- tvOne - edy cahyono
Warga Binaan Lapas Perempuan Malang Hidupkan Ramadan dengan Tadarus Al Qur'an
Malang, tvOnenews.com - Bulan suci Ramadan menjadi bulan yang ditunggu-tunggu umat muslim seluruh dunia. Ramadhan merupakan momen istimewa untuk berlomba-lomba dalam menjalankan ibadah, mendekatkan diri kepada sang Khalik.
Semangat ibadah ini juga merebak di Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Perempuan Kelas IIA, Sukun, kota Malang, Jawa Timur. Lantunan ayat-ayat suci sayup-sayup terdengar dari aula Kartini yang menjadi tempat berkumpulnya para WBP yang sedang tadarus Al Qur'an.
Selama Ramadan, mereka rutin bertadarus Al Qur'an setiap pagi hingga siang hari. Sedikitnya 74 WBP berkumpul membentuk lingkaran, dan membaca dari kitabnya masing-masing. Salah satu warga binaan, Ina (bukan nama sebenarnya) mengaku banyak sekali yang ia dapatkan selama mengikuti ibadah dalam ramadan ini.
"Dulu saya jarang salat, sekarang jadi rajin. Kemudian dulu saya juga tidak bisa baca Al Qur'an sekarang jadi bisa," ungkapnya ketika ditemui usai kegiatan, Rabu (5/4).
Napi yang harus menjalani 6 tahun masa tahanan ini menambahkan, ia mampu membaca Al Qur'an setelah belajar tadarus selama 3 tahun.
"Pastinya dengan tadarus, mengaji dan belajar agama ini, pikiran-pikiran negatif yang pernah hinggap dahulu sekarang sudah hilang," aku wanita berusia 33 tahun ini.
Plt Kepala Lapas Perempuan Kelas II Sukun Lilik Sulistyowati mengatakan, selain salat tarawih, tadarus Al Qur'an ini digelar khusus bagi warga binaan selama di bulan Ramadan.
"Mereka kami bagi dalam 5 kelompok, dan setiap hari bisa khatam sekitar 3-4 juz," ungkapnya.
Lilik menambahkan, setelah 15 hari tadarus ini akan ditingkatkan lebih dalam lagi, dengan membaca terjemahannya juga lembar demi lembar, sehingga kualitas keimanan mereka ada peningkatan.
Dijelaskan Lilik, bahwa pihaknya juga menggelar Pondok Pesantren, sedangkan untuk tarawih dan ceramah agama selama Ramadan ini didukung sepenuhnya oleh ibu-ibu Aisyiyah.
Saat ini, Lapas Perempuan Sukun Malang ini terdiri dari 461 WBP dengan 425 orang yang beragama muslim.
"Bagi yang non muslim kegiatan ibadah mereka juga tetap berjalan, selain kegiatan kemandirian dalam bentuk ketrampilan," tandasnya.
Lilik juga berharap, selain mendapat wawasan dan pengetahuan, kegiatan keagamaan ini dapat meningkatkan keimanan dan ketakwaan mereka, sehingga nantinya mereka tidak kembali lagi ke sini. (eco/gol)