- dok Ilustrasi MUI
Yuk Tahajud, Bisa Dapat Pahala dan Wafat Masuk Surga, Ini Waktu Shalat yang Disarankan Ustaz Adi Hidayat Lebih Baik di ...
Jakarta, tvOnenews.com- Banyak ibadah dalam agama Islam bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, seperti shalat sunnah tahajud.
Shalat tahajud, memiliki banyak keutamaan, salah satunya bisa mencegah diri dari perbuatan dosa dan saat wafat dikatakan masuk surga.
Hal ini, berdasarkan hadist dari Asma’ binti Yazid Rasulullah bersabda
وعن اسماء بنت يزيد عن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال يحشر الناس في صعيد واحد يوم القيامة فينادى مناد فيقول اين الذين كانت تتجافى جنوبهم عن المضاجع فيقومون وهم قليل فيدخلون الجنة بغير حساب ثم يؤمر سائر الناس الى الحساب- رواه البيهقي
“Dari Asma’ binti Yazid, Rasulullah SAW bersabda, pada hari kiamat manusia akan dikumpulkan dalam satu tempat. Lalu mereka akan mendapatkan panggilan: 'di mana orang-orang yang mengangkat lambung mereka dari tempat tidurnya untuk melaksanakan qiyamul lail?' Mereka yang melakukan qiyamul lail hanya sedikit. Kemudian mereka diperintahkan untuk masuk ke surga tanpa dihisab” HR. Al-Baihaqi.
Menurut Ustaz Adi Hidayat, dalam pelaksanaan shalat tahajud sendiri bisa disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan diri.
Sebab dalam pandangan agama, ibadah sunnah itu dilakukan tanpa ada paksaan alias jika dikerjakan mendapatkan pahala dan tidak bersifat wajib.
"Ada ketentuan umum, mana yang lebih baik bagi kita untuk menunaikan ibadahnya. Ada orang bisa yang terbangun di akhir-akhir waktu, ada juga yang bisa bangun di awal-awal waktu karena kegiatan tertentu, bisa disesuaikan," kata Ustaz Adi Hidayat dikutip, Kamis (13/6/2024)
Namun, bila berdasarkan firman Allah swt dal surat Adz-Dzariyat ayat 18, disarankan bagi umat muslim banyak beristighfar. Waktunya tahajud itu, disepertiga akhir atau 15 menit di akhir malam, mau masuk shalat subuh.
Allah swt berfirman di dalam QS. Adz-Dzariyat ayat 18:
وَبِالۡاَسۡحَارِ هُمۡ يَسۡتَغۡفِرُوۡنَ
"Dan selalu memohonkan ampunan di waktu pagi sebelum fajar."
Dengan demikian, pria yang akrab disapa UAH ini, kalau shalat tahajud lebih baik menjelang waktu fajar. Hal ini sesuai firman Allah swt di atas.
"Sehingga orang-orang yang menjalankan ibadah tahajud di akhir waktu sebelum fajar, di waktu sahar bisa digunakan beristighfar, banyak berdoa memohon rahmat kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala," jelasnya
"Sehingga dari sini, apabila anda bisa ibadah di sepertiga akhir waktu, itu lebih baik karena bisa disambung dengan waktu istighfar di waktu sahar, dan bisa langsung menunaikan waktu subuh, karena itu lebih dekat waktunya wallahualam bissawab," imbuh UAH kepada muslim. (klw)
Sementara, untuk jumlah shalat tahajud, melansir dari laman Kementerian Agama (Kemenag), dapat dilaksanakan sebagaimana shalat-shalat sunnah lainnya, yaitu dua rakaat salam.
Adapun lafal niat dan doanya adalah sebagaimana berikut:
أُصَلِّيْ سُنَّةَ التَهَجُّدِ رَكْعَتَيْنِ لِلّٰهِ تَعَالَى
Ushallî sunnatat tahajjudi rak‘ataini lillâhi ta‘âlâ.
Artinya: “Aku menyengaja shalat sunnah Tahajud dua rakaat karena Allah ta’ala.”
Kemudian, niat dalam hati bersamaan dengan takbîratul ihrâm, dan seterusnya sebagaimana pelaksanaan shalat pada umumnya sampai salam setelah dua rakaat.
Lalu, setelah salam atau selesai seluruh rangkaian shalat kemudian membaca doa yang dipanjatkan Rasulullah saw. Berdasarkan riwayat Imam al-Bukhari dan Muslim sebagaimana berikut:
اَللهم رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ قَيِّمُ السَّمَوَاتِ وَاْلأَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ. وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ مَلِكُ السَّمَوَاتِ واْلأَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ. وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ نُوْرُ السَّمَوَاتِ وَاْلأَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ. وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ الْحَقُّ، وَوَعْدُكَ الْحَقُّ، وَلِقَاءُكَ حَقٌّ، وَقَوْلُكَ حَقٌّ، وَالْجَنَّةُ حَقٌّ، وَالنَّارُ حَقٌّ، وَالنَّبِيُّوْنَ حَقٌّ، وَمُحَمَّدٌ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَقٌّ، وَالسَّاعَةُ حَقٌّ. اَللهم لَكَ أَسْلَمْتُ، وَبِكَ آمَنْتُ، وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ، وَإِلَيْكَ أَنَبْتُ، وَبِكَ خَاصَمْتُ، وَإِلَيْكَ حَاكَمْتُ، فَاغْفِرْ لِيْ مَا قَدَّمْتُ وَمَا أَخَّرْتُ وَمَا أَسْرَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّي. أَنْتَ الْمُقَدِّمُ وَأَنْتَ الْمُؤَخِّرُ لآ اِلَهَ إِلَّا أَنْتَ. وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ
Allâhumma rabbanâ lakal hamdu. Anta qayyimus samâwâti wal ardhi wa man fî hinna. Wa lakal hamdu anta mâlikus samâwâti wal ardhi wa man fî hinna. Wa lakal hamdu anta nûrus samâwâti wal ardhi wa man fî hinna. Wa lakal hamdu antal haqq. Wa wa‘dukal haqq. Wa liqâ’uka haqq. Wa qauluka haqq. Wal jannatu haqq. Wan nâru haqq. Wan nabiyyûna haqq. Wa Muhammadun shallallâhu alaihi wasallama haqq. Was sâ‘atu haqq. Allâhumma laka aslamtu. Wa bika âmantu. Wa ‘alaika tawakkaltu. Wa ilaika anabtu. Wa bika khâshamtu. Wa ilaika hâkamtu. Fagfirlî mâ qaddamtu, wa mâ akhkhartu, wa mâ asrartu, wa mâ a‘lantu, wa mâ anta a‘lamu bihi minnî. Antal muqaddimu wa antal mu’akhkhiru. Lâ ilâha illâ anta. Wa lâ haula, wa lâ quwwata illâ billâh. (klw).