarta, tvOnenews.com - Setelah menikah dengan Siti Khadijah RA, saat usia 35 tahun, Nabi Muhammad SAW membangun Ka’bah dan menyelesaikan pertikaian antara para kabilah yang ada di suku Quraisy.
Berikut kisah lengkap pembangunan Ka'bah di masa Nabi Muhammad SAW yang dilansir tvOnenews.com dari buku Sirah Nabawiyah karya Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri.
Pada saat Nabi Muhammad SAW berusia 35 tahun, kabilah Quraisy membangun kembali Ka'bah.
Pembangunan Ka’bah di masa Nabi Muhammad SAW ini dikarenakan kondisi fisiknya sebelum itu hanyalah berupa tumpukan-tumpukan batu-batu berukuran di atas tinggi badan manusia.
Baca Juga: Kisah Saat Nabi Muhammad Bertemu Rahib Bahira
Baca Juga: Kisah Saat Nabi Muhammad SAW Dadanya Dibelah oleh Malaikat Jibril
Adapun saat itu Ka’bah setinggi 9 hasta sejak dari masa Ismail AS dan tidak memiliki atap.
Sehingga yang tersimpan di dalam Ka’bah dapat dicuri oleh segerombolan pencuri.
Di samping itu, karena merupakan sebuah peninggalan sejarah yang berumur tua, Ka’bah sering diserang oleh pasukan berkuda sehingga merapuhkan bangunan dan merontokkan sendi-sendinya.
Hal lainnya yang membuat rusaknya Ka’bah karena lima tahun sebelum Nabi Muhammad SAW diutus menjadi Rasul, Makkah pernah dilanda banjir bandang, air meluap dan mengalir ke Baitul Haram sehingga mengakibatkan bangunan Ka’bah hampir ambruk.
Orang-orang Quraisy akhirnya terpaksa merenovasi bangunan Ka’bah demi menjaga pamornya.
Sirah Nabawiyah: Saat Usia Nabi Muhammad SAW 35 Tahun, Membangun Ka'bah dan Menyelesaikan Pertikaian (Sumber: Istimewa)
Namun orang-orang Quraisy bersepakat untuk tidak membangun Ka’bah kecuali dari sumber usaha yang baik.
Mereka tidak mau mengambilnya dari dana mahar yang didapat secara zali, transaksi ribawi, dan hasil tindak kezaliman terhadap seseorang.
Semula mereka merasa segan untuk merobohkan bangunannya hingga akhirnya diprakarsai oleh al-Walid bin al-Mughirah al-Makhzumi.
Setelah setelah melihat tidak terjadi apa-apa terhadap diri al-Walid bin al-Mughirah al-Makhzumi, barulah orang-orang mengikutinya untuk merobohkan bangunan Ka’bah.
Mereka terus melakukan perobohan terhadap Ka’bah hingga sampai ke pondasi pertama yang dulu diletakkan oleh Nabi Ibrahim AS.
Kemudian orang-orang Quraisy ingin memulai membangun kembali Ka’bah, akhirnya masing-masing kabilah mendapatkan satu bagian.
Setiap kabilah mengumpulkan sejumlah batu sesuai dengan jatah masing-masing, lalu dimulailah pembangunan.
Sedangkan yang menjadi pimpinan proyek adalah seorang arsitek dari Romawi yang bernama Baqum.
Kemudian ketika pengerjaan tersebut sampailah kepada peletakan Hajar Aswad.
Sirah Nabawiyah: Saat Usia Nabi Muhammad SAW 35 Tahun, Membangun Ka'bah dan Menyelesaikan Pertikaian (Sumber: Media Center Haji Kemenag)
Para kabilah bertikai mengenai siapa yang paling berkah mendapatkan kehormatan meletakkan Hajar Aswad ke tempat semula.
Pertikaian itu berlangsung sekitar empat atau lima malam.
Bahkan semakin meruncing hingga hampir terjadi peperangan yang maha dahsyat di Tanah Haram.
Untunglah, Abu Umayah bin al-Mughirah al-Makhzumi menawarkan penyelesaian pertikaian di antara mereka melalui satu cara yaitu menjadikan pemutus perkara tersebut kepada siapa yang paling dahulu memasuki pintu masjid.
Tawaran ini dapat diterima oleh semua pihak dan atas kehendak Allah SWT, Nabi Muhammad SAW yang memasukinya.
Tatkala melihat Nabi Muhammad SAW memasuki masjid, mereka saling menyeru, “Inilah al-Amin (orang yang amanah)! Kami rela! Inilah Muhammad!”
Dan ketika Nabi Muhammad SAW mendekati mereka dan mereka memberitahukan kepadanya tentang kesepakatan itu.
Nabi Muhammad SAW kemudian meminta satu selendang dan meletakkannya Hajar Aswad di tengah-tengahnya.
Lalu Nabi Muhammad SAW meminta agar semua kepala kabilah yang bertikai memegangi ujung selendang itu.
Kemudian Nabi Muhammad SAW memerintahkan mereka mengangkat tinggi-tinggi hingga mereka telah mengangkatnya sampai ke tempatnya.
Nabi Muhammad SAW lalu mengambilnya dengan tangannya dan meletakkannya di tempat semula.
Ini merupakan solusi yang tepat dan jitu yang membuat semua pihak rela.
Namun orang-orang Quraisy kekurangan dana dari sumber usaha yang baik sehingga mereka harus meninggalkan pembangunan sekitar 6 hasta dari bagian utara Ka’bah yaitu dinamakan Hijir Ismail dan al-Hathim.
Lalu mereka meninggikan pintunya yang semula berada di tanah agar tidak ada orang yang memasukinya kecuali orang yang mereka kehendaki.
Tatkala pembangunan sudah mencapai 15 hasta, mereka mengatapi dan menjadikan 6 buah tiang sebagai penyangga.
Sirah Nabawiyah: Saat Usia Nabi Muhammad SAW 35 Tahun, Membangun Ka'bah dan Menyelesaikan Pertikaian (Sumber: Media Center Haji Kemenag)
Setelah proyek renovasi selesai, Ka’bah tersebut berubah menjadi hampir berbentuk kubus dengan ketinggal sekitar 15 meter, panjang sisi yang berada hajar aswad adalah 10 meter dan bagian depan yang berhadapan dengannya juga 10 meter.
Hajar Aswad sendiri dipasang di atas ketinggian 1,5 meter dari permukaan lantai thawaf.
Adapun panjang sisi yang berada di bagian pintu depan yang sehadapan dengannya adalah 12 meter.
Sedangkan tinggi pintu Ka’bah adalah 2 meter dari permukaan tanah.
Dan dari bagian luarnya dikelilingi oleh tumpukan baru bangunan, tepatnya di bagian bawahnya, tinggi rata-rata adalah 0,25 meter dan lebar rata-rata 0,30 meter.
Bagian akhir ini dikenal dengan asy-Syadzirwan yang merupakan bagian dari pondasi asal Ka’bah akan tetapi orang-orang Quraisy membiarkannya.
Itulah kisah pembangunan kembali Ka’bah di zaman Nabi Muhammad SAW.
Wallahu’alam