Presiden ke-2 Republik Indonesia Soeharto dan Istrinya, Siti Hartinah. Berdua menyiapkan prosesi pemakaman jauh sebelum ajal menjemput.
Sumber :
  • Istimewa/Dokumentasi Tutut Soeharto

Soeharto Jawab Tuduhan Emas di Kompleks Pemakaman Astana Giribangun, Hari Hari Terakhir dan Wasiat Politiknya

Jumat, 12 Januari 2024 - 05:51 WIB

Jakarta, tvOnenews.com-Presiden kedua Soeharto telah menyebut rencana prosesi kematiannya jauh sebelum ajalnyanya menjemput. Pada Ramadhan KH, penulis buku biografi Soeharto, Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya yang terbit tahun 1989, Soeharto ingin semua prosesnya ia serahkan pada istrinya: Siti Hartinah

Meski Ia dan istrinya bisa dimakamkan di Taman Makam Pahlawan, Soeharto menyebut makamnya akan di Astana Giribangun yang sudah lama dipersiapkan Siti Hartinah. "Kami tidak ingin menyusahkan anak cucu kami saat berziarah," ujar Soeharto. 

Kompleks makam ini disebut Soeharto hanya sederhana saja. Bangunannya berlantaikan batu pualam dari Tulung Agung. Soeharto mengaku ini memang kayu kayu pilihan agar lebih kokoh. Kayu ini lalu dirangkai dengan besi karya dari pematung terkena; G.Sidharta. 

Proses pembuatan kompleks ini dari cangkulan pertama ibu mertua Soeharto pada Rabu Kliwon 13 Dulkangidah Jumakir 1906 atau 27 November 1974. Saya bersama istri sebagai pengurus Yayasan Mangadeg Surakarta meresmikan Asrama Giribangun pada hari Jumat Wage tanggal 26 Rajab 1908 atau 27 Juli 1976. 

Seperti tradisi Jawa, Soeharto terakan di sana tulisan: sinengkalan Rasa Suwung Wenganing Bumi (Rasa Ikhlas Membuka Bumi) dan Ngesti Suwung Wenganing Bumi (Suasana Hening Membuka Bumi).

Ada tulisan pucung di ketiga pintu gerbang ke dalam area bangunan, semacam pegangan hidup yang diajarkan nenek moyang: "Hendaknya kita pandai menerima omongan orang orang yang menyakitkan tanpa harus sakit hati"; "Ikhlas kehilangan tanpa menyesal"; "Pasrah Kepada Tuhan yang Maha Esa". Praktek keagamaan Soeharto saat muda memang dikenal dengan tradisi Jawa. 

Soeharto membantah kabar ada hiasan emas 24 karat. "Itu omong kosong. Dilebih lebihkan," ujar Soeharto. Soeharto menyebut hanya tak ingin merepotkan siapapun saat ia dan seluruh keluarga berpulang. Seluruh keluarga besar, termasuk ayah dan ibu Soeharto, ayah dan ibu Siti Hartinah, bahkan keluarga dari Pengurus Yayasan Mangadeg bisa dimakamkan di Astana Giri Bangun.

Dalam memoarnya, Soeharto merenungkan semua tugas tugasnya setelah diangkat jadi presiden Republik Indonesia. Dihitung sejak Supersemat hingga 1988 saya sudah memegang pucuk pimpinan dua puluh dua tahun lamanya. Soeharto merasa ia tak gagal dalam menjalankan amanah. Kalau pun ada yang dianggap gagal, Soeharto memilih mupus, pasrah. "Barangkali kemampuan saya sampai segitu saja," ujar Soeharto. 

Apa wasiat Soeharto? Soeharto tak ingin berwasiat untuk keluarga. Ia menyampaikan wasiat untuk untuk seluruh warga Indonesia. "Mereka yang setelah saya harus benar benar dapat menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila ini," ujar Soeharto. 

 

Dan semua yang telah ditulis Soeharto agaknya terlaksana. Pada tanggal 27 Januari 2008 pukul 13.10 WIB, Soeharto meninggal dunia di Rumah Sakit Pusat Pertamina, Jakarta Selatan.   Jenazah Soeharto diberangkatkan dari rumah duka di Jalan Cendana, Jakarta, Senin, 28 Januari 2008, pukul 07.30 WIB menuju Bandara Halim Perdanakusuma. 

Selanjutnya jenazah Soeharto akan diterbangkan dari Bandara Halim Perdanakusuma ke Solo pukul 10.00 WIB untuk kemudian dimakamkan di Astana Giri Bangun, Karanganyar, Senin (28/1) yang memang telah dipersiapkan Soeharto dan istrinya sejak lama. Ia memasuki ruang kesunyian dengan ikhlas, seperti Sinengkalan yang diterakannya:Rasa Suwung Wenganing Bumi (Rasa Ikhlas Membuka Bumi) dan Ngesti Suwung Wenganing Bumi (Suasana Hening Membuka Bumi).(bwo)

Berita Terkait :
Topik Terkait
Saksikan Juga
02:50
03:27
02:06
03:04
03:16
05:48
Viral