Factitious disorder.
Sumber :
  • pixabay/geralt

Factitious Disorder, Pura-pura Sakit Demi Dapatkan Perhatian

Minggu, 8 Mei 2022 - 16:50 WIB

Banyak orang terkadang berpura-pura sakit untuk menghindari sesuatu, atau mengambil cuti sakit hanya untuk melakukan hal yang dilakukan. 

Namun, penderita factitious disorder berpura-pura sakit tanpa alasan yang jelas. Sebaliknya, para ahli percaya kondisi ini sebagian besar berkaitan dengan rasa ingin diperhatikan orang lain. Factitious disorder juga dianggap sebagai cara mengatasi stress dalam kehidupan sehari-hari.

Factitious disorder merupakan sebuah kondisi kesehatan mental akut yang membuat penderitanya berpura-pura sakit atau melebih-lebihkan rasa sakit. Dikutip dari Healthline, gejala dari factitious disorder antara lain:

  • cedera fisik, penyakit, atau gejala kesehatan mental yang dilaporkan yang sebenarnya tidak ada
  • gejala kesehatan ringan yang sering dilebih-lebihkan
  • perubahan tes atau catatan medis

Terkadang, gejala tersebut menggambarkan gejala sebenarnya seperti:

  • merasa sedih dan tertekan atau memiliki pikiran untuk bunuh diri
  • merasa pusing dan memiliki penglihatan kabur
  • mengalami sakit punggung dan leher yang parah


Beberapa orang dengan kondisi ini juga membuat gejala nyata dengan melakukan hal-hal seperti:

  • menelan produk pembersih atau bahan kimia beracun lainnya
  • minum obat untuk memicu diare dan muntah
  • membuat luka menjadi infeksi
  • sengaja bersentuhan dengan sesuatu yang memicu reaksi alergi
  • sengaja tidak membuat luka atau cedera sembuh

Penyebab dan faktor risiko
Para ahli tidak tahu banyak tentang seberapa umum factitious atau apa penyebabnya, bahkan sebagian karena sulit untuk diidentifikasi. Orang yang hidup dengan kondisi ini sering enggan mendiskusikan gejala mereka atau berpartisipasi dalam penelitian.

DSM-5 memperkirakan sekitar 1 persen orang yang menerima perawatan rawat inap di rumah sakit dapat memenuhi kriteria diagnostik untuk factitious disorder. Tetapi penelitian tahun 2022 menunjukkan bahwa gejala tersebut sering tidak terdiagnosis.

Para peneliti pun belum menemukan kesimpulan apa pun tentang apa yang menyebabkan kondisi ini. Beberapa teori kunci telah muncul:

  • Penyakit masa kecil yang serius. Riwayat satu atau lebih penyakit utama pada masa kanak-kanak, terutama dengan gejala yang memerlukan rawat inap, tampaknya berperan dalam perkembangan gangguan buatan.
  • Trauma masa kecil atau pelecehan. Dalam sebuah studi tahun 2014, di antara orang-orang yang mencari dukungan online untuk kondisi ini, sebagian besar melaporkan pelecehan masa kanak-kanak. Beberapa bukti tahun 2006 juga menunjukkan perasaan bersalah dan citra diri yang lebih rendah sebagai faktor penyebab. 
  • Pengembangan otak. Penelitian yang mengeksplorasi kimia otak dan perbedaan perkembangan pada orang dengan factitious disorder masih terbatas. Beberapa bukti memang menunjukkan hubungan potensial antara factitious disorder dan perbedaan dalam perkembangan otak, termasuk gangguan fungsi di belahan otak kanan.
  • Usia. Sebuah studi tahun 2006 menunjukkan kondisi ini mungkin lebih sering terjadi pada orang berusia antara 20 dan 40 tahun.
  • Jenis kelamin. Secara umum, kedua jenis gangguan buatan lebih sering berkembang pada wanita. Tetapi beberapa bukti juga mencatat bahwa factitious disorder kronis mungkin lebih sering terjadi pada pria.
  • Pekerjaan. Orang dengan kondisi ini sering bekerja di bidang kesehatan atau medis.
  • Status hubungan. Orang dengan kondisi ini cenderung belum menikah.

Pengobatan
Para profesional kesehatan mental umumnya berfokus pada menawarkan kasih sayang dan bekerja untuk mengembangkan terapi hubungan yang baik.

Alih-alih mempermalukan, menghakimi, atau menuduh orang dengan kondisi tersebut, mereka akan memvalidasi perasaan kesepian anda atau kebutuhan akan kasih sayang dan dukungan emosional.

Menginginkan kasih sayang dan perhatian dari seseorang sama sekali tidak salah, terutama bagi orang yang selama ini sering diabaikan dan tidak diperhatikan. Seorang terapis dapat menawarkan konseling dengan mengeksplorasi cara yang lebih efektif untuk berkomunikasi dan mengkomunikasikan kebutuhan seseorang dengan factitious disorder.

Selain itu, dukungan dari anggota keluarga sangat dibutuhkan sehingga terapis akan melibatkan anggota keluarga untuk membantu penyembuhan.(awy)

Berita Terkait :
Topik Terkait
Saksikan Juga
01:50
02:03
03:05
03:21
01:44
01:05
Viral