Bumi Langit dan Isinya Diciptakan oleh Allah SWT dengan Sistem yang Teratur Sebelum Tangan-tangan Manusia Merusak dengan Hawa Nafsunya, Tafsir Tahili Surat Al Baqarah Ayat 22.
Sumber :
  • ANTARA

Bumi Langit dan Isinya Diciptakan oleh Allah SWT dengan Sistem yang Teratur Sebelum Tangan-tangan Manusia Merusak dengan Hawa Nafsunya, Tafsir Tahili Surat Al Baqarah Ayat 22

Kamis, 29 Februari 2024 - 18:12 WIB

Jakarta, tvOnenews.com - Hujan adalah anugrah dari Allah SWT.

Dalam surat Al Baqarah ayat 22, Allah SWT menerangkan bahwa Dia menciptakan bumi sebagai hamparan dan langit sebagai atap.

Lalu menurunkan air hujan, menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan menjadikan tumbuh-tumbuhan itu berbuah. 

Semuanya diciptakan Allah SWT untuk manusia.

Adapun tujuan dari penciptaan itu semua agar manusia memperhatikan proses penciptaan itu, merenungkan, mempelajari dan mengolahnya.

Sehingga hal itu bermanfaat bagi manusia dan kemanusiaan sesuai dengan yang telah diturunkan Allah SWT. 

Dalam surat Al Baqarah ayat 22, dengan jelas Allah menerangkan dalam ayat ini terutama pada bagian yang mengungkapkan ’’Dan Dialah yang menurunkan air (hujan) dari langit lalu Dia hasilkan dengan (hujan) itu buah-buahan.’’ 

Dengan terang Allah menyebutkan bumi, langit dan benda-benda langit, seperti matahari dan bintang-bintang adalah ciptaan Allah yang merupakan satu kesatuan dan semuanya diatur dengan satu kesatuan sistem yang dalam ilmu pengetahuan modern disebut ekosistem. 

Selama belum dirusak oleh tangan-tangan manusia yang memperturutkan hawa nafsunya, semua berjalan dengan tertib dan teratur.

Laut yang luas yang disinari panas matahari kemudian menyebabkan uap air yang banyak. 

Uap air ini naik ke atas menjadi awan dan mendung, kemudian disebarkan oleh angin ke seluruh permukaan bumi, sehingga uap air yang banyak sekali ini di atas gunung-gunung menjadi dingin dan kemudian menjadi titik-titik dan menjadi hujan dapat mengairi permukaan bumi yang luas, bukan hanya timbul hujan di atas laut, tetapi juga di darat, karena bantuan angin yang menyebarkannya.

Disebabkan hujan yang turun dari langit itu kemudian bumi menjadi subur, berbagai tanaman buah, sayur, biji-bijian serta ubi dan sebagainya tumbuh dan memberikan banyak manfaat bagi manusia dan semua makhluk di bumi. 

Di samping itu, turunnya hujan juga menimbulkan sungai, danau dan sumur terisi air serta memperluas kesuburan bumi. 

Hutan yang lebat juga membantu menyalurkan air dalam bumi, membantu menyalurkan udara segar, menyejukkan udara yang panas dan memelihara kesuburan bumi.

Manusia dengan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat mengetahui kapan banyak turun hujan dan kapan jarang hujan atau bahkan sama sekali tidak ada hujan, berdasarkan letak bintang di langit maupun peredaran angin. 

Juga dapat diketahui dimana berkumpulnya ikan-ikan di laut yang banyak sekali jenis dan ragamnya, bahkan ke mana burung-burung pergi pada musim-musim tertentu dapat diketahuinya.

Penjelasan Sains Tentang Langit sebagai Atap

Atap untuk sebuah bangunan terutama diperlukan agar penghuni yang tinggal di dalamnya terhindar dari hujan dan panas matahari. 

Dalam konteks ayat di atas langit sebagai atap adalah perumpamaan yang ditujukan untuk bumi tempat kita hidup.

Setiap saat, bumi dihujani benda angkasa yang antara lain adalah meteorit. 

Akan tetapi, sampai saat ini bumi tidak porak poranda. 

Hal ini disebabkan bumi diselimuti oleh gas atau udara yang bernama atmosfer. 

Sebelum sampai ke bumi, meteorit akan terpecah belah dan hancur saat memasuki atmosfer.

Sebelum sampai ke atmosfer sinar yang dipancarkan matahari pun memecahkan meteorit yang ada. 

Radiasi sinar matahari inilah yang dapat meledakkan meteorit dalam perjalanannya ke bumi dan kemudian diserap oleh lapisan ozon. 

Dengan demikian atmosfer dan lapisan ozon merupakan selubung pengaman atau dengan kata lain boleh disebut sebagai atap bagi bumi. 

Bumi tidak mungkin dihuni oleh makhluk hidup tanpa adanya atap tersebut. 

Ayat lain yang menyatakan hal yang sama adalah al-Anbiyā’/21: 32 yang artinya:

Dan Kami menjadikan langit sebagai atap yang terpelihara, namun mereka tetap berpaling dari tanda-tanda (kebesaran Allah) itu (matahari, bulan, angin, awan dan lain-lainnya). (al-Anbiyā’/21: 32).

Tebal atmosfer mencapai 560 kilometer, diukur dari permukaan bumi. Penelitian mengenai atmosfer dimulai dengan menggunakan fenomena alam yang dapat dilihat dari bumi, seperti warna-warna indah saat matahari terbit dan terbenam, dan kilatan cahaya bintang. 

Dalam tahun-tahun belakangan ini, dengan menggunakan peralatan canggih yang ditaruh dalam satelit di luar angkasa, kita dapat mengerti lebih baik mengenai atmosfer dan fungsinya untuk bumi.

Secara keseluruhan, dapat dikatakan bahwa kehidupan di bumi didukung oleh tiga hal, yaitu adanya atmosfer, adanya energi yang datang dari sinar matahari, dan hadirnya medan magnet bumi. 

Atmosfer diketahui menyerap sebagian besar energi sinar matahari, mendaur ulang air dan beberapa komponen kimia lainnya, dan bekerjasama dengan muatan listrik dan magnet yang ada untuk menghasilkan cuaca yang nyaman. 

Atmosfer juga melindungi kehidupan bumi dari ruang angkasa yang hampa udara dan bersuhu rendah.

Atmosfer terdiri atas lapisan-lapisan gas yang berbeda-beda. 

Empat lapisan dapat dibedakan berdasarkan perbedaan suhu, perbedaan komposisi bahan kimia, pergerakan-pergerakan bahan kimia di dalamnya, dan perbedaan kepadatan udara. 

Keempat lapisan tersebut adalah Troposfer, Stratosfer, Mesosfer, dan Termosfer, atau dapat pula dibagi menjadi tujuh seperti yang dijelaskan pada al-Baqarah/2: 29.

Komposisi gas di atmosfer terutama terdiri atas nitrogen (78%), oksigen (21%) dan argon (1%). 

Beberapa komponen yang sangat berpengaruh pada iklim dan cuaca juga hadir, meski dalam jumlah yang sangat kecil seperti uap air (0,25%), karbondioksida (0,036%) dan ozone (0,015%)

Perihal Angin, Awan dan Air Hujan

Hubungan angin dan awan yang kemudian menghasilkan hujan dapat dijelaskan dengan melihat pada siklus air. 

Siklus air berlangsung mulai penguapan air laut yang membumbung ke atas menjadi awan lalu turun ke bumi dalam bentuk tetes air hujan, kemudian air yang turun dalam bentuk hujan itu kembali lagi ke laut melalui sungai dan air bawah tanah. 

Al-Qur’an tidak menyebut secara rinci siklus air seperti itu, akan tetapi, banyak ayat yang menjelaskan beberapa bagian dari proses keseluruhannya secara sangat akurat. 

Antara lain dua ayat di bawah ini.

Allah-lah yang mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang Dia kehendaki, dan menjadikannya bergumpal-gumpal, lalu engkau lihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila Dia menurunkannya kepada kepada hamba-hamba-Nya yang Dia kehendaki tiba-tiba mereka gembira. (ar-Rūm/30: 48).

Tidakkah engkau melihat bahwa Allah menjadikan awan bergerak perlahan, kemudian mengumpulkannya, lalu Dia menjadikannya bertumpuk-tumpuk, lalu engkau melihat hujan keluar dari celah-celahnya, dan Dia (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki dan dihindarkan-Nya dari siapa yang Dia kehendaki. Kilauan kilatnya hampir-hampir menghilangkan penglihatan. (an-Nūr/24: 43).

Kedua ayat di atas menggambarkan tahapan-tahapan pembentukan awan yang menghasilkan hujan, yang dalam gilirannya, merupakan salah satu tahap dalam siklus air. 

Dengan melihat lebih cermat kedua ayat di atas maka pertama adalah penyebaran awan dan lainnya adalah penyatuan awan. 

Dua proses yang berlawanan terjadi sehingga awan hujan dapat dibentuk. 

Dua proses yang disebutkan dalam Al-Qur’an ini baru ditemukan oleh ilmu meteorologi modern sekitar 200 tahun yang lalu.

Itulah tafsir tahili yang dilansir tvOnenews.com dari Qur'an Kementerian Agama (Kemenag).

Semoga artikel ini bermanfaat.

Wallahu'alam

(put)

Berita Terkait :
Topik Terkait
Saksikan Juga
03:23
04:46
05:39
03:03
03:29
02:11
Viral