news

Daerah

Bola

Sport

Gaya Hidup

Video

Tvone

Ilustrasi Curhat ke ChatGPT.
Sumber :
  • Freepik @frimufilms

Viral! Gen Z Lebih Memilih Curhat ke ChatGPT, Psikolog Ungkap Alasannya: Mirip Narkoba

Fenomena viral Gen Z lebih memilih curhat ke ChatGPT memicu perhatian psikolog. Ketahui alasan, manfaat, dan bahayanya yang disebut mirip narkoba berikut ini.
Kamis, 14 Agustus 2025 - 15:54 WIB
Reporter:
Editor :

tvOnenews.com - Fenomena viral belakangan ini memperlihatkan tren unik di kalangan generasi muda, khususnya Gen Z dan milenial, yang lebih memilih curhat ke ChatGPT dibanding berbagi cerita dengan teman atau keluarga. 

Chatbot berbasis AI ini dianggap mampu memberikan dukungan emosional, tersedia 24 jam, dan tidak menghakimi. 

Namun, di balik kemudahannya, psikolog memperingatkan adanya potensi bahaya yang perlu diwaspadai.


ilustrasi curhat ke ChatGPT. (Sumber: pexels.com/Matheus Bertelli)

Dalam penjelasan yang diunggah melalui kanal YouTube Hidup Sehat tvOne pada 13 Agustus 2025, dr. Faradila Keiko, MBMSc, SpKJ menyampaikan, “Jadi AI itu kan sekarang sudah canggih banget ya. Dia sudah dilengkapi dengan kecerdasan emosional juga. Jadi ketika merespons orang dia bisa memahami emosi kita, bisa merespons dengan tepat, bisa berempati juga dengan kita.”

Menurut dr. Faradila, kemampuan AI untuk merespons dengan empati membuat banyak orang merasa nyaman dan akhirnya membangun “kelekatan emosional” dengan chatbot tersebut. 

Lama-kelamaan, pengguna bisa merasakan seolah AI adalah teman dekat yang selalu ada untuk mereka.

Ketergantungan yang Mirip Narkoba

Fenomena ini tidak selalu berbahaya, tetapi pada orang yang memiliki masalah mental atau emosional seperti depresi dan kecemasan, risiko ketergantungan terhadap AI lebih tinggi.

“Biasanya pada orang-orang yang memang punya masalah mental, masalah emosional, misalnya dia ada depresi, ada kecemasan, dia bisa berusaha lari nih kabur dari perasaan nggak nyaman itu,” jelas dr. Keiko.

Ia menambahkan bahwa pola ini mirip dengan ketergantungan narkoba atau kecanduan internet. 

Rasa cemas dan kesepian bisa mendorong seseorang mencari pelarian instan melalui AI.

Saat AI memberikan jawaban atau dukungan, otak akan merespons dengan pelepasan zat kimia yang memicu rasa senang, mekanisme yang serupa dengan efek zat adiktif.

Risiko Mengikuti Instruksi AI

Meskipun AI bisa memberikan saran bermanfaat, terutama jika dikembangkan oleh psikolog untuk tujuan kesehatan mental tidak semua chatbot aman. 

Dr. Faradila mencontohkan kasus berbahaya yang melibatkan anak 10 tahun. “AI nyuruh masukin charger ke stop kontak tapi masukinnya cuman separuh doang. Terus bagian charger yang enggak masuk stop kontak ini ditempelin ke koin. Itu kan bahaya banget ya,” ujarnya. 

Berita Terkait

1
2 Selanjutnya

Topik Terkait

Saksikan Juga

11:47
15:11
07:39
18:33
03:26
01:19

Viral