Buya Yahya menjelaskan lebih utama masjid atau mushola..
Sumber :
  • Tangkapan Layar YouTube Al-Bahjah TV

Lebih Utama Shalat di Masjid yang Jauh atau Mushola Dekat Rumah? Ternyata Kata Buya Yahya Tergantung Siapa Anda, Sebaiknya...

Minggu, 7 April 2024 - 19:44 WIB

tvOnenews.com - Masjid menjadi salah satu tempat paling penting bagi umat Islam. Banyak keutamaan yang bisa didapatkan dari tempat ibadah orang muslim ini.

Bahkan, masjid disebut sebagai rumah Allah SWT, tempat yang sangat mulia dan sangat utama untuk kegiatan ibadah umat Islam seperti shalat, berdzikir, bersholawat, hingga majlis ta'lim. 

Banyak hadits yang menyebutkan keutamaan-keutamaan orang yang shalat di masjid. Oleh karena itu, sangat dianjurkan untuk melaksanakan shalat di masjid.


Buya Yahya ungkap keutamaan masjid dan mushola. Sumber: YouTube Al-Bahjah TV

Allah SWT sangat mencintai masjid dan orang-orang yang berjalan menuju masjid untuk beribadah.

Indonesia sebagai negara mayoritas muslim, banyak ditemui masjid-masjid di setiap daerah.

Bahkan, juga banyak ditemui mushola, bangunan yang biasanya digunakan untuk shalat, mengaji Al-Quran, dan lainnya.

Keberadaan mushola biasanya lebih banyak dibandingkan dengan masjid. Bahkan terkadang ada mushola di setiap halaman rumah.

Lantas, jika mushola lebih dekat dari rumah dan masjid jauh, lebih utama shalat di masjid atau mushola?

Menurut Buya Yahya, lebih utama shalat di masjid atau mushola? Jawabannya tergantung siapa dan kondisi yang bagaimana.

Sebelumnya, Buya Yahya menjelaskan bahwa masjid dibangun di tanah yang diwakafkan dan niat pembangunannya memang untuk masjid.

Sedangkan, pengertian mushola dalam kitab-kitab fiqih berbeda dengan mushola yang ada di Indonesia.

"Masjid, sesuatu yang diwakafkan, memang niat dibangun untuk masjid. Mushola di dalam pembahasan kitab fiqih sangat beda dengan mushola yang ada di negeri kita ini," kata Buya Yahya, dikutip dari tayangan YouTube Al-Bahjah TV.

Dalam kitab fiqih, jumhur ulama dari mazhab Syafi'i mengatakan bahwa shalat Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha dilaksanakan di masjid.

Sementara mazhab Hanbali mengatakan shalat di mushola. Namun, mushola yang dimaksud adalah hamparan luas yang biasa digunakan untuk shalat jenazah.

"Kalau Anda membaca kitab fikih tentang mushola. Apalagi tentang shalat Hari Raya, jumhur ulama mengatakan shalat Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha itu di masjid menurut mazhab Syafi'i," kata Buya Yahya.

"Kemudian mazhab Imam Ahmad di mushola. Ini jangan dibawa ke negeri kita. Mushola yang ada dalam kitab fiqih itu adalah hamparan luas yang biasa digunakan untuk shalat jenazah," tambahnya.

Mushola yang dimaksud dalam kitab-tikab fiqih merupakan hamparan luas yang memang sudah disediakan oleh negara untuk shalat jenazah, termasuk juga shalat Idul Fitri.

Jadi, jika dalam kitab fiqih disebutkan shalat Idul Fitri di mushola, maka bukan mushola-mushola yang ada di Indonesia.

Adapun mushola yang ada di Indonesia merupakan sebuah tempat yang memang diniatkan untuk tempat shalat. 

Lantas, apakah mushola bisa dikatakan masjid? Mushola bisa disebut masjid jika memenuhi syarat-syarat masjid. 

Jika tanahnya memang diwakafkan dan diniatkan untuk membangun masjid, maka meskipun diberi nama mushola, surau, langgar, atau lainnya, maka fungsinya sama seperti masjid.

"Yang perlu kita pertanyakan, niat pembangunannya seperti apa. Bisa saja orang membangun mushola bukan untuk diwakafkan," ujar Buya Yahya.

Dan apabila ditanya lebih utama mana antara masjid dan mushola, maka jawabannya tergantung 'siapa Anda'.

Memang masjid lebih utama dari mushola, keutamaan-keutamaannya seperti yang telah disebutkan.

Namun, bagi orang berpengaruh terhadap kemakmuran mushola, bisa jadi orang tersebut lebih baik di mushola yang dekat rumah.

Misal, apabila orang tersebut pergi ke masjid, malah membuat mushola menjadi sepi dan tidak ada yang mau shalat berjamaah, maka lebih baik orang tersebut shalat di mushola untuk mengajak orang shalat berjamaah dan memakmurkan mushola.

"Jika kepergian Anda ke tempat yang lebih ramai (masjid) menjadikan mushola sepi atau mungkin tidak didirikan jamaah, maka lebih bagus di mushola tadi. Karena Anda menjadi tumpuan orang shalat di situ, maka jangan pergi. Anda punya fungsi memakmurkan tempat," ujar Buya Yahya.

"Kalau Anda pergi mengejar keutamaan, orang pada nggak shalat berjamaah," sambungnya.

Sedangkan jika orang biasanya yang tidak menjadi suri tauladan dan tidak berpengaruh terhadap mushola, maka boleh memilih yang terbaik.

"Kalau Anda orang biasa, datang dan pergi tidak ada artinya, maka pilih aja yang terbaik, suka-suka. Tapi kalau orang terpandang, Anda suri tauladan, Anda di situ (mushola) saja," ujar Buya Yahya.

Masalah keutamaan, maka akan tetap mendapatkan keutamaan meskipun shalat di mushola, sebab bermaksud untuk memakmurkan mushola dan mengajak orang untuk shalat berjamaah.

"Maka Anda shalat di tempat yang dikatakan mushola Anda sudah mendapatkan keutamaan, karena punya maksud untuk memakmurkan tempat tersebut untuk shalat," kata Buya Yahya.

"Masalah keutamaan, Anda akan mendapatkannya karena punya maksud untuk mengajak orang agar sujud kepada Allah dan sebagainya," tambahnya.

Sementara itu, Buya Yahya menegaskan bahwa semua masjid memiliki fungsi dan keutamaan yang sama, kecuali tiga masjid, yaitu Masjidil Haram, Masjidil Nabawi, Masjidil Aqsa.

(Gwn)

Berita Terkait :
Topik Terkait
Saksikan Juga
01:43
04:41
05:26
03:59
01:39
01:02
Viral