- dok ist
Pesan Terakhir Buya Hamka Kepada Konglomerat Jusuf Hamka Setelah Masuk Islam, Penuh Makna Ini Katanya…
tvOnenews.com – Jusuf Hamka merupakan konglomerat muslim keturunan Indonesia-Tionghoa. Pria kelahiran Desember 1957 ini dikenal sebagai ‘bos jalan tol’. Dia memiliki bisnis sukses yang bergerak di bidang konstruksi, termasuk kepemilikan konsesi sejumlah jalan tol di Indonesia. Tak banyak yang tahu, ternyata dia memiliki hubungan dengan Buya Hamka, apa itu?
Meskipun kaya raya, pria yang biasa disapa Babah Alun memiliki gaya hidup yang sangat sederhana. Jusuf Hamka bahkan dikenal dermawan dan kerap berbagai sedekah.
Menilik kehidupan pribadinya, Jusuf Hamka adalah seorang mualaf. Ternyata, dia juga merupakan anak idiologis Buya Hamka. Bagaimana kisah selengkapnya?
Dilansir dari kanal Youtube Motivation Spot, Jusuf Hamka membagikan kisah kehidupan pribadinya. Dalam kesempatan itu, dia menceritakan kisah masa lalunya yang kerap mampir ke toko buku hanya untuk membaca.
“Di pasar baru, ada satu toko buku Tropen di sana namanya itu. Jadi akhirnya saya numpang baca buku. Jadi, itu saya suka liat baca bukua, gak bisa beli gak mampu beli. Cuma baca kemudian saya taro lagi,” kata Jusuf Hamka.
Uniknya, dia tidak membaca buku akademis melainkan buku motivasi untuk menjadi orang sukses.
“Buat saya, baca buku saya gak baca aljabar, baca ilmu bumi gak saya baca buku di situ ‘bagaimana caranya menjadi orang sukses’. Dari kecil saya melihat orang, saya punya mimpi, saya punya ambisi, jadi saya baca semua,” lanjutnya.
Diketahui, pria yang pernah menjadi bendahara Tim Kampanye Nasional Jokowi ini masuk islam pada tahun 1981.
“Setelah saya masuk Islam tahun 1981, saya masuk Islam karena hidayah gerak Allah semua. Sejak itu, karir dan rezeki semua berjalan dengan baik,” kenangnya.
Jusuf Hamka pun bercerita awal mula dirinya memutuskan untuk menjadi mualaf yakni setelah membaca sebuah majalah. Dia sendiri saat itu masuk Islam dibimbing langsung oleh Buya Hamka.
“Jadi sebelumnya saya melihat satu majalah bahwa ada satu orang Tionghoa masuk Islam. Saya juga kepengan masuk Islam tapi saya gak tahu caranya gimana,” jelasnya.
Niatnya itu menuntunnya ke Al-Azhar dan bertemu dengan Buya Hamka.
“Setelah baca majalah itu, saya coba datangi Al-Azhar. Saya ketemu dengan sekretaris Al-Azhar yaitu ustaz Zaini. Jadi saya ketemu Buya terus Buya tanya, kenapa nak? Saya bilang saya mau masuk Islam. ‘Oh ya tunggu sebentar’ terus beliau pakai baju rapi, langsung siap, kamu masuk Islam sekarang,” ungkap Jusuf Hamka.
Saat itulah, dibantu Buya Hamka, dirinya mengucapkan dua kalimat syahadat. Tak hanya itu, Buya juga sempat menitipkan sebuah pesan terakhir kepada dirinya.
“Akhirnya dia suruh ngikutin, kita baca dua kalimat syahadat. Terus langsung beliau bilang, ‘oke kamu menjadi Muslim’,” kenang Jusuf Hamka.
“Saya kaget juga, oh cepat prosesnya, dan ‘saya kasih tugas kamu tolong berdakwah di kalangan teman-teman Tionghoa. Ajak mereka kembali ke agama leluhur mereka’. Saya bilang kenapa? ‘Itu agama leluhur mereka sebenarnya Islam dulu’,” lanjutnya.
Menurut penjelasan Buya Hamka, sebelum kolonialisme masuk ke China, banyak masyarakat China yang muslim terutama penduduk di kawasah Xinjiang, Uighur. Mirisnya, agama Islam dihilangkan setelah komunis datang.
“Kamu harus tahu bahwa di hadits nabi ada kalau gak salah, tuntutlah ilmu sampai ke negeri China. Kenapa begitu? Karena Rasulullah sudah pergi ke negeri Cina sebelum berkeliling dunia,” ujar Jusuf Hamka.
Sang bos jalan tol itu juga akhirnya diangkat menjadi anak idiologis Buya Hamka, dia bahkan diberikan sebuah cincin dan diizinkan menggunakan nama belakang Hamka.
“Saya tahu Buya ingin saya menyebarkan dakwah Islam lebih giat dan lebih massif, karena beliau melihat potensi untuk mengharumkan Islam dan mengajak teman-teman non Islam untuk kembali ke Islam. Akhirnya, di situ saya diangkat anak menjadi anak idiologis Buya Hamka dan diberikan cincin dan diizinkan memakai nama Hamka,” tandas Jusuf Hamka. (rka)