- Istockphoto
Waspada! Benjolan Kecil Bisa Jadi Bahaya Besar, Simak Tips Deteksi Dini Kanker Payudara & Tiroid Agar Hidup Lebih Aman
tvOnenews.com - Benjolan di area tubuh sering kali dianggap hal sepele. Padahal, kondisi ini bisa menjadi sinyal awal adanya gangguan serius, terutama pada payudara dan tiroid. Tidak sedikit orang yang menunda pemeriksaan karena merasa benjolan tersebut tidak berbahaya, padahal penanganan dini dapat menentukan keberhasilan pengobatan.
Kesadaran untuk mengenali gejala dan melakukan pemeriksaan secara berkala menjadi kunci penting dalam menjaga kesehatan.
Penyakit payudara dan tiroid dapat menyerang siapa saja, baik perempuan maupun laki-laki. Meski kanker payudara lebih sering dikaitkan dengan perempuan, faktanya pria pun tidak kebal terhadap risiko tersebut.
Begitu pula dengan gangguan tiroid yang dapat memengaruhi metabolisme tubuh. Perubahan kecil seperti benjolan di leher, perubahan berat badan tanpa sebab jelas, hingga mudah lelah bisa jadi tanda yang tidak boleh diabaikan.
Cara deteksi sederhana sebenarnya bisa dilakukan di rumah. Misalnya, perempuan dapat melakukan SADARI (periksa payudara sendiri) secara rutin untuk mengenali ada tidaknya benjolan, perubahan bentuk, atau cairan yang keluar dari puting.
Sementara untuk tiroid, seseorang bisa memperhatikan adanya pembesaran di leher atau kesulitan menelan. Jika gejala ini muncul, langkah pertama yang bijak adalah segera berkonsultasi dengan tenaga medis untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Penanganan awal tidak harus menunggu kondisi memburuk. Konsultasi sejak dini memberikan peluang lebih besar untuk penyembuhan. Hal ini ditegaskan oleh Dr. Nani Harlina, Dokter Bedah Payudara dan Endokrin.
“Tidak setiap benjolan boleh dianggap sepele. Beberapa kasus dapat mengindikasikan kondisi serius seperti kanker payudara atau gangguan tiroid. Konsultasi medis sejak dini serta intervensi tepat waktu sangat penting untuk meningkatkan keberhasilan pengobatan dan menyelamatkan nyawa,” ujar Dr. Nani Harlina.
Kegiatan tersebut Dalam rangka memperingati Pink October, bulan kesadaran kanker payudara internasional. Bertujuan meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai pentingnya deteksi dini, diagnosis yang tepat, serta penanganan segera untuk penyakit payudara dan tiroid.
Selain paparan medis, ada juga sesi berbagi dari perwakilan manajemen yang menjelaskan layanan terpadu untuk pasien internasional, khususnya dari Indonesia. Pasien asal Indonesia disebut menyumbang sekitar 65% dari total pasien internasional, yang menandakan tingginya kepercayaan terhadap layanan kesehatan lintas negara.
Sejalan dengan kampanye Pink October, tersedia pula berbagai program pemeriksaan yang mendorong masyarakat lebih peduli terhadap kesehatan. Di antaranya pemeriksaan kesehatan komprehensif untuk wanita dan pria, serta paket PET-CT Scan bagi mereka yang memiliki risiko tinggi terhadap kanker.
Upaya ini diharapkan bisa memperluas akses deteksi dini agar masyarakat tidak lagi menganggap enteng gejala awal seperti benjolan.
Kesempatan ini memberi ruang bagi masyarakat untuk memahami lebih dalam mengenai pencegahan, penanganan, serta pengobatan penyakit payudara dan tiroid secara praktis.
Dengan bekal pengetahuan tersebut, diharapkan semakin banyak orang yang tidak menunda langkah penting dalam menjaga kesehatan diri dan keluarga.
Tips Deteksi Dini (Menurut Kemenkes & WHO)
Berikut beberapa tips deteksi dini yang disarankan oleh badan kesehatan nasional (Kemenkes) maupun World Health Organization (WHO):
1. SADARI (Periksa Payudara Sendiri)
Lakukan setiap bulan, idealnya antara hari ke-7 hingga ke-10 setelah hari pertama haid, atau tanggal yang sama setiap bulan bila sudah menopause.
Perhatikan perubahan benjolan, perubahan bentuk, tekstur kulit, lekukan, atau cairan dari puting.
Kemenkes RI
2. SADANIS (Pemeriksaan Klinis oleh Tenaga Kesehatan)
Jika menemukan kelainan lewat SADARI, segera periksakan ke fasilitas kesehatan agar dilakukan pemeriksaan klinis, seperti USG atau palpasi oleh profesional medis.
3. Skrining Mammografi Berkala
WHO merekomendasikan penggunaan mammografi secara rutin untuk penduduk yang tampak sehat (tanpa gejala) sebagai upaya screening, khususnya bagi wanita berisiko tertentu.
Beberapa pedoman internasional menyarankan skrining mammografi setiap tahun atau dua tahun untuk populasi usia 40–74 tahun dengan risiko rata-rata.
4. Kesadaran Diri (Breast Awareness)
WHO menyarankan setiap wanita mengenali kondisi normal payudaranya (tekstur, bentuk, permukaan) agar dapat segera melaporkan bila ada perubahan. Konsep ini dikenal sebagai breast awareness.
Dengan mengenali gejala awal seperti benjolan, perubahan warna kulit, lekukan, atau keluarnya cairan dari puting, seseorang bisa lebih cepat mengambil tindakan.
5. Dukungan Fasilitas Deteksi Dini di Tingkat Primer
Pemerintah Indonesia berupaya memperluas layanan deteksi dini ke puskesmas agar skrining kanker payudara dapat dilakukan lebih merata.
Dengan menerapkan langkah‐langkah tersebut secara rutin dan disiplin, peluang deteksi kanker payudara pada stadium lebih awal meningkat secara signifikan, sehingga harapan hidup pun makin tinggi. (udn)