- ANTARA
Menteri Kebudayaan Israel Sebut Bulan Ramadhan Harus Dihapuskan
Jakarta, tvOnenews.com-Setelah sempat mengeluarkan pernyataan soal penggunaan nuklir adalah sebuah pilihan, kini Menteri Israel Amichai Eliyahu berpaham ekstremis ultranasionalis menyerukan untuk “menghapuskan” bulan Ramadan, Jumat (1/3/2024). Alasan sang menteri ektrimis, eskalasi konflik dari Gaza semakin meningkat di Tepi Barat saat bulan Ramadhan.
“Apa yang disebut sebagai bulan Ramadhan harus dihilangkan, dan ketakutan kita terhadap bulan ini juga harus dihilangkan,” ujar Menteri Warisan (Kebudayaan) Israel, Amichai Eliyahu mengatakan kepada Radio Angkatan Darat dilansir Anadolu Agency.
Politisi sayap kanan tersebut adalah Menteri dari partai Otzma Yehudit yang dipimpin oleh Menteri Keamanan Nasional, Itamar Ben-Gvir.
Baru-baru ini, bocoran dokumen keamanan Israel mengatakan, hasil assesment intelijen menunjukkan kekhawatiran akan terjadinya peningkatan situasi di Tepi Barat yang Diduduki dan Yerusalem Timur selama bulan Ramadan.
Eskalasi itu sebagai akibat dari perang Israel di Gaza dan pembatasan yang ingin diberlakukan oleh pemerintah Tel Aviv di Masjid Al-Aqsa selama Ramadhan.
Media Israel mengatakan, pemerintah Amerika menekan Tel Aviv untuk mencapai kesepakatan dengan Hamas mengenai pertukaran sandera dan gencatan senjata di Gaza sebelum Ramadan, yang dimulai sekitar sepuluh hari lagi.
Kekurangan gizi di Palestina semakin parah
Sedikitnya 15 anak di Rumah Sakit Kamal Adwan di Jalur Gaza utara meninggal akibat dehidrasi dan malnutrisi, lapor Kementerian Kesehatan Palestina pada Ahad.
“15 anak meninggal akibat kekurangan gizi dan dehidrasi di Rumah Sakit Kamal Adwan,” kata juru bicara Kemenkes Ashraf Al-Qudra lewat pernyataan.
“Kami mengkhawatirkan nyawa enam anak yang mengalami gizi buruk dan dehidrasi di ICU Rumah Sakit Kamal Adwan akibat generator listrik dan mesin oksigen mati,” kata Qudra.
Pada 19 Februari Badan PBB untuk Anak-anak (UNICEF) memperingatkan bahwa peningkatan tajam kasus malnutrisi di kalangan anak-anak, wanita hamil dan ibu menyusui di Jalur Gaza menimbulkan “ancaman serius” terhadap kesehatan mereka, apalagi mengingat serangan intens pasukan Israel terhadap wilayah kantong tersebut.
Israel menghentikan layanan di 31 rumah sakit di Gaza akibat pemboman, penghancuran dan penyitaan pasokan medis dan bahan bakar dan sebagian menargetkan 152 fasilitas kesehatan, menurut Kantor Media Pemerintah di Gaza.
Israel meluncurkan serangan mematikan di Jalur Gaza menyusul serangan lintas batas oleh kelompok Palestina Hamas pada 7 Oktober.
Serangan balasan Israel kemudian menewaskan 30.410 orang dan melukai 71.700 orang lainnya, disertai dengan kehancuran massal dan krisis kebutuhan pokok.
Perang Israel telah memaksa 85 persen penduduk Gaza mengungsi di tengah krisis makanan, air bersih, dan obat-obatan, sementara 60 persen infrastruktur di sana telah rusak atau pun hancur, menurut PBB.
Israel dituduh melakukan genosida dalam gugatan yang dilayangkan ke Mahkamah Internasional (ICJ).
Putusan sela ICJ pada Januari memerintahkan Tel Aviv agar menghentikan aksi genosida dan mengambil tindakan guna memastikan bantuan kemanusiaan sampai kepada warga sipil di Gaza.(ant/bwo)