- Istimewa
Meski Rajin Beribadah, Bolehkan Umat Muslim Tak Punya Guru Spiritual? Ternyata Kata Buya Yahya Ilmu itu…
tvOnenews.com - Setiap manusia khususnya umat muslim memiliki kewajiban untuk ibadah kepada Allah SWT.
Namun tak sedikit orang yang tidak memiliki guru spiritual meskipun rajin beribadah. Bahkan hanya mengandalkan rangkuman di dalam Internet untuk mempelajari tentang agama Islam.
Melihat fenomena tersebut, apakah umat muslim diperbolehkan bila tidak memiliki guru spiritual meski rajin beribadah?
Seorang pendakwah, Buya Yahya menjelaskan terkait orang yang rajin beribadah bahkan tak memiliki guru spiritual.
Seperti apa penjelasan dari Buya Yahya mengenai hal tersebut? Simak informasinya berikut ini.
Dilansir pada tayangan di kanal youtube Al-Bahjah TV, Buya Yahya mendapatkan pertanyaan dari salah satu jamaahnya dalam salah satu dakwahnya.
"Bagaimana hukumnya orang yang rajin beribadah akan tetapi ia tidak mau belajar ilmu agama artinya untuk mengaji. Bagaimana jika ada orang yang belajar ilmu agama akan tetapi ia tidak berguru, tidak mendatangi majelis taklim seperti ini. Ia belajar melalui media seperti buku-buku dan sebagainya, apakah hal tersebut masuk ke dalam hadis tolabul ilmi?," tanya salah satu jamaah.
Ketika ahli ibadah yang tidak mau belajar, maka akan mudah tertipu. Sebab, belajar tidak ada batasnya. Saat itu ia dapat dikategorikan sebagai manusia yang paling bodoh.
"Belajar itu termasuk ibadah, dan bahkan lebih hebat, dan lebih bagus dari rakaat-rakaat yang didirikan saat malam," ungkap Buya Yahya pada tayangan YouTube Al Bahjah TV.
Buya Yahya. (Ist)
Buya Yahya menjelaskan Iblis akan sangat mudah menjerumuskan ke dalam kekhilafan bagi 1000 ahli ibadah yang tidak mau belajar.
"Lebih mudah bagi iblis menjerumuskan 1000 orang ahli ibadah daripada harus menjerumuskan 1 orang alim," ujarnya.
Selain itu, pendakwah ini juga menegaskan ibadahnya 1 orang alim, tidak dapat dibandingkan dengan 1000 orang ahli ibadah karena ibadahnya dengan ilmu.
Ibadah tanpa ilmu termasuk dalam ibadah bid'ah atau masuk dalam kategori yang diharamkan oleh Allah SWT. Maka orang yang tidak mau mengaji termasuk orang yang tertipu.
Buya Yahya menerangkan bahwa ada dua kelompok dalam majelis Nabi Muhammad SAW yang dikisahkan dalam banyak riwayat.
Pertama adalah kelompok berdzikir kepada Allah, dan kedua adalah kelompok belajar, mengajar atau majelis ilmu.
"Nabi mengatakan, semuanya baik. Tapi aku lebih senang dengan majelis menuntut ilmu. Karena dengan ilmu ibadahnya akan menjadi benar," jelas Buya Yahya mengisahkan hadist Nabi Muhammad SAW.
Buya Yahya menambahkan bahwa orang yang duduk dalam majelis sama dengan orang melakukan ibadah yang nilainya lebih daripada shalat.
Dalam masyarakat, banyak orang yang rajin ibadah namun kerap melakukan keharaman, banyak tidak mengerti hukum seperti riba, dan lain sebagainya.
Selain itu, Buya Yahya menegaskan jika menuntut ilmu merupakan proses setiap manusia dalam menjalani kehidupan sampai akhir hayat.
Buya Yahya menambahkan bahwa dengan kemajuan sosial media, saat ini orang bisa berkomentar apa saja tanpa didasari ilmu.
Hal ini juga menjadi ajang seseorang agar dianggap hebat, padahal hanya bersumber dari internet.
"Ilmu diambil dari tangannya seorang guru, guru lagi, sampai Nabi Muhammad SAW," terang Buya Yahya. (udn/kmr)