- Kolase tvOnenews.com / Wikipedia / VIVA
Kisah Kematian Marsinah, Aktivis Perempuan yang Meninggal Tragis, dr. Mun'im Idris Ungkap Fakta Ini
tvOnenews.com - Kisah tragis kematian Marsinah, yang tepatnya 29 tahun lalu sang aktivis Buruh dibunuh secara keji di rezim orde baru. Adapun, Dokter Forensik dr Mun'im Idris ungkap fakta kematian sang aktivis HAM.
Marsinah adalah seorang buruh di PT Catur Surya (CPS), merupakan sebuah pabrik pembuat jam yang berada di Porong, Sidoarjo, Jawa Timur.
Marsinah dikenal sangat vokal menyuarakan hak-hak buruh semasa hidup.
Nama dr. Abdul Mun'im Idris tidak lepas ketika membicarakan kisah kematian Marsinah, hal itu karena dr. Mun'im Idris menjadi ahli forensik yang kala itu diminta untuk menjadi saksi ahli dari terdakwa pembunuh Marsinah.
Marsinah menjadi salah satu simbol perjuangan dan perlawanan kaum buruh. Hal ini karena semasa hidupnya beliau sering menyuarakan hak-hak kaum buruh.
Perjuangannya pun harus terpaksa berhenti setelah ia diculik, disiksa, diperkosa hingga dibunuh dan kemudian ditemukan tewas pada 9 Mei 1993.
Sejumlah aktivis melakukan aksi "Kamisan" mengenakan topeng wajah Marsinah untuk mengenang kematian Marsinah di kawasan by pass, Karawang, Jawa Barat, Kamis (9/5/2019). Aksi tersebut untuk mendesak pemerintah agar mengusut tuntas kasus pembunuhan aktivis buruh Marsinah yang dibunuh 26 tahun silam pada 8 Mei 1993. (ANTARA JABAR/M Ibnu)
Jenazah Marsinah ditemukan dalam kondisi mengenaskan seusai disiksa, ia ditemukan di sebuah gubuk di daerah Wilangan, Nganjuk, Jawa Timur. yang berjarak sekitar 200 KM dari tempatnya bekerja.
Sebelum Marsinah ditemukan meninggal, wanita 24 tahun itu diketahui hilang selama 3 hari. Sebelum itu dirinya sempat mengikuti unjuk rasa bersama teman-temannya dan melakukan pemogokan massal pada tanggal 3-4 Mei 1993 di Pabriknya.
Kala itu, Marsinah menuntut kenaikan upah 20 persen dari gaji. Saat itu ia masih terlihat mengikuti unjuk rasa pada tanggal 5 Mei 1993.
Bahkan, Marsinah menjadi salah satu dari 15 orang perwakilan karyawan yang melakukan perundingan dengan pihak perusahaan.
Lalu, pada siang hari tanggal 5 Mei 1993, sebanyak 13 buruh yang dianggap menghasut rekan-rekannya untuk berunjuk rasa, digiring paksa ke Komando Distrik Militer (Kodim) Sidoarjo.
Marsinah dan buruh lainnya yang dianggap terlibat langsung dipaksa mengundurkan diri dari PT CPS karena dituduh telah menggelar rapat gelap dan mencegah karyawan lain bekerja.
Waktu itu, Marsinah dikabarkan masih sempat mendatangi Kodim Sidoarjo untuk menanyakan keberadaan 13 rekannya yang sebelumnya digiring ke sana.
Namun pada pukul 10 malam di hari yang sama (5 Mei 1993), Marsinah menghilang.
Marsinah diketahui hilang jejak pada tanggal 6,7 dan 8 Mei 1993. Hingga akhirnya jasadnya ditemukan dalam kondisi mengenaskan di Nganjuk pada 9 Mei 1993.
Berdasarkan penyelidikan hasil autopsi, Marsinah diketahui meninggal dunia pada satu hari sebelum jenazahnya ditemukan, atau tepatnya pada tanggal 8 Mei 1993.
Penyebab kematian Marsinah adalah penganiayaan berat. Tak hanya itu, Marsinah juga diketahui disiksa hingga diperkosa.
Dokter Forensik dr. Abdul Mun'im Idris Ungkap Luka-luka di kematian Marsinah
Kolase foto Marsinah aktivis buruh (kiri) dan Dokter Forensik dr. Abdul Mun'im Idris.
dr. Abdul Mun'im Idris pernah memberikan kesaksiannya dalam tayangan TV Mata Najwa: X File terkait kasus pembunuhan Marsinah.
Dalam tayangan yang diunggah oleh Youtube Metro TV tersebut, Dokter Forensik yang pengalaman selama 40 tahun ini mengungkapkan kesaksiannya yang mencengangkan publik.
Dokter Forensik RSCM ini menjelaskan dalam kasus ini ia diminta untuk menjadi saksi ahli untuk terdakwa kasus pembunuhan Marsinah yakni pemilik pabrik arloji.
Meski tidak melakukan visum lansung. Namun, dr Mun'im Idris telah melihat dua hasil visum yang dilakukan oleh jasad Marsinah.
Dalam hasil visum yang kedua dr. Mun'im Idris mendapatkan fakta bahwa ada tulang yang patah berkeping-keping di bagian tulang kemaluan kiri.
“Nah, tulang kemaluan kiri patah, berkeping-keping. Terus ke kanan dia, tulang usus kanan (sampai terpisah). Baru langsung ke tengah tulang selangkangan kanan, jadi yang dasar panggul itu patah. Jadi seperti membentuk sudut, dari tengah dari kiri ke kanan ke belakang,” jelas dr. Mun’im Idries.
“Lukanya lebarnya cuman 3 cm (di bagian alat kelamin), bukan dalamnya 3 cm. Kemudian ditunjukkan alat yang ukurannya jauh lebih besar, itu kan nggak mungkin,” tambah dr. Mun’im Idries
Adapun berdasarkan luka dari hasil visum yang kedua ini, dr. Mun'im Idris menyimpulkan bahwa kematian Marsinah disebabkan oleh luka tembak.
“Ini hanya satu, luka tembak paling bisa. Melihat lubang kecil dengan kerusakan yang masif, apa kalau bukan luka tembak?” ungkap dr. Mun’im Idries.
“Senjata api kita sebutnya, kalau pistol kan kesannya otomatis. Padahal ada revolver juga, kan? Akhirnya kita (simpulkan) senjata api,” tegas dr. Mun’im Idries.
Pembunuhan Marsinah juga menjadi salah satu kasus pelanggaran hak asasi manusia (HAM) berat yang pernah terjadi di Indonesia dan turut menjadi perhatian dunia.
Marsinah pun hingga kini masih dikenang sebagai pahlawan buruh dan dianugerahi Penghargaan Yap Thiam Hien.
Namanya selalu bergema di tiap Aksi Kamisan dan Hari Buruh, kisah perjuangannya pun diabadikan dalam berbagai hasil karya sastra, teater dan film. (ind)
Dapatkan berita menarik lainnya dari tvOnenews.com di Google News