- ANTARA
4 Kanker Terbanyak di Indonesia, Deteksi Dini Cara Ampuh Pencegahan
Jakarta - Kanker merupakan salah satu penyakit dengan tingkat kesakitan dan kematian yang tinggi. Banyak masyarakat yang bertanya kepada dokter apakah kanker bisa disembuhkan? Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kesembuhan kanker adalah stadium kanker saat pertama kali kanker ditemukan.
Kanker stadium dini (stadium 1 dan 2) tentu tingkat kesembuhannya lebih tinggi jika dibandingkan dengan kanker stadium lanjut (stadium 3 dan 4). Sayangnya, pasien-pasien yang berobat ke rumah sakit, hampir sebagian besar sudah terdeteksi berada pada stadium lanjut, selain tingkat kesembuhannya yang rendah, pengobatannya juga sulit dan komplek serta membutuhkan biaya yang besar.
Agar tingkat kesembuhan kanker lebih tinggi, para dokter dan masyarakat seyogyanya bisa mendeteksi kanker secara dini..
Dr. dr. Farida B Sobri SpB(K)Onk, salah seorang staf bedah RS MMC, Kuningan, Jaksel menjelaskan bahwa ada tiga langkah untuk mendeteksi secara dini kanker payudara.
“Sadari yaitu periksa payudara sendiri, dengan cara meraba payudara sendiri apakah ada benjolan, dilakukan sejak anak perempuan akil baligh, seterusnya seumur hidup, sekali sebulan pada hari 7-15 dihitung dari hari haid pertama, sedangkan bila sudah menopause dapat dilakukan kapan saja. Jika curiga ada benjolan di payudara atau ada kelainan lain dianjurkan untuk melakukan sadanis,” katanya dalam acara webinar tentang Deteksi Dini Empat Kanker Terbanyak di Indonesia: Kanker Payudara, Kanker Serviks, Kanker Kolon, dan Kanker Paru.
Kedua Sadanis yakni periksa payudara klinis, dilakukan sejak usia 25 tahun, frekwensi setahun sekali, walau tidak ada keluhan, pemeriksaan SADANIS dilakukan oleh dokter dan/ atau tenaga Kesehatan lain yang terlatih,” katanya.
Jika memang betul ada kelainan, maka dokter akan melanjutkan pemeriksaan penunjang, yaitu: USG, mamografi, dan/ atau bahkan MRI payudara.
“Ketiga pemeriksaan penunjang yakni USG, mamografi atau MRI payudara,” tandasnya.
Pemeriksaan USG payudara dijelaskannya dapat dilakukan sejak usia 30 tahun, frekwensi sekali setahun, walaupun tidak ada keluhan.
“Jika terdapat fasilitasnya. Pemeriksaan mamografi payudara adalah alat skrining utama kanker payudara pada wanita berusia 40 tahun keatas, dapat dilakukan satu kali setiap 1 atau 2 tahun, walau tidak ada keluhan,” katanya.
Ia menambahkan, walaupun MRI payudara bukan merupakan alat skrining rutin kanker payudara, MRI payudara dapat dilakukan jika terdapat ketidaksesuaian antara pemeriksaan-pemeriksaan payudara yang sudah dilakukan.
Sementara, dr Nonny Nurul Handayani SpOG, staf dokter Rumah Sakit Ibu dan Anak Sammarie Basra, Basuki Rahmat, Jakarta Timur, menjelaskan bahwa penyebab kanker leher rahim adalah infeksi HPV (Human Papilloma Virus) yang ditularkan melalui hubungan seksual.
Ia menganjurkan kepada para wanita di Indonesia bagaimana melaksanakan deteksi dini kanker serviks.
“Melakukan tes IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) yang bisa dilakukan baik di puskesmas oleh tenaga medis dokter dan bidan yang sudah terlatih, maupun di rumah sakit oleh dokter spesialis kebidanan dan kandungan,” katanya.
Kedua dapat melakukan tes Pap Smear, sementara ketiga dapat dengan melakukan tes HPV DNA.
“Sedangkan untuk upaya pencegahan, wanita berusia 9-13 tahun bisa melakukan program vaksinasi terhadap HPV sebanyak 2x penyuntikan; wanita berusia 14-55 tahun bisa melakukan program vaksinasi terhadap HPV sebanyak 3x penyuntikan,” tandasnya.
Penulis:
dr. Wulyo Rajabto SpPD KHOM / FKUI/ RSCM