Mistis! dari Pasar Setan hingga Kerajaan Jin, Simak 8 Hutan Angker di Pulau Jawa

Jakarta, tvOnenews.com – Indonesia terkenal akan keanekaragaman hayatinya yang sudah mendunia dan sangat diakui. Bahkan Indonesia diakui sebagai supplier oksigen terbesar di dunia urutan kedua setelah Brazil.

Hal tersebut, lantaran Indonesia adalah negara tropis yang memiliki banyak hutan luas. Salah satu daerah di Indonesia yang memiliki banyak hutan adalah Pulau Jawa.

Pulau Jawa juga banyak hutan angker yang penuh dengan cerita mistis yang beredar di masyarakat. Diketahui juga masyarakat yang berada di Pulau Jawa sendiri, memiliki adat dan budaya yang kental dan sering dikaitkan dengan hal mistis.

Berikut sejumlah hutan angker yang ada di Pulau Jawa, mengutip dari VIVA.

1. Alas Purwo

Alas Purwo merupakan salah satu hutan yang berada di ujung timur pulau Jawa tepatnya di Kabupaten Banyuwangi. Rupanya hutan ini kerap kali dikaitkan dengan hal mistis.

Hutan Alas Purwo sendiri merupakan hutan lindung dari beberapa spesies yang ada didalamnya.

Kendati demikian, Hutan Alas Purwo juga memiliki kisah mistis yang menyelimuti hutan tersebut.

Bahkan dikatakan bahwa Hutan Alas Purwo merupakan hutan paling angker di Pulau Jawa dikarenakan tempat berdirinya kerajaan jin terbesar di Jawa.

Dan sosok yang terkenal adalah hantu perempuan yang bernama Gayatri.

2. Gunung Lawu

Bergeser dari ujung timur ke arah perbatasan antara Jawa Tengah dengan Jawa Timur, ada Gunung Lawu. 

Alas Purwo terkenal dengan kerajaan jin-nya. Salah satu puncak Gunung Lawu, yaitu Hargo Dalem terkenal dengan pasar setan.
 
Pasar Setan ini disebut kasat mata dan hanya dapat dilihat oleh orang-orang yang memiliki kemampuan supranatural tertentu. Hal ini pun sudah menjadi rahasia umum di kalangan para pendaki Gunung Lawu.

3. Goa Jepang dan Belanda

Berlokasi di Jawa Barat, tepatnya di Taman Hutan Raya Juanda, Goa ini merupakan peninggalan jaman penjajahan Belanda dan Jepang.

Goa ini dulunya berfungsi sebagai gudang senjata, yang pada akhirnya digunakan sebagai tempat pembantaian masyarakat pribumi.

Untuk memasuki Goa Jepang dan Belanda, wisatawan dilarang untuk mengucapkan kata ‘lada’.