- Tovik Koban
Tradisi Jumat Agung Logu Shenhor Peninggalan Portugis di Tanah Sikka Diperingati Lagi setelah Dua Tahun Pandemi
Moang Lesu lalu menuju wilayah utara, tepatnya di Pelabuhan Waidoko Maumere. Pelabuhan ini merupakan tempat persinggahan atau berlabuhnya kapal-kapal dagang dari Bugis, Buton, Makassar, Bonerate, dan Portugis dari Tanah Malaka.
Di Pelabuhan Waidoko, Moang Lesu bertemu dengan Dzogo Worilla, seorang anak buah kapal dagang milik Portugis.
Kepada Dzogo Worila, dia bertanya, apakah di tanah mereka tidak ada kematian. Tetapi Worila menjawab bahwa di dunia ini manusia yang lahir dan hidup, pasti berakhir dengan kematian.
Namun, untuk mendapat kepastian akan jawaban itu, Moang Lesu diajak bersama-sama berlayar menuju tanah Malaka. Moang Lesu pun berlayar ke Malaka bersama Dzogo Worila.
Sesampai di Malaka, Moang Lesu bertemu Gubernur Malaka. Dia lalu menyampaikan maksud dan tujuan kedatangan untuk mencari “Tanah Moret”.
Gubernur Malaka menanggapi penyampaian Moang Lesu bahwa ada kehidupan yang bahagia dan kekal setelah kematian di dunia ini.
Tetapi untuk mendapatkan itu, Moang Lesu harus mengikuti persyaratan-persyaratan yakni membangun gereja dan mengikuti ajaran-ajaran gereja.