- Antara
Digitalisasi Pasar Tradisional Di Tengah Gempuran Teknologi
tvOnenews.com - Digitalisasi pasar tradisional kini menjadi agenda penting dalam memperkuat ekonomi rakyat dan meningkatkan efisiensi transaksi harian.
Di tengah gempuran perkembangan teknologi dan meningkatnya preferensi masyarakat terhadap transaksi nontunai, pasar-pasar konvensional pun dituntut untuk beradaptasi.
Langkah ini tidak hanya bertujuan menyederhanakan sistem pembayaran, tetapi juga membuka peluang transparansi, keamanan, hingga optimalisasi pendapatan daerah.
Namun, tantangan tetap ada. Rendahnya literasi digital pedagang, resistensi terhadap perubahan, dan keterbatasan infrastruktur menjadi hambatan utama.
Oleh karena itu, strategi yang dibutuhkan tak sekadar menghadirkan teknologi, tetapi juga edukasi, kemitraan antarinstansi, dan pendampingan berkelanjutan.
Pemerintah harus turun langsung, menggandeng berbagai pihak untuk menciptakan ekosistem digital yang inklusif dan berkelanjutan di lingkungan pasar.
Menjawab tantangan tersebut, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta meluncurkan Lomba Digitalisasi Pasar 2025 sebagai bentuk akselerasi transformasi pasar tradisional.
Kegiatan ini menjadi titik tolak perubahan sistem transaksi di pasar rakyat yang dikelola Perumda Pasar Jaya, dengan dukungan berbagai lembaga strategis seperti Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), serta sektor perbankan, termasuk Bank Jakarta.
Lomba Digitalisasi Pasar: Inisiatif Serius Pemprov DKI
Lomba Digitalisasi Pasar 2025 resmi diluncurkan pada 22 Juli 2025 di Jakarta. Acara ini diawali dengan penandatanganan komitmen bersama oleh berbagai pihak, termasuk Direktur Utama Bank Jakarta, Agus H. Widodo, Direktur Utama Perumda Pasar Jaya, Agus Himawan, serta disaksikan langsung oleh Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung dan Sekretaris Daerah DKI Jakarta, Marullah Mattali.
Gubernur Pramono mengungkapkan bahwa lomba ini memiliki empat target utama: meningkatkan kesejahteraan pedagang, menciptakan transaksi yang efisien, mengoptimalkan pendapatan pajak daerah, dan memberantas praktik premanisme di pasar.
“Saya yang usulkan lomba ini. Tujuannya jelas, agar pedagang akrab dengan sistem digital seperti QRIS dan EDC,” tegasnya di Pasar Mayestik, Jakarta Selatan.
Lebih lanjut, ia menyatakan bahwa digitalisasi bukan hanya soal teknologi, melainkan juga strategi jangka panjang membangun fondasi ekonomi rakyat.
“Ini bukan gaya-gayaan modernisasi, tapi upaya jangka panjang memperkuat ekonomi dari bawah,” kata Pramono.
Untuk menjaga kredibilitas, proses penilaian lomba diserahkan kepada BI dan OJK sepenuhnya, tanpa intervensi pemerintah.
Sebagai salah satu institusi yang berperan aktif, Bank Jakarta ditunjuk untuk mendampingi empat pasar utama: Pasar Mayestik (Kelas A), Pasar Koja Baru (Kelas B), Pasar Cengkareng (Kelas B), dan Pasar Pondok Bambu (Kelas C), dengan total 4.012 tempat usaha (TU).
Tanggung jawab Bank Jakarta meliputi edukasi pedagang, pengenalan transaksi QRIS, pembukaan rekening digital, hingga integrasi sistem keuangan dengan ekosistem pasar.
- Antara
Direktur Utama Bank Jakarta, Agus H. Widodo, menyampaikan bahwa digitalisasi pasar adalah langkah konkret untuk mendorong pertumbuhan ekonomi daerah secara inklusif.
“Kami melihat program ini sebagai momentum untuk menciptakan transaksi yang efisien, transparan, dan terjangkau. Bank Jakarta siap mendukung penuh transformasi ini,” ujarnya.
Bank Jakarta juga ikut dalam tiga kategori penilaian lomba, yaitu Literasi Terbaik dan Teraktif, Akses Keuangan Termasif, serta Digitalisasi Keuangan Terbaik.
Hal ini menunjukkan keseriusan institusi dalam memajukan sektor pasar tradisional secara sistemik dan berkelanjutan. Pasar Modern: Tak Hanya Digital, Tapi Juga Bersih dan Tertib
Direktur Utama Perumda Pasar Jaya, Agus Himawan, menekankan bahwa transformasi pasar tidak hanya soal digitalisasi, tetapi juga kebersihan dan tata kelola lingkungan. “Pasar modern itu bukan cuma cashless, tapi juga bersih dan tertata,” jelasnya.
Sementara itu, Sekretaris Perusahaan Bank Jakarta, Arie Rinaldi, menambahkan bahwa pihaknya telah menyusun langkah konkret untuk menyukseskan program ini. (udn)
“Kami optimistis bisa memberikan kontribusi nyata, dari edukasi digital hingga perluasan inklusi keuangan,” ujarnya.
Pramono menegaskan, dari total 133 pasar di Jakarta, 20 pasar telah bergabung dalam inisiatif ini dan jumlah tersebut akan terus bertambah.
“Transformasi digital bukan pilihan, tapi keharusan. Pasar harus jadi pusat ekonomi rakyat yang bersih, tertib, dan berdaya saing,” tutupnya. (udn)